Cara Mudah Menulis dan Menerbitkan Buku

96 7 0
                                    

Cara Mudah Menulis dan Menerbitkan Buku

Boleh jadi buku adalah salah satu sarana yang cukup baik untuk menyampaikan ide dan gagasan kepada dunia. Ada banyak cara memang. Tapi menulis buku boleh jadi adalah salah satu cara yang paling seksi. Buku tidak hanya sarana penyampai ide, tetapi juda dapat “mengekalkan” nama penulisnya. Tak ada cara lain untuk hidup seribu tahun lagi selain berkarya, dan buku adalah satu karya yang akan kita bicarakan.

Di dunia ini tak ada sesuatu yang benar-benar sulit senyampang kita mau mencobanya. “Sulit” hanya semacam duri-duri kecil yang menjajah pikiran, dan itu terjadi hanya pada tahap pemikiran. Yang menjadikan “sesuatu atau menulis” tampak sulit adalah karena kita masih berdiri di level pemikiran atau perencanaan panjang tiada berujung. Bingung harus menulis kata atau kalimat apa untuk memulai paragraf. Sulit menggerakkan jari sementara kata-kata sudah seperti air bah dalam kepala. Maka, satu-satunya cara, lepaskan diri Anda dari kebingungan, ketiklah kata pertama yang muncul di kepala Anda, lalu biarkan air kata-kata di kepala Anda mengalir ke ruang-ruang paragraf yang seharusnya terisi.

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memulai menulis

1. Merawat Kegelisahan
Ada kata-kata begini. Semakin sering Anda patah hati, maka akan semakin baik tulisan Anda. Orang yang sedang jatuh cinta atau patah hati, entah kerasukan setan apa, tiba menjadi seorang penyair. Gagasan yang ditulisnya di berbagai media sosial menggunakan bahasa puitik dan tidak jarang sangat filosofis.  Patah hati atau jatuh cinta adalah sebuah kondisi saat jiwa sedang gelisah. Kepala diaduk-aduk satu objek tertentu yang tidak mau pergi meski kita berusaha keras melepasnya.

Apa pun itu, kegelisahan menjadi faktor yang baik untuk menulis. Artinya, usaha menulis tidak lahir dari ruang kosong. Ia selalu berangkat dari sebuah kondisi tertentu, baik “kesedihan” maupun “kebahagiaan.”  Istilah “kesedihan” atau “kebahagiaan” merujuk pada satu kondisi tertentu yang Anda sedang gelisah tentangnya. Misal, melihat dan merasakan instabilitas perasaan, gelisah tentang ketidaknyamanan lingkungan, gelisah karena teman Anda kerap ngomel tidak jelas, gelisah karena Anda harus ngampus sementara mata masih belum mau move on dari bantal, dan sebagainya dan sebagainya.

Artinya, merawat kegelisahan atau kepekaan pada kondisi lingkungan sosial kita dapat menjadi pendorong yang baik untuk memulai menulis. Saya tidak sedang menyarankan Anda sering-sering patah hati untuk menulis atau melahirkan tulisan yang baik. Anda cukup merawat kegelisahan dan kepekaan Anda terhadap lingkungan sosial di mana Anda lahir dan berdiri. Anda bisa memulainya dengan menulis tentang daun jatuh, bunyi kentut, burung gereja terbang, warna senja, atau seekor cecak melongo di dinding.

2. Fokus atau Mencari Ide Baru
Tak ada yang benar-benar baru di dunia ini. Semua hal sudah mengalami pengulangan. Apa yang kita tulis hari ini bukan tidak mungkin sudah berkali-kali ditulis orang lain beberapa tahun yang lalu. Namun demikian,  mencari ide baru bukan berarti usaha yang sia-sia. Untuk menembus pikiran pembaca dan terutama penerbit, Anda perlu memikirkan ide baru yang ingin anda tulis. Tidak klise. Tidak sama dengan yang lalu-lalu.

Sebagai misal, Anda ingin menulis tentang usaha menjadi bahagia. Tentang ini sudah banyak ditulis di tahun-tahun sebelumnya. Jika Anda tidak memiliki ide atau gagasan baru tentang bagaimana menjadi bahagia, boleh jadi tulisan Anda hanya akan menghuni laptop Anda sendiri. Coba pikirkan tentang judul novel ini: Cara Berbahagia Tanpa Kepala (Triskaidekaman, 2019).

3. Mengumpulkan Bahan
Sebelum memulai menulis sangat penting untuk mengumpulkan bahan mengenai apa yang akan kita tulis. Paling tidak, kita tahu betul kemampuan kita dan apa yang akan kita tulis. Sangat tidak mungkin untuk menulis sesuatu yang sangat jauh dari pengetahuan kita. Oleh sebab itu, jarak pengetahuan itu harus disiasati dengan cara mencari dan mengumpulkan referensi  mengenai topik yang akan ditulis. Anda bisa melakukannya dengan berselancar di internet, membaca buku, atau melakukan observasi kecil-kecilan.

Pertanyaan semacam kenapa susah sekali ingin menulis, membuat paragraf, atau melanjutkan ke paragraf berikutnya boleh jadi karena kita tidak benar-benar mengetahui topik yang akan ditulis. Selain daripada itu, pembendaharaan referensi dan kata di kepala tidak cukup memadai. Hal-hal demikian diatasi dengan cara terus menambah wawasan, baik membaca buku maupun usaha lain yang memungkinkan kita bisa memiliki wawasan yang cuku luas.

Perlu diperhatikan bahwa menulis berjalan seiringan dengan tingginya daya baca. Boleh dibilang makanan bergizi seorang penulis adalah buku.

4. Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan (mind map)  dibutuhkan untuk memastikan bahwa kita tetap berada di atas jalur topik yang akan kita tulis. Menulis topik genre apa saja, keberadaan mind map sangat penting. Kita perlu bikin perencanaan atau kerangka akan menulis apa saja di setiap babnya. Seperti dalam setiap film yang memiliki banyak scene adegan, sebuah tulisan juga demikian. Ia memiliki scene-scene yang topiknya berbeda-beda, tapi tetap dalam satu kesatuan.

5. Mulai Menulis
Tahap berikutnya yang paling utama adalah menulis. Kadang, kita tidak perlu memikirkan teori-teori menulis, karena memikirkan teori yang benar dan baik dalam menulis hanya akan membuat kita terjebak di level pemikiran (tahu) saja. Kalau kita terjebab di jurang itu, maka kita tidak akan pernah melangkah untuk menulis karena telah lebih dulu diteror oleh ketakutan. Ketakutan itu misalnya bagaimana kalau tulisan kita tidak sesuai atau melenceng dari teori-teori kepenulisan yang sudah dibaca.

Bagaimana pun kondisinya, Anda tetap harus menulis. Urusan benar atau keliru kita perbaiki di tahap editing. Analoginya begini: untuk membuat kursi Anda terlebih dahulu harus memiliki kayu. Pun kalau anda sudah punya kayu, kayu-kayu itu bisa dibikin apa saja. Tergantung kemauan dan kebutuhan anda. Begitu pun dengan tulisan. Yang paling utama adalah menulis dulu, tentu dengan mind map yang sudah dibahas sebelum, karena sangat tidak mungkin seseorang yang akan membuat kursi tidak memiliki bayangan tentang apa dan bagaimana bentuk kursi itu.

6. Tawarkan ke Penerbit
Naskah yang selesai kemudian ditawarkan ke penerbit. Tentu saja Anda terlebih dahulu harus melakukan survei ke penerbit macam apa tulisan itu akan ditawarkan. Setiap penerbit memiliki karakteristik masing-masing. Karakteristik penerbit yang kita tuju juga menentukan tulisan kita diterima atau ditolak. Prinsip-prinsip tersebut harus diperhatikan sebelum menerbitkan buku. Mudahnya, naskah buku fiksi sangat tidak mungkin ditawarkan ke penerbit yang menerbitkan buku-buku non-fiksi.

Mengenai referensi penerbit Anda bisa berselancar di internet. Sekarang informasi tidak terbatas oleh apa pun. Ada bisa mencari mencari jenis penerbit yang Anda mau melalui internet.

Bagaimana kalau naskah ditolak?

Tentu kita tidak bisa menggunakan istilah naskah ditolak dukun bertindak. Meskipun penolakan naskah meninggalkan rasa sakit yang lebih dalam dari sekadar putus cinta, Anda tidak boleh bunuh diri dan harus tetap menulis. Boleh jadi ditolak penerbit A naskah Anda akan berjodoh dengan penerbit B. Selalu ada jalan untuk setiap penolakan.
Tugas kita sebagai seorang penulis adalah terus menulis. Naskah-naskah yang ditolak tidak akan pernah gagal menjadi naskah. Akan ada waktu di mana naskah itu diterima dan nongkrong di banyak toko buku.

Sumber: Latif Fianto

Celengan PengetahuanWhere stories live. Discover now