Stop Bullying

102 0 0
                                    

Bullying is commonly characterized as aggressive behavior that (a) is intended to cause distress or harm, (b) involves an imbalance of power or strength between the aggressor and the victim, and (c) commonly occurs repeatedly over time (Limber, 2002).

Bullying pada umumnya dicirikan sebagai perilaku agresif yang: (a) secara sengaja berniat untuk menyakiti orang lain dan menimbulkan tekanan/kondisi bahaya (b) melibatkan ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan antara pelaku dan korban (c) secara umum terjadi berulang dari waktu ke waktu.

MACAM-MACAM BULLYING Berdasarkan jurnal dari Fisher (2015)

》PHYSICAL BULLYING
Bullying secara fisik termasuk - Memukul - Melukai dengan/tanpa senjata - Menendang - Merusak barang korban - Mengeroyok - Melemparkan barang ke arah korban.

》VERBAL BULLYING
Mengejek - Mengancam - Melabeli (idiot, bodoh, jelek, dsb) - Memaki - Memberikan komentar negatif .

》RELATIONAL BULLYING Menggosipkan korban - Memfitnah - Mengucilkan - Mengajak orang lain untuk tidak berteman dengan korban - Melakukan diskriminasi.

》CYBERBULLYING
Mengirimkan komentar bernada kasar - Mengunggah foto/video untuk mempermalukan korban
- Hacking akun korban - Membuat akun palsu untuk stalking dan mengerjai korban.

Jadi, perlu diingat bahwa yang namanya bullying haruslah memenuhi ketiga karakter tersebut (a, b, c), jika tidak maka kecil kemungkinan dapat dikatakan sebagai bullying.

Contoh perkelahian/konflik: A diejek oleh B karena B merasa bahwa A itu anak yang culun dan tidak cantik. B melakukan itu untuk membalas A yang juga pernah mengejek B bahwa B adalah anak yang bodoh. B merasa pantas A diperlakukan seperti itu karena B dianggap lebih populer dan lebih gaul dibandingkan A. Namun A juga merasa pantas mengejek B karena ia sebal dengan kelakukan B. Namun situasi itu hanya terjadi dalam satu waktu saja, tidak lagi terjadi di situasi lain. Di situasi itu, keduanya sama-sama punya power yang bisa dibilang setara (karena A mampu membalas perbuatan B), terjadi sesekali saja dan tidak di situasi lain, dan meskipun ada unsur kesengajaan.

Artinya, kalau mau dibilang bullying di situ hanya ada 1 karakteristik bullying yg terpenuhi. So, itu bukan bullying melainkan perkelahian. Sama juga misalnya kamu gak sengaja menyenggol teman ketika berjalan di kantin. Kalau teman kamu bilang itu bullying, sebenarnya itu bukan. Karena itu gak sengaja, cuma sekali terjadi, dan gak ada power gap.

Dalam kasus bullying biasanya ada peran-perannya yaitu:

1. The bully (pelaku)
2. The victims (korban)
3. The reinforcer (pendukung pelaku)
4. The defender (pembela korban)
5. The bystander (saksi).

Lalu apa dampak psikologis pada setiap peran?

Sebenarnya korban paling banyak membawa luka psikologis pasca kejadian bullying. Bukan hanya cidera (kalau physical bullying) tapi juga mulai dari merasa cemas, depresi, ketakutan yang ekstrem, sulit tidur, stres berkepanjangan, hilangnya percaya diri hingga sulit menjalin relasi sosial akibat menutup diri.

Tapi menjadi pelaku juga bisa membawa dampak psikologis yang gak main-main lho. Kalau gak ditangani segera, bisa berdampak pada berkembangnya perilaku anti-sosial, cenderung mudah terjerumus ke dalam perilaku berisiko (narkoba, seks bebas, minuman beralkohol, tindak kriminal), bahkan berpotensi menjadi seseorang yang abusif (senang kekerasan). Serem banget ya!

Gimana dengan peran lain seperti bystander, reinforcer, dan defender?

Mereka juga bisa kena dampak pada psikisnya, yaitu mengalami cemas, depresi bahkan trauma.

Kemudian gimana cara mengatasinya?

JIKA KAMU KORBAN
Jika baru saja mengalami, tenangkan dirimu terlebih dahulu dengan atur napas. Bicarakan pada orang yang kamu percaya, lebih baik pada orang tua atau pihak sekolah. Kenali emosi yang dirasakan dan terima emosi tersebut (marah, sedih, takut, dsb.). Beristirahat dan kenali apa kekuatanmu, lihat siapa saja yang dapat mendukungmu. Kelola stres dengan baik melalui hobi atau aktivitas yang membuatmu lega. Abaikan dan hindari kegiatan/waktu bertemu dengan pelaku. Latih diri untuk berani katakan "JANGAN GANGGU AKU!". Pemulihan perlu waktu, cari bantuan profesional seperti ke konselor dan psikolog.

JIKA KAMU BYSTANDER
Jika kamu menyaksikan langsung, segera lapor dan cari bantuan orang dewasa terdekat. Dukung korban dengan menemani dan melindunginya sebisa mungkin. Tawarkan bantuan untuk ke konselor ataupun profesional lainnya. Tidak turut serta dalam menyoraki maupun membantu pelaku melakukan bullying.

JIKA KAMU DEFENDER
Dukung dan dengarkan apa yang diceritakan oleh korban. Bantu korban menghindari situasi yang terdapat pelaku. Bantu korban dengan mengatakan "JANGAN GANGGU DIA!" kepada pelaku Bantu laporkan ke pihak yang berwenang (guru, orang tua, konselor). Temani korban saat korban melapor ke guru maupun orang tua. Tawarkan bantuan untuk mengantar ke psikolog atau konselor.

JIKA KAMU REINFORCER
Mulai sekarang, berhenti untuk menyoraki dan mendukung pelaku melakukan bullying. Jika kamu tidak mau dan tidak bisa membantu korban, setidaknya jangan memperkuat pelaku. Kamu juga berpotensi sebagai pelaku, jadi coba untuk mundur perlahan dari lingkup pergaulan dengan pelaku. Bantu pelaku dengan menyadarkannya bahwa perilakunya salah dan mendorong pelaku untuk meminta maaf kepada korban. Dukung pelaku dengan mengajaknya ke konselor atau psikolog jika memungkinkan.

JIKA KAMU (BERNIAT JADI) PELAKU
Tanyakan kembali apa yang membuatmu ingin jadi pelaku? Sadari bahwa setiap orang punya kekuatan & kelemahan masing-masing, hargai itu Sadari bahwa konsekuensi dari bullying yang dilakukan dapat mengancam masa depanmu. Cari aktivitas lain yang dapat menyalurkan energi negatif di dalam dirimu. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Sulit mengendalikan diri? Cari bantuan ke konselor atau psikolog.

Sumber: Olphi Disya Arinda S. Psi.

Celengan PengetahuanOù les histoires vivent. Découvrez maintenant