Pengaruh Psikologis Manusia Terhadap Minat Menulis

211 15 4
                                    

Materi yang akan saya sampaikan malam ini yaitu tentang mengenal pengaruh psikologis manusia terhadap minat menulis.

Minat sendiri sebenarnya adalah keinginan kuat yang berasal dari dalam diri individu. Dalam menulis, manusia mengenal dua hal. Minat dan bakat. Bakat adalah bawaan, alamiah dari lahir, sedangkan minat adalah keinginan dari dalam diri individu.

Dalam hal menulis, sekarang ini lebih banyak terbentuk dari minat. Yaps ... seiring dengan perkembangan pasar novel di Indonesia, banyak sekali remaja yang saat ini berminat dalam hal menulis. Ini bagus sekali untuk dunia literasi di Indonesia.

Namun minat seringkali mengalami kendala, seperti:
1. Rasa malas yang menggebu.

2. Gangguan dari luar, ajakan main teman, sehingga menulis bukan lagi prioritas.

3. Perasaan rendah diri, tidak yakin dengan tulisan sendiri, menganggap bahwa tulisan sendiri itu jelek dan tidak berkembang.

4. Faktor lain yang menyerupai.

Padahal, sebenarnya menulis adalah suatu bentuk terapi kesehatan mental yang berguna untuk membantu pemulihan para penderita gangguan mental untuk kembali normal.

Misalnya saja menulis diary atau catatan sehari-hari. Beberapa terapis kesehatan mental menganjurkan hal ini untuk para kliennya, agar mereka bisa mengetahui hal-hal apa saja yang telah dihadapi oleh klien--sebutan untuk pasien di dalam lingkup psikologis.

Seseorang yang biasa menulis sebuah catatan, cerita fiksi maupun non fiksi akan berbeda dengan seseorang yang tidak biasa melakukannya. Dengan menulis, individu akan sedikit banyak memiliki tempat untuk berbagi dan sedikit mengurangi gangguan mental, seperti stres dan insecure.

Seperti kita tahu, kesehatan mental saat ini itu menjadi hal yang sangat penting, namun sayangnya banyak remaja yang kurang mengenal apa itu kesehatan mental.

Kesehatan mental sendiri memiliki arti yang luas, yaitu sehat secara psikis atau jiwa. Dengan mental yang sehat, akan terbentuk individu yang tumbuh dengan baik. Namun, kenyataannya, banyak sekali remaja atau dewasa awal hingga usia tua yang tidak menyadari bahwa ia memiliki masalah dengan mental mereka. Seperti: gejala stres, frustrasi, anxiety hingga bipolar yang dianggap remeh dan sepele, padahal dari beberapa penyakit mental, bisa berakhir dengan suicide atau bunuh diri, jika tidak mendapat penanganan yang serius.

Mungkin saat ini banyak sekali orang orang yang merasa tidak diterima kehadirannya dan tidak tahu harus curhat dengan siapa. Nah, menulis bisa menjadi alternatif yang baik untuk teman-teman yang merasa tidak memiliki tempat curhat yang pas. Dengan catatan, menulis apa yang dirasakan namun difiksikan.

Memang sih, mood menulis itu kadang naik-turun, misalnya saat kita sedang down, mood menulis akan ikut surut, dan saat kita sedang bahagia, mood menulis pun akan ikut terangkat. Tapi ... justru ini adalah momen yang bagus untuk menulis, di saat sedih kita akan lebih bisa merasakan kesedihan, kekalutan, kekecewaan yang sedang kita alami. Dan ketika kita tuangkan ke dalam sebuah karya, maka karya itu akan lebih hidup dan memiliki nyawa, sehingga terkadang pembaca pun ikut merasakan apa yang dirasakan oleh penulis. Beberapa kali saya mempraktikannya dan memang terbukti bisa.

Sumber: Aristavee

Celengan PengetahuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang