Membuat Dunia Lebih Indah Dengan Menulis

43 1 0
                                    

Menulis, oleh sebagian orang masih saja dianggap sebagai sebuah aktivitas yang memerlukan energi khusus. Baik energi tentang kemampuan maupun energi kesempatan. Padahal, kita tahu bahwa siapa pun orangnya, di sekeliling kita, setiap saat, kapan pun dan di mana pun, selalu membawa benda elektronik, berupa HP (Android), Tablet, dan lainnya. 

Dengan perangkat elektronik tersebut, kita tahu, bahwa semua orang pasti mampu untuk mengirim atau membalas pesan. Dalam aktivitas tersebut, tidak lepas dari kegiatan membaca pesan, menulis pesan, atau mengedit pesan.

Melihat kenyataan tersebut, kita bisa simpulkan bahwa siapapun kita, tentu dapat dikatakan sebagai orang yang bisa menulis (termasuk membaca dan mengedit). Kelihaian kita dalam menulis pesan dalam sms atau WhatsApp sesungguhnya sudah dapat dijadikan bukti, bahwa kita mampu menulis. 

Masalah kualitas, itu bisa diperbaiki sembari terus belajar. Kualitas sebuah tulisan salah satunya dipengaruhi oleh seberapa banyak pengalaman dalam menulis. Tentu, agar punya pengalaman maka haruslah segera memulai untuk menulis. Sekarang juga! Bukan nunggu nanti.

Memang, kebanyakan orang, ketika punya tekad untuk belajar menulis, biasanya lalu membeli buku-buku perihal menulis, aktif mengikuti pelbagai seminar, workshop, talkshow tentang menulis, atau ada juga yang mengikuti kursus menulis yang segelar secara online. Bagaimana hasilnya? Ya, tentu ada hasilnya. Ada yang berhasil, bahkan ada yang tidak berhasil sama sekali.

Memang, semua itu kembali kepada individunya masing-masing. Kalau seorang individu sudah berniat untuk menjadi penulis, maka sebaiknya tidak perlu berlama-lama untuk belajar teori menulis atau berguru ke penulis senior. Lebih baik, langsung saja berbuat untuk menulis, menulis, dan menulis. Sebagaimana ketika kita membalas sms, WhatsApp.

Ketika ada pesan masuk ke handphone, kita langsung bisa membalasnya (dengan menulis pesan). Ide pesan untuk balasan pun datang saat itu juga. Sebaliknya, ketika kita tidak berniat (baca: ragu-ragu) menjadi penulis, maka meskipun sudah seringkali mengikuti workshop atau seminar menulis, nampaknya susah sekali untuk dapat mewujudkan diri sebagai seorang penulis.

Hari ini berencana nulis, semua kata kata udah kebayang dikepala, kalau udah gini laptop langsung di buka dan siap dengan sikap duduk yang paling nyaman. Di depan layar dengan mood yang udah boster, saya masih berkutat dengan keyboard yang belum tersentuh. Bayangan mau nulis apa udah ada di kepala, tapi buat menulis kalimat pertama saja masih menjadi masalah utama yang sering terjadi. 

Karena tidak menemukan kalimat yang cocok, saya beralih membuka Hp dengan laptop yang masih menyala. Kali saja setelah ngeliat status orang-orang di media sosial, sebuah inspirasi nulis bisa datang. Setengah jam buka tutup aplikasi, lihat chat, kembali ke beranda, scroll scroll, tutup lagi saya kembali menatapi layar. Dia tetap diam tak bersuara. 

Apalagi yang bisa mendatangkan satu kalimat pemula saja. Mungkin lagi lapar. Saya lalu berdiri mengambil sesuatu untuk dimakan. Bukannya bersiap untuk menulis, saya malah mengantuk dan memilih untuk tidur. Mungkin di alam mimpi nanti ada sesuatu yang menarik untuk ditulis.

Ini masalah terbesar yang sering saya hadapi. Ingin menulis tapi tidak tahu apa yang akan ditulis. Memulai kalimat pertama dan bagaimana mengakhiri tulisan itu. Terkadang banyak tulisan fiksi yang pernah saya tulis tidak menemui akhir cerita. Akhirnya tulisan-tulisan itu hanya tersimpan di draft tanpa pernah saya lanjutkan. 

Banyak hal yang mempengaruhi mood dalam menulis, saya sendiri misalnya sulit menulis kalau lagi males. Males mikir. Males buka laptop, mau nya lihat hp terus nungguin chat dia muncul di notif sampai tengah malam. Lalu yang saya lakukan hanya diam.

Mempunyai blog pribadi sebenarnya menjadi salah satu pengacu untuk tetap menulis. Kita merasa mempunyai tanggung jawab untuk menulis sesuatu untuk dibaca, walaupun tidak semua yang mampir ke blog suka membaca tulisan-tulisan seperti ini. Apalagi jika diberi komentar oleh pembaca, semangat untuk selalu nulis itu dijamin terus naik.

Lalu cara saya mengembalikan mood menulis itu dengan,

1. ✔ Banyak baca tulisan orang lain.

Dengan begini saya akan merasa ingin menulis seperti mereka yang tulisan nya kalian baca. Terkadang saya merasa ikut dalam alur cara dia menulis, itu di awal-awal. Setelahnya, saya sudah sedikit mendapatkan gaya saya sendiri. Tapi disini bukan sebagian plagiaters, penjiplakan, dan sebagainya hanya mencari referensi dan inspirasi

2. ✔ Dengarkan musik favorit.

Ini cara lain untuk mengembalikan mood yang lagi down, bukan hanya mood dalam menulis. Jika kalian merasa menulis dipengaruhi oleh suasana hati, maka perbaiki dulu suasana hati kalian. Biarkan isi hati tertuang dalam tulisan-tulisan indah kalian. Siapa tahu bisa membuat dia peka.

3. ✔ Keluar dan jalan-jalan.

Banyak melakukan aktivitas di luar rumah dapat membatu menghasilkan tulisan yang menarik. Apalagi jika kalian hobi travel dan eksplor banyak tempat. Kalian dapat membantu mempublikasikan tempat wisata seru yang belum terjamah. Apalagi kalau pergi nya bareng orang yang di sayang.

4. ✔ Mulai menulis.

Tulis apa saja, mulailah dan jangan mengulur waktu.

Untuk akhir tulisan seperti biasanya. Ada yang meminta untuk dilupakan agar semua hal dapat kembali seperti tak ada apa-apa namun hati yang memilih kamu belum mau pindah apalagi dipaksa untuk lupa.

Agar tulisan mudah dipahami

Jangan edarkan kalimat ambigu yang memunculkan makna lain

Setiap penulis itu punya pembacanya masing-masing, dan pembaca setianya ini akan paham sekali tulisan si empunya. Hal ini dikarenakan faktor kebiasaan yang terus berulang-ulang terjadi, yaitu si pembaca kerap menyantap tulisan-tulisan si penulis.


Sumber: Cindy Radicha

Celengan PengetahuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang