3 Dosa Penulis Pemula

24 2 0
                                    

Sebagai pemula tidak bisa dipungkiri akan melakukan kesalahan. Itu adalah suatu kewajaran. Namun, sebagai pembelajar sejati tidak apik bila kita mentoleransi kesalahan tersebut. Membiarkan kesalahan terus terjadi sama seperti memupuk dosa kecil yang lama kelamaan jadi dosa besar. Sesuatu yang mengerikan, bukan? Karena demi kualitas yang kian meningkat hari demi harinya, kesalahan-kesalahan tersebut harus dihindari.

Inilah tiga dosa besar yang sering dilakukan penulis pemula:

1. Menulis dan mengedit dalam waktu bersamaan

Kesalahan ini merupakan langganan dari penulis pemula. Dengan modal semangat juang yang tinggi, penulis pemula menulis dan menyunting secara serentak. Baru sampai pada paragram kedua, ia sudah sibuk memangkas di bagian sana sini. Merasa kurang star bagian pembukaannya, ada yang tidak nyambung, dan seterusnya. Bukannya melanjutkan kata demi kata berikutnya, hasilnya jadi kertas kosong yang tak ada hasil.

Sibuk memikirkan kesempurnaan bisa menjebak. Itulah yang terjadi pada penulis pemula. Umumnya, mereka terlalu berekspektasi tinggi. Anda tidak boleh sampai terkena jebakan seperti itu. Anda harus menyadari bahwa menulis dengan menyunting adalah pekerjaan yang berbeda. Meski sama-sama di depan layar PC atau laptop. Dalam menulis, kerja otak yang dominan adalah otak kanan yang jadi pusat kreativitas, dan imajinasi berjalan. Sedangkan, ketika dalam mengedit, otak yang aktif adalah otak kiri yang logis, runut, dan sistematis. Memakai dua bagian otak dalam satu waktu bak seseorang diminta melirik ke kanan, dan kiri dalam detik itu jua. Hasilnya bisa kacau berantakan.

Nah, penulis yang bijak adalah yang adil dalam bertindak. Kala ia sedang menulis naskah, tugasnya adalah menulis. Bukan menyunting. Demi profesionalisme, ia tidak akan merombak tulisannya. Tidak peduli apakah tulisan satu dengan yang lainnya ada kesinambungan atau tidak. Ia hanya menulis, menulis, dan menulis. Selama naskahnya belum selesai, ia tidak akan melakukan tugas lain.

Terus kapan baru boleh menyunting? Ya, beri jarak waktu antara menulis dengan menyunting. Paling cepat dalam waktu satu sampai tiga jam kemudian. Penulis sekaliber Raditya Dika saja mengedit tulisannya setelah seminggu berlalu. Alasannya agar ia menjadi pembaca yang baik agar peka dengan goresan-goresan luka dalam naskah seperti typo, tidak nyambung, dan lain-lain.

2. Tidak bisa memakai perlengkapan perang

Cara terbaik sebelum memulai perang adalah melengkapi persenjatan, dan atur strategi. Tidak bisa asal main terjun ke medan, itu sama dengan merencanakan bunuh diri sendiri. Sebagai penulis, hal tersebut jua berlaku. Sebelum menulis, ada baiknya Anda menyiapkan kelengkapannya. Seperti kamus, tesaurus, dan EBI. Semuanya bisa diunduh di smartphone.

Jika stok kosa kata Anda mentok, Anda bisa membuka tesaurus untuk mengecek sinonim, dan antonim kata. Dengan begitu, tulisan Anda tidak miskin diksi. Kemudian, bila Anda ragu dengan penulisan yang tepat dalam satu kata, Anda bisa membuka kamus untuk mengetahuinya. Misal, antara nasihat atau nasehat, apotik atau apotek. Itu mungkin hal sepele, namun penulis militan tak akan membiarkan kesalahan murahan seperti itu berlaku pada dirinya. Setidaknya, meski sebagai pemula, mental Anda sudah setingkat dengan master.

3. Malas membaca dan riset

Menulis itu sama seperti memanah. Olahraga yang disebut meneladani Nabi Muhammad tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata. Anda tidak bisa langsung menarik busur panah mengenai sasaran. Faktanya, memanah butuh keseimbangan tubuh, kefokusan, dan kekuatan fisik yang cukup. Seseorang yang sudah terlatih dengan latihan saja belum tentu bisa menembak tepat sasaran.

Letak kesamaan menulis dengan memanah ada di bagian terakhir tadi. Menulis butuh ketepatan. Nah, ini bisa didapat dari hasil riset terlebih dahulu sebelum menulis. Jangan sampai opini yang dibuat menyalahi fakta, dan data. Makanya ada yang mengklaim bahwa memilih menjadi penulis merupakan jalan untuk jadi pembaca yang baik. Karena tulisan yang baik lahir dari orang-orang yang gemar membaca.

Itulah 3 Dosa Penulis Pemula yang sering kali tidak kita sadari.

Motivasi menulis:
Saya ingat sebuah pernyataan menarik.

Ada 2 waktu terbaik untuk menanam pohon. Pertama, adalah menanam 10 tahun lalu. Karena seharusnya kita sekarang bisa memanen hasil pohon yang kita tanam. Sayangnya, 10 tahun lalu kita belum menanam apapun.

Kabar baiknya, waktu menanam kedua adalah sekarang juga. Kenapa? Karena 10 tahun kemudian kita akan memanen hasil yang kita tanam sekarang.

Nah, sekaranglah saatnya kita menanam pohon itu. Mulai segera menulis. Mulai segera meluangkan waktu untuk menulis. Investasikan uang, waktu, tenaga dan pikiran untuk menulis. Kalau sekarang, gak papa jelek, gak papa buruk. Saya yakin beberapa tahun kemudian kita akan memanen apa yang kita lakukan sekarang.

Ayo sama-sama menanam pohon. Agar nanti kita bisa memanennya bareng-bareng.


Sumber: Nasrul Yung

Celengan PengetahuanWhere stories live. Discover now