Teknik Show Don't Tell

47 0 0
                                    

SHOW DON'T TELL

Familiar dengan istilah ini?

Apa yang membuat sebuah tulisan menjadi hidup?

Apa yang membuat pembaca sampai bisa menangis tersedu-sedu saat membaca sebuah adegan?

Show don't tell, itu jawabannya.

Secara gampangnya, show don't tell berarti TUNJUKKAN. Jangan hanya JELASKAN. Yaitu, bagaimana kita bisa membuat pembaca seolah melihat secara visual dan merasakan apa yang kita tulis.

Showing: mengajak pembaca merasakan apa yang tokoh alami, dengar, dan rasakan, sehingga kisah bisa lebih hidup dan menggetarkan.

Contohnya:

Tell :
Aku sangat menyukai Mas Bagas.

Bandingkan dengan :

Show :

Acapkali aku dan Mas Bagas bertemu, selalu saja ada getaran dahsyat di hatiku, hingga pipiku bersemu merah, lantaran bunga-bunga cinta itu kian merekah. Ah, jangan lupa saat Mas Bagas mulai menggerakkan bibirnya. Suaranya bagai sengatan maha dahsyat yang mampu membuat jantungku berdegub lebih cepat.

Mana yang lebih terasa feel-nya? Mana yang lebih bisa membuat pembaca bermain dengan imajinasinya?

Selain itu, perlu diingat bahwa dalam tulisan, senjata kita hanya tulisan. Berbeda dengan film di mana pemain bisa langsung menunjukkan ekspresinya, ekspresi sedih misalnya, dan didukung dengan alunan musik (backsound) yang membuat penonton semakin larut dalam kesedihan yang ditunjukkan.

Tapi di tulisan? Tidak ada hal seperti sehingga teknik showing ini akan membantu kita untuk membuat pembaca melihat dan merasakan apa yang dilihat dan dirasakan tokoh dalam cerita kita, membuat mereka bermain dengan imajinasi mereka.

🍭 Cerita tidak datar dan lebih menarik.
🍭 Emosi pembaca lebih teraduk-aduk.
🍭Imajinasi pembaca lebih bebas bermain.

Maka, seringkali ketika sebuah novel difilm-kan, banyak yang kecewa dengan pemerannya karena pembaca sudah punya imajinasi sendiri tentang tokoh-tokohnya.

Ajaib kan si showing ini?

Beberapa tips untuk teknik showing.

1. Tempatkan diri kita pada posisi si tokoh.

Misalnya di novel saya, novel Canting, saya memosisikan diri sebagai Sekar. Dengan membayangkan saya menjadi Sekar, saya jadi bisa menggambarkan dengan detail apa yang Sekar rasakan saat tiba-tiba ia dilamar majikannya, saat tiba-tiba Hadi berlutut di hadapannya, di hadapan puluhan pengunjung Westlake Resto untuk meminta Sekar menjadi istrinya, bagaimana rasanya saat harus sekamar dengan majikan yang kini telah menjadi suaminya, dan sebagainya. Begitu juga dengan tokoh yang lainnya.

2. Bayangkan keadaan sekitar saat terjadi sebuah kejadian.

Misalnya, saat hujan.

Apa yang terjadi saat hujan? Jalanan basah, petir menyambar, orang-orang berlarian. Apa yang dirasakan saat hujan? Tenang, misalnya. Tunjukkan ini. Jangan hanya menulis :

Hujan datang, membuatku melamunkan tentang Rainy, putri kecilku yang mencintai hujan, seperti namanya.

Bandingkan dengan :

Rintik bening mulai berjatuhan, membasahi bumi-Nya yang sudah beberapa hari ini gersang. Kuhirup napas perlahan, menikmati nuansa syahdu yang timbul dari romantisme derai hujan dan aroma yang ia ciptakan. Sungguh menenangkan, hingga aku bergeming menikmati tiap tetesnya, membiarkan aliran kesejukan merasuk sukma. Aku semakin tenggelam dalam suasana, membuat lembar kenangan yang pernah terukir di bawah kucurannya kembali terbuka; tentang Rainy, putri kecilku yang juga mencintai hujan, sesuai namanya.

Nah, ini bisa membuat setting kita semakin kuat. Misalnya kita menulis cerita dengan latar musim dingin, atau musin gugur. Tunjukkan detailnya, agar membaca bisa merasakannya.

Juga saat kita menulis cerita berlatar luar negeri, misalnya. Showing akan membuat pembaca turut membayangkan tentang latar tersebut. Jadi, latar kita tidak sekadar tempelan belaka.

3. Jangan berlebihan, sebab showing yang berlebihan akan membuat pembaca justru jadi bosan. Detail yang terlalu detail justru akan mengaburkan inti cerita. Misalnya contoh soal hujan tadi.

Air langit mulai berjatuhan membasahi bumi-Nya yang sudah beberapa minggu ini gersang. Kuedarkan pandangan. Rupanya aku tak sendirian. Beberapa tampak tergesa membuka payung mereka untuk melindungi diri dari rintik hujan yang kian deras.

Cukup sampai di situ. Tidak perlu melebar sampai jenis dan bentuk payung digambarkan.

4. Latihan.
Showing ini memang harus dilatih. Tidak bisa serta merta bisa. Jadi, harus sering-sering dilatih.

5. Untuk mahir dalam teknik showing, tentu kita harus punya perbendaharaan kata yang banyak.

Mustahil showing kita bagus jika kata-kata yang digunakan hanya itu-itu saja.

Lalu bagaimana?

Perbanyak perbendaharaan kata.
Caranya:

🌵 Banyak baca
Tidak hanya sekadar membaca, tapi sadari kata-kata baru di situ, juga pelajari cara penulis meramu diksi.
Berapa banyak buku yang harus dibaca?
Saya sendiri tidak ada target, tapi saya suka membaca tulisan orang, jenis apa saja, termasuk tulisan di dunia maya. Untuk menikmati, sekaligus memperkaya diksi.

🌵Kata baru yang ditemukan, gunakan.
Begitu menemukan kata baru, pahami, lalu gunakan.

🌵Biasakan untuk menemukan padanan suatu kata.
Misalnya, tuturnya, kilahnya, ujarnya.

🌵Bebaskan kata dari makna
Maksudnya begini, mata misalnya.

Kupanahkan mataku padanya, tajam, membuatnya terpaku dalam diam.

Mata artinya mata. Seharusnya tidak bisa 'menjadi alat panah'. Tapi ketika kita membebaskan kata dari makna, kita bisa nembuat variasi seperti ini.

Jadi nggak melulu 'kutatap matanya'.

Hampir sama dengan majas. Menggunakan majas bisa membuat kalimat kita lebih variatif, showing kita lebih mengena.

Catatan : tapi tetap harus hati-hati, jangan kebablasan agar variasi kita tetap bisa diterima.

Tambahan di bagian latihan.
Misalnya :

Aku lapar.
Ganti dengan perutku tetasa melilit.

Aku marah.
Ganti dengan mataku memerah menahan amarah.

Aku sedih.
Ganti dengan napasku tersengal, pelupuk mataku mulai basah dengan bulir bening yang menggenang.

Aku bahagia.
Ganti dengan rasaku membuncah, bak bunga musim semi yang merekah indah.

Aku lelah.
Ganti dengan rasanya tak ada lagi tenaga yang tersisa. Sekadar mengangkat kepala saja aku tak bisa.



Sumber: Mbak Mimi, penulis novel Canting. (source: agen pena)

Celengan PengetahuanWhere stories live. Discover now