Pemindahan Ibu Kota Negara RI

16 2 0
                                    

ANALISIS LINGUISTIK KRITIS PADA PIDATO TAHUNAN PRESIDEN JOKOWI 2019 TENTANG ISU PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA

Oleh: Ella Yussy Dwi Astuti, S.S.

Isu pemindahan ibu kota negara Indonesia santer dibicarakan berbagai kalangan dewasa ini. Pro kontra terhadap isu ini sudah dipastikan ada dan membangun ruang pemikiran kritis bagi anak bangsa untuk ikut berperan dalam ranah dinamika.

Latar belakang permasalahan mengenai pemindahan Ibu Kota ini menjadi hal yang sangat ditunggu oleh semua kalangan. Namun, beberapa alasan resmi belum disampaikan oleh Presiden kepada masyarakat Indonesia.

Berbagai diskusi baik di warung kopi hingga forum formal pun sudah dilakukan. Pada akhirnya masyarakat menanti alasan apa yang menjadi cikal bakal gagasan pemerintah memindahkan Ibu Kota Negara.

Melihat isu ini saya sangat tertarik untuk mengulasnya dari perpsktif Analisis Linguistik Kritis. Hal yang dianalisis ialah pidato Tahunan Presiden Jokowi yang memuat gagasan pemindahan Ibu Kota Negara.

Analisis yang dilakukan tidak hanya melihat pemakaian bahasa dalam tuturan secara verbal namun juga melihat penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan kondisi sosial, kekuasaan dan ideologi.

Pendekatan yang dilakukan ialah dengan pendekatan Systemic Functional Linguistic (SFL) yang menjadi sebuah pisau analisis pidato tersebut secara data tekstual. Dalam makalah ini saya juga lampirkan Transkrip Pidato Tahunan Presiden Jokowi 2019.

Analisis Linguistik Kritis memingkinkan pengamatan pada pilihan kata, penggunaan transivitas, sistem apparisal dan gaya bahasa yang dipakai oleh pengguna bahasa, yakni Presiden Jokowi.

Dalam perspektif Analisis Linguistik Kritik menganggap bahwa bahasa merupakan media komunikasi yang tidak netral, sebab dapat digunakan oleh pengguna dalam produksi atau reproduksi wacana.

Dalam konteks isu ini Presiden Jokowi bertindak sebagai pengguna bahasa yang dapat dikatakan sebagai personal yang sedang memproduksi sebuah wacana.

Berberapa fitur-fitur metafungsional digunakan dalam melakukan analisis wacana kritis, seperti fungsi ideasional transifitas tata bahasa, fungsi interpersonal modalitas tata bahasan dan fungsi tekstual yang meneliti transformasi seperti nominalisasi, pasivasi dan klasifikasi pola-pola leksikal.

Sebuah teks pidato dapat kita sebut teks wacana yang diproduksi oleh penutur bahasa dalam konteks kepentingan tertentu. Secara tidak langsung sebuah wacana dapat disebut sebagai instrumen dalam mengontrol tingkah laku manusia. Kita sering melihat pihak-pihak yang memegang otoritas sering mempengaruhi dan bahkan mengontrol tingkah laku masyarakatnya melalui sebuah wacana. Maka, analisis ini akan mengarah pada perpektif ini.

Akan diulas mengenai deskripsi struktur wacana pidato, mengidentifikasi jenis, strategi, fungsi serta faktor sosial yang mempengaruhi tindak tutur dalam pidato, dan memaparkan fungsi pidato.

Presiden Jokowi sudah menjabat selama 5 tahun pada periode pertama menjadi Presiden Indonesia. Latar belakang lainnya ialah semua masyarakat tau bahwa Jokowi bersama Ma’ruf Amin merupakan pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang ditetapkan oleh KPU dalam pemilu 2019.

Selain itu, latar belakang lain perlu kita ketahui bahwa Presiden Jokowi sering kali melontarkan beberapa gagasan secara tiba-tiba sehingga ini juga menjadi latar belakang pembahasan.

Pembahasan ini juga terkhusus pada satu point mengenai Pemindahan Ibu Kota Negara, maka hal ini yang akan diulas secara lebih mendalam.

Pidato Jokowi yang disampaikan di hadapan forum Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif memiliki struktur pembuka, isi dan penutup. Dalam konteks pemindahan Ibu Kota presiden Jokowi sudah membuka sebuah wacana Indonesia Sentris yang saya kutip di bawah ini.

“...Ini pakaian (yg sedang dipakai) dari Sasak Nusa Tenggara Barat... Pada kesempatan yang berbahagia ini saya ingin mengajak semuanya untuk meneguhkan kembali semangat para pendiri bangsa bahwa Indonesia itu bukan hanya Jakarta, Bukan hanya pulau Jawa... maka pembangunan yang harus kita lakukan harus Indonesia Sentris...”

Menurut data yang didapatkan dari Instagram Kemenristek Dikti ditemukan beberapa alasan yang sudah diberikan oleh Presiden Jokowi yang diunggah pada tanggal 26 Agustus 2019.

Dalam teks pidatonya presiden Jokowi menyampaikan gagasan Pemindahan Ibukota secara Induktif. Artinya Presiden Jokowi telah menjelaskan beberapa alasan mengenai pemindahan Ibu kota ini dalam isi pidato yang disampaikan. Namun, beberpa informasi seperti yang terdapat pada point dua hingga empat tidak disebutkan dalam pidato.

Dalam pidato Presiden Jokowi memilih diksi “izin” sebelum menyampaikan gagasan Pemindahan Ibu Kota yang ditujukan kepada lembaga Legislatif negara. Tuturan ini adalah satu-satunya yang diucapkan dengan literal dan langsung. Selebihnya dapat dilihat kembali bahwa sepanjang pidato presiden menjelaskan beberapa point yang tidak serta merta ditujukan sebagai alasan Pemindahan Ibu Kota.

Dalam pidato presiden juga tidak menjelaskan terkait dengan RUU yang sudah disiapkan dalam rangka pemindahan Ibu Kota Negara. Melalui social media kemenristek dikti Maysrakat diberikan informasi terkait ini. Keduanya disampaikan pada tanggal yang berbeda. Pidato dilakukan dahulu dan kemudian rilis dari Kemenristek Dikti ada kemudian hari.

Point di samping berhubungan erat dengan istilah “Indonesia Sentris” yang diucapkan Presiden Jokowi dalam pidato kemudian rilis pada gambar disamping merupakan penjelasan lebih detail terkait isu ini.

Point di samping berhubungan erat dengan istilah “Indonesia Sentris” yang diucapkan Presiden Jokowi dalam pidato kemudian rilis pada gambar disamping merupakan penjelasan lebih detail terkait isu ini.

Isu-isu lingkungan seperti kebencanaan juga disebutkan oleh presiden Jokowi secara literal dan tidak langsung menjadi sebuah alasan pemindahan Ibu Kota yang diklarifikasi oleh rilis dari Kemenristekdikti seperti pada gambar di samping.

Isu lingkungan sangat ditekankan oleh Pemerintah terkait pemindahan Ibu Kota Negara yang mana juga disebutkan secara tidak langsung dan tidak literal dalam pidatonya.

Terkait anggaran tidak disebutkan sama sekali oleh presiden Jokowi saat berpidato namun oleh kemenristekdikti dirilis mengenai sumber pendanaan pemindahan Ibu Kota Negara.

Berberapa pesan presiden Jokowi yang terdapat pada pidato disampaikan keseluruhan secara tidak langsung. Hal ini dapat disimpulkan bahwa presiden Jokowi memproduksi wacana Pemindahan Ibu Kota Negara melalui pidato yang disampaikan. Fungsi domainnya adalah fungsi representatif dan direktif kepada semua pihak yang secara implisit berperan dalam wacana pemindahan Ibu Kota Negara ini. Pidato Presiden Jokowi menunjukkan beberapa fungsi di antaranya mengungkapkan gagasan, menyatakan janji, mengkritik, menyatakan kebijakan, menyuruh, berterimakasih, menjaga hubungan sosial, dan menjelaskan istilah-istilah khusus.

Jika kita sebagai masyarakat hanya mendengar Presiden Jokowi menyampaikan gagasan terkait pemindahan Ibu Kota Negara hanya pada paragraf terakhir dalam pidato, secara konten informasi dan alasan yang disampaikan melalui pidato relevan dengan alasan-asalasn yang dikemukakan oleh presiden Jokowi terkait pemindahan Ibu Kota Negara via sociam media Kemenristekdikti.

Sebagai masyarakat kita perlu mengawal bagaimana Pemindahan Ibu Kota ini direncanakan. Karena masih belum ada keputusan final apakah Ibu Kota Negara akan dipindah dengan segala urgensi yang disampaikan Presiden Jokowi.


Ps: Maaf, gambar tidak dapat dicantumkan.

Celengan PengetahuanWhere stories live. Discover now