Chapter 2.7

10.9K 1.5K 225
                                    

Kok masih nyider? Sedih nih gue :'(









Detik merangkai menit, tiap putarannya beranjak begitu cepat bagi Pluem yang tengah berjuang. Waktu sebulan yang diberikan tuan besar Tay Tawan yang awalnya disanggupi secara sesumbar menjadi semakin menipis mencekik urat nadi.

Sosok manis Chimon tak sepenuhnya lenyap. Ia bahkan masih beraktivitas layaknya hari lalu sebelum semuanya terjadi. Hanya saja pria seusia adik bungsunya itu benar-benar menunjukkan sikap tegas, tak mau menemui Pluem.

Awalnya Pluem tak terima. Segala cara dicoba agar Chimon mau sekedar bersua meski hanya hitungan menit saja. Tapi luka mengaga yang terbias di biner jernih si manis jadi tamparan telak.

Pluem sadar, masalah mereka tak akan selesai lewat paksaan. Sulung tiga bersaudara itu memutuskan membiarkan Chimon berkutat sejenak dengan waktu sendirinya.








....







Ramai riuh mengisi salah satu ballroom besar hotel mewah milik Vihokratana. Salah satu pegawai perusahaan tengah melangsungkan resepsi pernikahannya siang itu.

Nuansa gold elegan jadi pilihan kedua mempelai. Membiarkan para tamu undangan menikmati acara ramah tamah setelah pemberkatan yang dilakukan di gereja pagi tadi.

Pluem mendekati kedua mempelai. Sekedar memberi selamat pada anak buahnya, Mark dan suaminya Perth yang tengah menjamu para undangan.

Meski di sini ada Nanon dan keluarga kecilnya, namun Pluem merasa enggan untuk berbaur. Pria bersorot teduh itu lebih memilih duduk seorang diri.

"Uncle Pluem !!" Sampai persona kecil sang keponakan berlari dan menubrukkan diri di kakinya.

Pluem tersenyum. Mengusap pipi kemerahan Marc yang kini tampak gagah mengenakan tuxedo bak pangeran.

"Kok adek ke sini? Papa sama bundanya mana?" Tanya Pluem setelah mengangkat Marc ke pangkuannya.

Si kecil mendongak menatap sang paman dengan pandangan menggemaskan. "Lagi ngobrol sama temen-temennya, sama uncle Perth juga banyak. Adek bosen."

Hati Pluem sedikit terobati melihat kerucutan di bibir si kecil. Marc dan tingkahnya memang moodboster nomor satu di keluarga Vihokratana.

"Tapi nanti bundanya nyariin, gimana?" Pluem kembali bertanya.

"Tapi adek mau sama uncle aja."

Sial. Tatapan anak kucing itu membuat Pluem tak bisa menolak. Benar-benar mirip dengan tingkah bundanya.

"Yaudah tapi kita ke bunda dulu ya, bilang kalau adek mau sama uncle. Biar bundanya nggak nyariin." Ajak Pluem akhirnya.

"Ok, uncle !!"

Dengan digendong sang paman, Marc menunjukkan keberadaan orang tuanya. Mereka ada di tengah ruangan sedang berbaur dengan teman seangkatan yang lain.

Pluem tersenyum. Bahagia menyaksikan adiknya yang sempat terpuruk dapat kembali bangkit dan tertawa renyah dengan teman-temannya seperti sedia kala.

Tapi senyumnya redup mendapati tamu undangan yang baru saja hadir mendekati rombongan sang adik. Itu Chimon, yang tampak menawan dengan setelan sewarna peach melekat di badan. Sayangnya si manis tak datang sendirian. Seorang pria tinggi bermata sipit menggandengnya erat.

Hancur. Kepingan luka sang pria tampan mendadak berubah jadi serpihan.

"Uncle .." panggilan dari Marc membawa kembali kesadaran Pluem. Si kecil mungkin bingung, kenapa pamannya tiba-tiba diam dan berhenti berjalan.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora