Remaja

7.6K 663 64
                                    

Ide cerita by iasraraias - salsamiwwgup - Hidfirr__







Malam sudah menunjukkan pekat kuasanya. Sebagian besar manusia sudah larut dalam lelap mengistirahatkan raga yang sudah dipakai beraktivitas seharian penuh.

Namun berbeda dengan si tampan, anak sulung Ohm Pawat. Meski sudah sejak tiga jam yang lalu ia berbaring di ranjang empuknya bersiap tidur, tapi obsidiannya sedang tak mau menurut. Marc masih terjaga hingga kini.

Berubah-rubah posisi, bergerak gelisah, Marc tak bisa mengenyahkan satu persona yang sejak tadi sore berlarian stagnan mengganggu ingatannya. Si tampan jadi teringat bagaimana pertemuan pertama ia dan si persona pengganggu ingatan.


Flashback

Hari itu, tepat hari Kamis di minggu pertama bulan Desember. Marc dan beberapa teman satu sekolahnya yang telah ditunjuk mengikuti lomba di SMA Nusantara dalam rangka memperingati ulang tahun berdirinya SMA tersebut, datang bersamaan dengan bus sewaan sekolah mereka.

Beberapa dari mereka mengikuti lomba beregu. Beberapa lagi di bagian perorangan. Dan si tampan Marc kebagian ikut lomba perorangan di bagian pidato Bahasa Indonesia.

Selepas briefing sejenak dengan guru pendampingnya, mereka disebar sendiri mencari tempat lomba. Katanya melatih kemandirian. Tapi karena hal itu pula-lah Marc sempat kesasar kesulitan mencari ruangannya, padahal di tangan sudah ada denah gedungnya.

Marc agak kesal ketika itu. Waktunya sudah mepet namun ruangannya belum juga ketemu. Belum lagi ia kepanasan karena mondar-mandir mencari ruangan, serta seragamnya yang ditata rapi dan sopan.

Ya, tadi pagi sang bunda yang menata penampilan Marc. Katanya, "Mau lomba jangan kaya biasanya bajunya dikeluarin nggak rapi,  dasinya nggak kenceng, sama topinya nggak usah dipake aja dari pada makenya kebalik." Berakhir Marc yang ke sekolahan dengan rambut klimis tatanan sang bunda.

Namun dewi fortuna sepertinya masih memihak Marc. Saat ia berjongkok malas di depan salah satu ruangan segerombolan siswa berseragam SMA terbalut jas OSIS yang menurut Marc keren berjalan ke arahnya.

"Loh, kamu ngapain di sini, dek?" Salah seorang dari gerombolan itu bertanya pada Marc, membiarkan temannya yang lain jalan duluan.

Marc buru-buru berdiri. "Mau nyari ruang lomba pidato Bahasa Indonesia di mana ya, kak?"

"Oh di lantai dua, dek. Kamu dari sini naik terus belok kanan, lurus aja terus ke kiri lagi. Ruangan paling ujung." Terang si kakak yang berperawakan kecil dengan kaca mata membingkai wajah manisnya.

Yang lebih muda menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Eng.. bisa diulang lagi nggak, kak?"

Tawa renyah si kakak terdengar mengisi ruang dengar. "Dianterin aja deh yuk, dari pada kamu kesasar lagi nanti. Ayo, buruan bentar lagi waktu daftar ulangnya habis."

Dengan mengangguk semangat Marc berjalan cepat mengikuti langkah si kakak yang memimpin di depan. Badannya memang lebih pendek, tapi Marc akui langkah si kakak termasuk cepat. Marc saja cukup kesulitan untuk mengimbanginya.

Sampai di ruangan yang dimaksud, si kakak menghentikan langkah. "Buruan masuk, tuh peserta yang lain udah pada di dalem." Perintahnya setelah sejenak melongokkan kepala menilik isi ruangan.

"Baik, kak. Makasih banyak." Marc membungkukkan badannya sopan.

Setelah menangguk sekali si kakak kemudian pergi untuk kembali ke lantai satu melanjutkan perjalannya yang tadi tertunda karena Marc. Sedangkan si pemuda tanggung kita belum juga beranjak masuk sampai punggung si kakak benar-benar menghilang di belokan lorong.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now