Chapter 30

15.1K 2.1K 516
                                    

Boleh vote dulu nggak?








Malam terbalut mendung diiringi ritme gemericik air langit yang menghantam permukaan bumi. Dingin, lembab dan basah.

Nanon berdiri menghadap jendela kamar yang tirainya dibiarkan terbuka. Menghirup aroma petrichor yang terbawa udara sampai ke indera pembaunya.

Hujan dengan segala rasa gelisah yang sedang ditanggungnya. Kombinasi serasi pembawa kesedihan yang terus menghujam lagi dan lagi.

"Dek.."

Nanon terlonjak dengan suara lembut dan tepukan ringan di bahu kanan. Lamunan dalamnya sampai tak sadar sang bunda sudah dalam ruangan.

"Bunda temenin ya malam ini?" Sambung New sembari jemarinya terulur mengusap area bawah mata bungsunya yang bengkak karena menangis.

Nanon tak menjawab. Dibiarkannya sang bunda menuntunnya duduk bersisian di tepi ranjang. Kemudian New membenarkan letak duduk Nanon agar lebih nyaman dengan kaki selonjor dan mengusapnya pelan.

Dengan lotion yang sudah dikantonginya sedari tadi, New memijat ringan kaki Nanon yang tampak bengkak.

"Bun, jangan." Tolak Nanon.

Bukannya berhenti, New malah tersenyum. "Nggak apa-apa. Bunda pengen ngelayanin kamu pas susah kaya gini. Pasti rasanya nggak nyaman kan? Sampe kaya gini bengkaknya."

Nanon mengangguk. "Kadang kaya kesemutan, tapi lama." Adunya.

"Tuh, kan. Nanti coba direndem air anget ya, sayang."

"Oh iya bulan ini kamu udah ketemu dokter Arm kan buat pemeriksaan rutin?"

Dijawab anggukan lucu.

"Udah tau jenis kelaminnya?"

Kali ini gelengan.

"Lho, kenapa?"

"Biar jadi kejutan aja. Udah kesepakatan kok aku sama ... Ohm." Ujar Nanon dengan suara amat lirih di kata terakhir.

Elusan tangan New merambat naik, ke permukaan perut Nanon yang membesar. Gerakannya memutar memberi kesan tenang.

"Apapun dia, pasti akan jadi anak yang bahagia nantinya."

Nanon mengerutkan dahi dengan pernyataan sang bunda. "Kenapa?"

"Karena kedua orang tuanya sangat sayang sama dia."

Wajah Nanon berubah murung. Ada gurat kecewa yang tersemat di antara rautnya.

"Kayaknya enggak deh, bun."

Tangan New memegang dagu Nanon. Mengangkat wajahnya sehingga pandangan mereka bertemu.

"Nggak gimana? Emang kamu nggak sayang sama baby?"

"Bukan gitu maksudnya !" Sela Nanon cepat.

"Terus?"

Tak kunjung ada jawaban. Yang dilakukan Nanon malah kembali menunduk dengan pandangan random.

"Ohm?" Tebak New.

Nanon masih belum berani menjawab. Masih takut jika kenyataan yang diyakininya adalah sebuah kebenaran.

"Ohm juga sayang banget sama baby kok, dek."

Diam-diam Nanon pasang telinga mendengar setiap ujaran sang bunda tentang sang suami.

"Waktu kamu sakit kemaren dia kelihatan khawatir banget. Sampe panik kesetanan nanya mondar-mandir lho." Yang terbayang sebenarnya adalah raut gelisah Ohm yang mendengar diagnosa dokter Arm bersamanya. Tapi New tak tega jika Nanon tahu tentang kelainan kehamilan yang dideritanya.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora