Chapter 59

9.8K 1.3K 159
                                    

Derap pagi di hari libur dengan gerimis yang sedari gelap masih setia mengguyur. Meringkuk dalam dekapan selimut tebal bisa jadi pilihan terbaik bagi sebagian orang.

Tapi tidak untuk Ohm Pawat. Pelajar kelas XI itu mengaku kalah dengan rindu yang terlalu lama membebat dada. Hampir empat hari ditinggal sang istri dengan membawa serta si buah hati, Ohm merasa de javu. Kejadian saat Nanon pergi tanpa kabar dari rumah sakit ketika hamil dulu masih begitu membekas dalam ingatan, dan Ohm tak mau lagi hal demikian terulang.

Jam digital di tangan kiri menunjukkan angka 08.13 am, masih begitu pagi. Namun sosok gagah Ohm sudah berdiri di depan pintu rumah utama Vihokratana. Memencet bel dan menunggu setelah sempat mengibaskan rambutnya menepis jejak gerimis dari helai tebalnya.

Cklek..

Tak terlalu memakan waktu lama, pintu dibuka dari sisi dalam.

"Ohm.." Frank muncul dengan kerutan di dahi melihat siapa yang tak tahu diri bertamu di pagi hari.

Senyum tipis coba Ohm sajikan. "Pagi, kak. Maaf ganggu. Boleh... emm.." entah kenapa rasanya begitu ragu.

Frank menghela nafasnya paham. "Nanon sama Marc ada di kamar, masuk aja sebelum ayah sama bunda bangun."

Makin lebar saja senyum Ohm setelah mendapat bala bantuan secara terang-terangan dari sang kakak ipar.

"Thank you very much, kak."

"No problem."

Frank memundurkan badannya memberi ruang agar Ohm bisa masuk melewati pintu. Dengan senyum geli sang mahasiswa menyaksikan punggung lebar Ohm yang nampak antusias menuju kamar adiknya.

"I know you love them so much, Ohm."









....








Ohm membuka pintu kamar Nanon tanpa merasa perlu mengetuknya terlebih dahulu. Keputusan yang amat disesalinya setelah pemandangan pertama yang didapatinya ketika pintu terbuka adalah Nanon yang tengah membelakanginya menghadap almari mencari pakaian.

Tak ada yang aneh dengan posisinya. Hanya saja tubuh putih mulus Nanon yang masih setengah basah hanya dibalut handuk putih sebatas pinggang bahkan tak sampai lutut. Belum lagi kaki jenjangnya yang terekspos sempurna, semampai bak foto model profesional.

"Ohm !!" Pekikan tertahan Nanon yang berbalik kaget ketika pintu kamarnya dibuka seseorang.

Tanpa pikir berkali Nanon langsung menarik celana dan kaos apa saja yang bisa diraihnya lalu melesat masuk ke dalam kamar mandi dengan wajah memerah malu. Sedangkan Ohm, butuh beberapa detik sampai si tampan sadar dan bisa lepas akan fantasi liarnya pada tubuh tanpa cela milik sang istri.

Sadar Ohm Pawat, ini bukan waktu yang tepat, goblok !! -batin Ohm merutuki dirinya sendiri

Melihat Marc yang terlelap di tengah kasur, Ohm mendekatinya. Tangannya terulur membelai pipi bulat duplikat milik Nanon itu dengan sayang. Rindu begitu terpancar dari sorot berkaca si pemuda.

Marc, darah daging yang dulu sempat ia tolak kehadirannya ketika masa awal kehidupannya di perut sang bunda. Bayi yang ia anggap akan menghancurkan masa depannya yang telah tersusun sempurna. Ohm ingat, dulu ia bahkan sempat berencana melenyapkan si buah hati.

Tapi Tuhan punya scenario yang adil. Pernikahan diam-diam Ohm dan Nanon jadi salah satu faktor Marc bisa selamat dan sampai terlahir menatap fananya dunia. Bahkan Ohm merasa hatinya dijungkir balikkan 180° ketika ia sadar ia benar-benar menyayangi Marc sepenuh hati. Bukan lagi keterpaksaan dan karena keinginan mempertahankan Nanon belaka.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora