Chapter 2.14

9.5K 1.3K 191
                                    

Vote dulu atu lahh.. masa komen doang ngegas tapi ngevote kagak .. 🥺









Nanon menolak mentah usulan Ohm agar mengundang keluarga besar dalam jamuan makan malam di apartment mereka. Alasannya jelas, tempat mereka tak memadai. Hanya meja makan kecil dengan kursi tak lebih dari enam buah, bagaimana bisa menampung semuanya?

Solusinya adalah menyewa sebuah privat room di salah satu restoran yang ada di lantai dua hotel keluarga Vihokratana yang ada di pusat kota. Dengan sedikit bantuan dari Pluem, masalah mereka bisa terpecahkan lebih cepat.

Sebuah ruangan bergaya semi klasik dengan sebuah lampu kristal menggantung di tengah ruang. Pendar terangnya menyorot setiap sapuan cat sewarna lembut madu yang ada di sepanjang sisinya.

Poros utama terletak di sebuah meja makan seukuran meja rapat yang menampung sepuluh orang lebih. Lima kursi di sisi kanan diisi Nanon, Marc, New, Tay dan Frank. Lima di sisi lain diisi Singto, Krist, Chimon, Pluem dan Drake. Sedangkan Ohm sebagai tuan rumah ada di ujung meja di dekat Nanon di kanan dan Singto di kiri.

Membiarkan beberapa pelayan mondar-mandir melayani mereka dari sesi appetizer, main course, hingga dessert. Semuanya berjalan sesuai tata sopan santun keluarga kalangan mereka. Bahkan si kecil Marc yang makan dibantu bundanya-pun tahu tak ada obrolan selama makan, apalagi dengan eyang Tay-nya. Aturannya mutlak.

Barulah ketika mereka selesai dan waktu dikira pas, obrolan mereka mulai mengalir hangat.

"Jadi ada apa sebenarnya Ohm, kalian mengumpulkan kami di sini?" Tay Tawan dan mulutnya yang tak kenal basa-basi murahan.

Ohm memandang Nanon di sisi kanannya. Biner jelaga bertemu hazel, mencoba mencari penguatan. Satu anggukan kecil jadi jawaban.

Suasana mulai kembali tenang. Riuh sendok beradu keramik piring sudah reda tak terdengar. Mata Ohm melihat satu persatu eksistensi di sana yang sama-sama menunggu jawabannya.

"Di sini Ohm sama Nanon punya kabar baik untuk kalian."

Beberapa senyum tipis mulai muncul. Beberapa lagi masih setia dengan raut penasaran.

"Kami udah beli rumah di deket kompleknya ayah sama bunda. Rencananya kami akan pindah ke sana setelah beberapa renovasinya selesai."

"Rumah yang mana, Ohm? Barangkali bunda tau." Tanya New menanggapi.

"Yang di ujung komplek, bun. Yang ada pohon palem di halamannya." Sambar Nanon dengan antusias.

"Loh, rumah itu yang kamu pengen kan? bukannya udah kejual?" Heran New.

Nanon mengangguk lucu, membuat poninya yang mulai memanjang ikut borgoyang kecil. "Iya, yang beli Ohm ternyata."

Yang lain mengangguk-anggukkan kepala mengerti.

Tap

Ohm menoleh, merasakan tepukan bahu di sisi kiri.

"Selamat ya, akhirnya kamu punya istana impian kamu sendiri. Papa bangga sama kamu." Ujar Singto penuh wibawa.

Dapat Ohm lihat, netra yang mulai dimakan usia itu mencerminkan kepuasan tersendiri terhadap pencapaian buah hatinya. Dan Ohm begitu bahagia akan itu.

"Makasih banyak, pa. Ini juga berkat bimbingan dan pelajaran dari kalian. Ohm punya istana serta ratu dan pangeran Ohm sendiri."

"Kalian kalau butuh apa-apa jangan segan hubungi kami, ya. Kami pasti siap bantu kapanpun." Kali ini giliran Tay. "Ohm, kamu boleh kerja kejar impian kamu sampai sejauh apapun. Tapi inget kamu punya mereka yang kamu sebut rumah untuk selalu pulang." Matanya beralih pada sang putra bungsu. "Dan kamu, Non. Dampingi suami kamu terus. Kalau capek istirahat, bukan pergi atau lari."

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang