Chapter 2.20

9.1K 1.2K 168
                                    

Please ini mah, vote dulu baru boleh baca yaa :D







Marc keluar dari rumah sakit sehari setelah Nanon. Panas anak itu yang naik turun jadi alasan mengapa waktu pemulihannya menjadi lebih lama.

Hampir sebulan berlalu, semua berjalan normal dan baik-baik saja bagi keluarga kecil mereka. Setidaknya bagi Ohm dan Nanon. Di usia kandungan yang hampir memasuki usia tiga bulan Ohm benar-benar memanjakan Nanon. Niatnya di awal memang untuk menebus segala kesalahan masa lalunya, ditambah wanti-wanti dari dokter Arm agar di trimester awal ini Nanon tak sampai kelelahan.

Nanon bahagia tentu saja. Meski awalnya asing namun perlakuan manis Ohm padanya dan si calon buah hati lama kelamaan  jadi candu yang selalu dinantikannya.




....





Senja baru saja melepas tahtanya. Namun hangat semburatnya masih tersisa melingkupi keluarga kecil Ohm di apartment mereka.

Sang kepala keluarga yang sudah pulang sejam jam lima tadi kini tengah memasak berdua bersama sang istri. Nanon yang bertugas meracik bahan sambil duduk, dan Ohm yang akan bolak-balik mematangkan makanan mereka.

"Coba dicicipin, bun." Ohm menyodorkan sesendok kecil kuah tumisan di hadapan Nanon.

Si manis yang sedang membereskan tempat bumbunya menyesap sedikit lalu tersenyum. "Enak. Udah pas kok."

"Siapa dulu dong yang bikin bumbunya, istriku tercinta." Lalu mengecup singkat pipi bulat Nanon dan berbalik kembali ke depan kompor melanjutkan masakannya.

Diam-diam Nanon menuai merah semu. Bangga menyusup dalam hatinya melihat perubahan Ohm yang tak disangkanya. Jika dulu Ohm benar-benar nol dalam hal memasak, namun kini setelah enam tahun berjarak Ohm bahkan sudah pandai membedakan mana merica mana ketumbar.

"Bun, mau di sini ya.." suara si kecil tiba-tiba masuk dari depan pintu dan mendekati posisi Nanon duduk.

"Mau ngapain, sayang?" Tanya Nanon saat Marc meletakkan buku gambar A3-nya dengan sepaket krayon ukuran besar di atas meja.

"Mau gambar. Di kamar sendirian, takut." Jelas si kecil pada bundanya.

Nanon hanya mengangguk sebagai respon. Berbeda dengan suaminya yang datang mendekat sambil membawa semangkuk besar hasil masakannya.

"Kok gambarnya di sini, Marc?  Nanti kalau kena masakan gimana? Pindah aja ya." Nasehatnya.

Marc yang sudah hendak membuka krayonnya mendongak menatap mata jelaga serupa miliknya tersebut. "Sendirian, pa. Adek takut."

"Tapi di sini sempit, Marc. Kamu..."

"Udah, udah. Marc bunda temenin aja yuk. Kita pindah ke depan." Nanon coba menengahi keduanya.

"Jangan. Kamu kan belum makan, Non. Makan dulu biar kalian sehat."

"Nggak apa-apa kok, Ohm. Sebentar doang."

"Tetep aja nanti kamu jadi malah telat makan. Inget kan kata dokter Arm kamu nggak ..."

"Yaaaaaah.. basaaaaaaah.."

Kakimat Ohm belum selesai, sudah dipotong rengekan panjang dari sang anak. Perhatian kedua orang tuanya teralih. Tersentak kaget melihat salah satu ujung buku gambar Marc sudah masuk ke dalam mangkuk masakan dan tak kunjung diangkat.

Nanon menggelengkan kepala dengan tingkah putranya. "Awas dulu, dek biar bunda bersihin."

"Tuh kan jadi nggak bisa dimakan itu sayurnya. Adek sih dibilangin papa susah dari tadi." Komentar papanya.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now