Tetangga

5.3K 628 171
                                    

Vote dulu ah ;)










Hampir sebulan menuruti waktu lembur yang tak ada habisnya, hari ini Ohm memutuskan menyisihkan sejenak waktu berkumpul dengan keluarganya meski hanya makan siang biasa. Setelah menjemput Marc yang kebetulan hanya punya jadwal ujian praktik sampai jam 12 siang, lalu meneruskan perjalanan menjemput istri dan bungsunya di studio milik Drake.

Menuruti keinginan belahan jiwanya yang menginginkan sushi serta anak pertamanya yang ingin ramen, Ohm mengendalikan mobilnya menuju sebuah restoran Jepang yang letaknya tak jauh dari pusat kota. Hampir satu jam lebih keempatnya larut dalam bahagia kebersamaan ketika mengisi perut bersama.

Niat awal Ohm akan mengantarkan ketiga malaikatnya pulang untuk kemudian ia kembali ke kantor lagi setelah makan siang mereka selesai. Namun ketika Nanon membujuknya untuk sekalian pulang saja dan beristirahat ia-pun merubah keputusan. Toh maksud istrinya baik, agar ia juga menjaga kesehatan.

"Tadi gimana ujiannya, kak? Bisa?" Tanya Nanon yang duduk di samping kemudi ketika mereka dalam perjalanan pulang.

Marc yang duduk saling menyender di kursi belakang dengan adiknya mengangguk pongah. "Bisa dong, bun. Udah belajar sampai malem mulu masa nggak bisa."

"Bagus. Tapi inget jangan forsir tubuh sama pikiran kamu, ya. Jaga kesehatan. Papa juga, kerjanya jangan diforsir, kalau sakit gimana?" Kena juga, padahal Ohm sedari tadi sudah diam.

"Iya, sayang. Ini kan juga mau istirahat."

"Lewat jalan alternatif aja ya? Takutnya macet jam seginian." Sambung Ohm membelokkan mobilnya pada jalanan yang lebih kecil dari jalan utama.

Di belakang Marc bersmaa Mac sudah fokus pada smartphone si kakak, menonton kelanjutan anime yang biasa mereka tonton mengurangi bosan. Sedangkan Nanon memperhatikan jalanan lewat kaca jendela, coba mengingat sepertinya tak asing dengan daerah tersebut.

"Ohm, daerah ini kan....."

Ohm menoleh sejenak melihat Nanon yang menggantungkan kalimatnya. Kerutan di dahi Nanon menjawab pertanyaannya.

"Iya. Mau mampir lihat sebentar?" Tanya Ohm setelah ikut memperhatikan jalanan yang mereka lalui.

Nanon mengangguk. "Boleh. Sebentar aja yuk."

"Ok."

Selanjutnya semakin dekat semakin mereka familiar dengan daerah sepanjang jalan.

"Dulu kita nunggu angkot di sana kan?" Telunjuk Nanon mengarah pada pohon akasia besar di pinggir jalan.

Ohm mengangguk dan tersenyum. Teringat perjuangan mereka dulu karena motornya yang rewel tak mau jalan alias mogok. Jadi ia dan Nanon harus naik angkot demi ke tujuan mereka.

"Belok kanan, dikit lagi." Gumam Nanon melihat belokan sudah di depan mata.

Sampai. Mobil berhenti dengan Ohm dan Nanon yang sama-sama menarik nafas panjang. Netra keduanya menatap bangunan baru yang tepa ada di depan mereka.

"Loh, kok berhenti di sini, pa?" Heran Marc yang sadar sudah beberapa menit mobil mereka berhenti di depan sebuah pertokoan.

"Ini dulu rumah kita, kak." Nanon yang menjawab.

"Hah?" Marc melongokkan kepala ke depan, berharap bisa lebih jelas melihat apa yang ada di depan. "Kita tinggal di ruko, ya?"

"Nggak. Dulu ini rumah. Tapi sekarang udah dibongkar kayaknya, dijadiin pertokoan gini." Jelas Ohm.

Marc mencoba mengingat, tapi sama sekali tak ada ingatannya tentang rumah ini. Sedang Mac masih sibuk dengan gawainya. Tak peduli tiga orang lainnya sedang sibuk bernostalgia.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang