Chapter 31

13.4K 2K 302
                                    

Vote dulu baru baca ya .. ;)







Tiga hari penuh berada di rumah tanpa sekalipun bertemu dengan dunia luar, membuat Nanon mulai merasa jenuh. Mau melakukan pekerjaan demi membunuh bosan-pun sang bunda bersikeras tak mengijinkan. Dari kehidupan keras bersama Ohm di rumah kecil mereka, Nanon berubah bak pangeran yang apa-apa tinggal tunjuk sekarang.

Ngomong-ngomong soal Ohm, si pemuda tampan tak ingkar pada ucapannya sendiri yang mengatakan akan menjemput Nanon di rumah sang mertua. Hanya saja keadaannya sama. Nanon menolak bertemu dan berakhir salah satu keluarganya yang menyuruh Ohm pulang baik dengan cara halus ataupun ketus.

Pagi hampir berganti siang ketika Pluem keluar kamar dan menemukan adik bungsunya duduk melamun menatap kosong pada ikan yang berenang dalam aquarium ruang tengah. Sesekali tangannya bergerak memberi pakan pada si ikan yang langsung habis disambar.

"Dek, ikut abang yuk.."

Nanon yang kaget langsung menoleh dan mengerutkan dahi setelah paham maksud abangnya.

"Kemana?"

"Jalan-jalan ke cafe atau mall, kemana aja deh semau adek. Tapi kita ke kampus abang dulu ya mau ngumpulin tugas." Tawar Pluem.

"Emang abang nggak balik ke kost?"

"Ya balik tapi besok pagi. Hari ini mau nemenin kamu aja mumpung nggak ada jadwal."

"Tapi bang...." pandangan si manis berubah sendu ketika dibawa menunduk.

Gerakan tangannya di perut yang tak luput dari mata Pluem, membuat yang lebih tua sadar akan apa yang membuat adiknya ragu diajak keluar.

"Kamu malu kalau orang-orang tau tentang baby?" Tebak Pluem.

"Ya nggak gitu. Tapi kan...." Entah, Nanon saja bingung dalam mengungkapkannya.

"Tapi apa? Kamu sayang baby kan, dek?"

Nanon mengangguk lucu. "Aku nggak tau, bang. Cuma aku takut kalo temen-temen abang tau keadaan aku mereka bakal ngejek abang. Aku..... aku bikin malu, bang."

Pluem menghela nafas panjang dengan alasan sang adik. Satu sisi dadanya nyeri melihat kemurungan Nanon yang bertubi-tubi. Dan satu sisi lagi kemarahannya makin tebal pada Ohm yang dianggapnya tersangka utama dalam kasus mereka.

Satu tangan terulur mengusak rambut Nanon, dengan posisi Pluem kini berjongkok di depan sang adik, menyamakan tinggi dengan Nanon yang duduk di kursi.

"Nggak akan ada yang berani ngejek abang. Dan kamu juga nggak bikin malu. Abang, kakak, bunda, semuanya bangga sama adek. Adek hebat udah mau mertahanin baby sampe ngorbanin kehidupan nyaman adek. Adek itu seorang ibu yang bertanggungjawab, bukan pengecut. Abang malah ngerasa abang masih harus banyak belajar sama adek soal tanggung jawab."

"Ayo senyum, jangan murung terus. Takut nanti si baby sama bundanya kalo kamu cemberut terus." Goda abangnya.

Nanon mencebik kesal. "Ish, adek nggak cemberut, ya. Senyum nih..." Ujarnya dengan satu senyum yang terkesan paksa.

Pluem hanya terkekeh menanggapinya. "Yaudah yok siap-siap. Nanti abang yang ijin bunda."

"Hm."


....



Mobil Pluem terparkir rapi di parkiran fakultas yang kala itu cukup lengang. Mungkin karena jam makan siang, sebagian mahasiswa memilih untuk makan di luar.

"Tunggu di sini aja, ya. Abang bentar doang kok." Pluem langsung keluar mobil setelah Nanon mengangguk.

Dapat Nanon lihat kakaknya berjalan ke arah gedung di depannya dengan sesekali menyapa orang yang dia kenal. Bahkan Pluem nampak cukup lama berbincang dengan seorang pemuda seumurannya yang sesekali tersenyum konyol.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now