Chapter 9

16.7K 2K 344
                                    

Pandangan heran dari teman-temannya, menyambut awal pagi Nanon di sekolah. Dia bahkan baru masuk gerbang, belum juga masuk ke kelas tapi sorot penuh pertanyaan sudah menghujamnya dari tatapan Chimon dan yang lain.

"Non, ayo." Dan orang inilah sumber tatapan tersebut.

Bagaimana tidak, Nanon yang katanya sudah putus dari Ohm, bahkan pernah dimaki-maki di kantin, kini turun dari boncengan motor Ohm seolah-olah hubungan keduanya baik-baik saja.

"Hm." Angguk Nanon datar. Berjalan duluan menghiraukan uluran tangan Ohm yang hendak menggandengnya.

Nanon risih. Yang menatapnya tak hanya para sahabat, tapi juga para murid yang lain. Perasaan takutnya makin menyerang saja, takut jika rahasianya terbongkar.

"Non, tunggu!!" Ohm mencekal tangannya.

Nanon terpaksa berhenti karena Ohm menyeretnya ke lorong sepi dekat ruang olahraga.

"Kenapa?" Suara Nanon masih datar.

"Inget kata aku tadi pagi. Buat kebaikan kita semua." Ujar Ohm lalu pergi lebih dulu setelah mendapat satu anggukan dari Nanon.

Mungkin maksudnya buat kebaikan lu doang -batin Nanon






....





Flashback

Tadi pagi, di rumah Nanon

Jika sinar terang mentari berarti keceriaan pagi bagi orang-orang, tapi tidak untuk Nanon. Paginya terasa suram meski mentari tak melepas sinar.

Pertama, abangnya, Pluem harus pergi sejak fajar dan melewatkan sarapan karena harus kembali ke kost dulu mempersiapkan modul. Kedua, hangat kasih sayang ayahnya seolah tak seramah dulu sebelum kenyataan pahitnya terkuak.

Ketiga, masih tak ada kata yang keluar dari mulut Frank untuknya. Bahkan saat Drake sempat hendak menyapa, Frank melarang. Drake yang tak tahu apa-apa hanya maklum, fikirnya mungkin hanya pertengkaran biasa antara adik dan kakak.

Dan terakhir, perintah mutlak sang ayah yang menyuruh Ohm kembali mengantar jemput Nanon seperti sedia kala. Bukan, bukan itu yang membuat Nanon sedih. Tapi ucapan Ohm ketika mereka dalam perjalanan di atas motor.

"Anggep aja kita balikan." Ujar Ohm menuntun tangan Nanon memeluk pinggangnya.

Nanon belum bersuara.

"Tapi jujur, aku ngelakuin ini semua karena anggep begitu. Demi kamu, bukan bayi itu."

Nanon terkesiap. "Maksud lu?"

"Aku bisa terima kamu, tapi nggak buat bayi itu."

Perlahan tangan Nanon mundur, melepas pelukan di pinggang Ohm.

"Nanti kalo temen-temen tanya, bilang aja kita balikan. Tapi jangan sampe satu orangpun tau tentang kamu hamil atau tentang kita bakal nikah. Demi kebaikan kita. Kamu masih mau ngeraih masa depan kamu kan?"

Dan gesekan hidung Nanon yang mengangguk di punggungnya membuat ocehan Ohm berhenti terdengar.






....





Nanon tak langsung menuju kelas setelah Ohm meninggalkannya. Pemuda manis itu sempat menenangkan dirinya di toilet sebelum keluar bertepatan dengan bunyi bel masuk.

"Lu utang cerita sama kita, Non." Todong Mark saat Nanon baru duduk di kursinya. Pernyataan kekasih Perth itu sontak diangguki yang lain.

"Kalian.. maksud gue lu sama Ohm..." Kalimat Chimon dibiarkan menggantung.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang