Chapter 49

10.3K 1.7K 363
                                    

Aturannya masih sama. Vote dulu. Ok?














Ohm memasuki rumahnya sembari menguap, lelah. Kedua tangannya sibuk mengusap lengan dan bahu yang terasa dingin karena udara malam.

Sepi. Hanya samar terdengar suara sikat cucian beradu kain pakaian dari arah kamar mandi. Ohm agaknya tak peduli. Lelah begitu mendistrak otaknya agar segera menyentuh kasur.

Jadwal home schooling yang semakin padat, ditambah tugas-tugasnya yang seolah tiada henti. Belum lagi pekerjaannya di cafe yang begitu ramai pengunjung hari ini, membuat tubuh Ohm yang memang sudah terasa kurang sehat sedari pagi jadi semakin tak karuan.

Dalam perkiraan Ohm, Nanon yang mungkin tengah sibuk mencuci akan menghampirinya setelah mendengar deru mesin motornya memasuki area rumah mereka. Ohm begitu ingin dipijat atau sekedar dielus keningnya sayang.

Tapi perkiraannya salah. Nanon tak jua muncul, bahkan setelah Ohm merebahkan dirinya di samping Marc yang terbaring di tengah kasur.

"Sial." Gumam Ohm merasakan basah di punggungnya yang baru saja menyentuh kasur.

Basah, hangat dan bau pesing. Sepertinya Marc mengompol sejak beberapa waktu yang lalu, entah sudah berapa kali mengingat banyaknya genangan basah di kasur mereka. Tapi anehnya si bayi bahkan tak menangis. Ohm baru sadar, sedari tadi Marc terjaga menatapnya dengan biner sewarna malam yang begitu jernih.

Ohm memijat keningnya yang terasa pening. Tanpa perlu berinteraksi dengan si bayi, ia langsung keluar. Tujuannya jelas, kamar mandi tempat istrinya berada.

"Non.." panggil Ohm melihat pintu kamar mandi yang terbuka, menampakkan punggung Nanon yang sibuk dengan ember cuciannya.

Nanon sigap menoleh. "Kenapa?"

"Marc ngompol dari tadi kenapa nggak kamu cek?"

"Loh, dia ngompol? Aku nggak tau soalnya dia diem aja dari tadi."

Ohm berdecak malas. "Sampe kasurnya basah semua gitu kok."

"Yaudah kamu beresin ya tolong, gantiin popoknya sekalian." Perintah Nanon kalem.

"Kok aku?" Tanya Ohm tak terima.

"Aku mau nyelesein nyuci dulu."

"Aku capek, Non abis kerja seharian. Sampe rumah aku mau istirahat, bukan malah disuruh-suruh kaya gini." Nadanya agak meninggi.

Nanon sedikit kaget, tapi langsung bisa kembali menguasai diri. "Yaudah, kamu rebahan di sofa aja dulu biar beresin Marc."

Tanpa pikir panjang keduanya melangkah ke tujuan masing-masing. Ohm yang merebahkan dirinya di sofa dengan lengan kanan yang menutup mata, serta Nanon yang menghampiri putra kecilnya.

"Hai, sayang. Adek pipis ya?" Nanon memulai interaksinya dengan si bayi.

Tangan Nanon cekatan melepas baju dan popok Marc. Sayangnya saat bajunya dilepas, si kecil menangis keras. Air matanya turun berlomba-lomba, seolah jebol setelah ditahan begitu lama.

"Ssstt, jangan nangis dek nanti papa kebrisikan." Nanon berujar menenangkan sambil tangannya tak berhenti membereskan kekacauan di kasurnya. Namun Marc malah bersuara lebih keras. Nanon panik tentu saja.

Setelah baju Marc diganti, Nanon menggendong si bayi ke arah dapur. Prioritasnya kini adalah membuatkan susu untuk si bayi. Peduli setan dengan kasur dan sprei basah yang belum dibereskannya.

"Ssst, diem dong sayang. Bentar lagi ya bunda buatin susu dulu." Tangannya kerepotan menenangkan Marc dalam gendongan sekaligus meracik susu botol untuk putranya.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن