Chapter 21

14.4K 1.8K 365
                                    

Ohm membuka pintu dengan sepelan mungkin. Hari sudah begitu malam dan dia baru saja kembali dari cafe tempatnya bekerja.

Setelah menggosokkan tangan dan menangkupkannya di muka mengatasi dingin yang sempat didapat karena berkendara di malam hari, Ohm berjalan pelan masuk ke dalam rumah. Sebisa mungkin tak menimbulkan suara karena takut mengganggu Nanon yang sudah terlelap.

Tapi belum juga masuk ke dalam kamar, sampai di meja makan perkiraan Ohm sudah terbantahkan. Mungkin iya Nanon sudah tertidur, tapi sepertinya tak begitu lelap.

Si tampan mendekati Nanon yang tertidur menelungkup di meja makan. Tangan kirinnya memegang kemeja lengan pendek Ohm yang tadi siang urung dipakainya karena salah satu kancingnya lepas, sedangkan tangan kanannya memegang jarum yang tersemat benang.

Ohm mengusap wajah dan menghela nafasnya kasar. Kenyataan seperti ini seolah menamparnya begitu keras agar semakin dan semakin menerima keadaan. Kehidupan mereka sudah berubah, dan Ohm harus bisa seperti Nanon yang siap akan itu.

"Non, bangun yuk." Ohm berjongkok tepat menghadap wajah Nanon. Pipi si manis dielusnya lembut.

"Non, bangun kita pindah ke kamar aja." Kini tangannya mulai memainkan pipi chubby di hadapannya dengan gemas.

Dengan perlahan tubuh berisi itu tampak menggeliat dan membuka kelopak matanya. "Ohm.."

Melihat sang suami sudah pulang, Nanon langsung duduk tegap dengan mata berbinar. "Baju kamu udah aku betulin." Menunjukkan baju di tangannya, tapi kemudian berubah sendu. "Tapi maaf, jahitannya nggak rapi. Benangnya juga warnanya beda, yang putih nggak ada soalnya."

Ohm tersenyum miris, mengelus puncak kepala Nanon. Memang benang yang digunakan Nanon berwarna hitam, berbeda dengan benang di kancing lain yang berwarna putih.

"Nggak apa-apa kok, nggak terlalu kelihatan juga. Makasih banyak ya udah dibenerin."

Dulu boro-boro mamanya mau kembali memasang kancing yang lepas. Mentok-mentok dipasangkan oleh bibi Lyn, atau seperti biasanya tinggal buang dan beli lagi yang baru. Tapi sekarang, uang mereka lebih berguna untuk membeli kebutuhan primer dari pada memikirkan masalah baju dan penampilan.

"Yaudah, ke kamar yuk kamu lanjutin tidurnya. Pasti nggak nyaman kan tidur di sini kaya tadi?" Ajak Ohm.

Namun Nanon tak kunjung mengiyakan. Matanya bergerak gelisah menandakan ada satu yang ingin diucapkan.

"Hei, kenapa?" Tanya Ohm.

"Ohm, pengen nasi goreng....."

"Oh, cuma..."

".... pake kuah."

"Ha? Gimana?"

Nanon berdecak melihat reaksi Ohm. Suaminya ini tuli apa bagaimana?

"Aku mau nasi goreng tapi pake kuah !!" Ujar Nanon dengan penekanan di setiap katanya.

Ohm sudah mengerang frustasi. Ini sudah hampir tengah malam dan dia baru saja pulang kerja, tapi istrinya malah mengajak otaknya berpikir begitu keras.

"Nasi goreng pake kuah tuh yang gimana?"

"Ya nggak tau, pokoknya pengen itu."

"Iya tapi kan....."

"Ohm, do you still love me?"

Ohm diam sejenak. Kenapa tiba-tiba Nanon bertanya tentang perasaannya? Perubahan topiknya terlalu random.

"Kamu tau jawabannya. Nggak pernah berubah."

Nanon mengangguk dengan senyum tipis. "Jadi bisa kan buatin aku nasi goreng pake kuah? Demi aku."

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now