Chapter 12

16.2K 2.1K 331
                                    

Kembali dari rutinitas kerja sebagai CEO perusahaan retail, Singto disambut pemandangan hangat calon menantu dan sulungnya yang tengah berbincang di ruang tamu. Ayah dua anak itu tersenyum teduh.

Sedikit sapaan sekedar formalitas, Singto kemudian melenggang menuju dapur, dimana biasanya sang istri bertahta.

"Ma.." panggil Singto dari pintu dapur.

Krist yang sedang membuat susu untuk sang calon menantu menoleh. "Eh, udah pulang, pa?" Untuk kemudian mendekati suaminya dan mendekap tubuh lelahnya memberi energi.

Singto mengangguk. Menghirup dalam aroma lembut yang menguar dari ceruk leher istrinya, mengurai lelah.

"Kok Nanon di sini?" Tanya Singto setelah pelukan mereka mengendur.

"Ohm yang bawa. Tadi dia pingsan, Ohm panik makanya langsung dibawa ke sini." Terang Krist.

Singto mendengus. "Paling juga dia takut sama ayahnya Nanon kalo harus bawa dia pulang ke rumahnya."

"Iya kali." Krist kembali ke kegiatan awalnya membuat susu.

Singto mengikuti, mendekap istrinya dari belakang. "Emang Nanon pingsan kenapa?"

Terdengar kekehan Krist yang mengingat keimutan calon menantunya tadi. "Laper katanya. Faktor baby kali ya, makanya sering laper."

"Udah bilang orang tuanya?"

"Belum. Kamu aja yang bilang kak Tay. Aku ngasih susunya dulu ke Nanon. Ijinin juga sekalian biar dia nginep sini."

Singto mengangguk. Duduk di meja makan kemudian membuka smartphone ketika sang istri sudah melenggang.

'Hallo..' suara berat dari seberang lebih dulu menyapa.

"Hallo, kak. Ini Singto. Aku cuma mau bilang anakmu Nanon ada di rumahku. Tadi dia pingsan dan Ohm membawanya ke sini."

'Apa??' suara Tay terdengar begitu panik mendengar kata pingsan.

'Sekarang keadaan adek gimana? Masih pingsan? Udah dibawa ke dokter?' cecar Tay dengan satu tarikan nafas. Samar terdengar suara New juga yang khawatir pada si bungsu.

"Udah baikan, kak. Udah sehat juga. Cuma kelaperan katanya. Sekarang lagi sama mamanya anak-anak."

Suara hembusan nafas lega terdengar dari sisi Tay. 'Yaudah aku jemput adek abis ini.'

"Eh jangan, kak nggak usah. Kata Krist dia pengen Nanon nginep sini dulu. Mungkin pengen lebih kenal sama calon mantunya. Boleh kan?"

Terdengar grusuan dari seberang. Sepertinya Tay sedang meminta persetujuan New.

'Terus sekolahnya adek nanti gimana? Besok masih try out kan?'

"Biar dianter Ohm sekalian dari sini. Masalah seragam, bisa pinjem punya Ohm dulu nggak masalah. Giman kak?"

'Ok deh. Tapi tolong jagain Nanon baik-baik ya Sing. Suruh dia aktifin hapenya, bundanya khawatir.'

"Iya kak nanti dibilangin."

'Makasih banyak, Sing.'

"Sama-sama, calon besan."





....






"Gimana?" New memandang penuh harap pada suaminya yang baru selesai menutup telefon dari papanya Ohm. Raut khawatir jelas tergambar di wajah manisnya.

"Adek nginep di rumah Ohm malem ini. Besok sekolah dari sana sekalian." Jawab Tay menjelaskan.

"Tapi, mas..."

"Stt.. biarin. Adek kan juga perlu kenal sama calon keluarganya." Tay memotong ucapan New yang hendak menyuarakan protes.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora