Chapter 2.21

8.3K 1.1K 201
                                    

Vote dulu baru scroll baca yaaa.. ;)












Hari demi hari berlalu, sudah hitungan berkali ganti bulan sejak sakitnya Marc yang bersamaan dengan pendarahan sang bunda. Tepatnya hampir lima bulan dengan suasana yang terasa amat menekan bagi seorang anak kelas satu sekolah dasar tersebut.

Seperti malam ini, mereka bertiga sudah siap dengan jas dan kemeja rapinya untuk menghadiri pertunangan resmi Pluem dan Chimon yang diselenggarakan di rumah besar Adulkittiporn. Sedari awal mobil Lexus Ohm mulai digas, Marc sudah memasang wajah cemberutnya. Keinginannya untuk duduk dipangku sang bunda ditolak mentah-mentah oleh papanya dengan alasan akan menindih sang adik.

Untuk orang dewasa yang memahaminya mungkin alasan Ohm benar-benar masuk akal mengingat kandungan Nanon yang sudah menyentuh angka tujuh. Tapi bagi sulung mereka semuanya terdengar seperti disisihkan, papa dan bundanya seperti sedang menjauhinya. Apalagi setelah Marc dibiarkan duduk sendiri di belakang.

Alih-alih mengoceh panjang lebar seperti kebiasaannya dulu, Marc hanya duduk menepi menempelkan sisi kepala di jendela mobil papanya. Dalam hati merutuk penuh tanya kenapa selalu adiknya dan terus saja adiknya. Apa Marc sudah tak disayang sebesar dulu?

"Kak, turun yuk." Ujar Nanon membuka pintu belakang mobil dengan senyum lembut pada sulungnya.

Tapi si kecil melengoskan wajah. Kesal di hati masih mendominasi pada kedua orang tuanya.

"Ayo Marc, mau gendong papa?" Kali ini Ohm yang baru mendekat menawarkan diri.

Lagi-lagi si kecil hanya diam. Dadanya nampak naik turun dengan dengusan nafas keras memburu. Marah.

Ohm melayangkan pandang penuh tanya pada Nanon. Berharap sang istri bisa memberinya sedikit solusi. Sayang yang jadi jawaban hanya kedikan bahu semata.

"Marc, jangan ngambek nanti jelek." Bukannya peduli, ucapan Ohm malah membuat anaknya makin meringkuk tak mau turun.

"Loh, Marc kok nggak masuk?" Suara familiar yang didengarnya langsung membuat Marc bersemangat dan menjawab dengan sajian senyum.

"Uncle Drake !! Uncle Frank !!" Serunya.

Drake langsung menyambut Marc yang merentangkan tangan dan menggendongnya. Sedangkan Frank mendekati Nanon dan sempat mengelus perut besar sang adik.

"Kenapa?" Tanyanya sambil melirik Marc yang kini sudah  bercanda dengan Drake.

"Biasa, nggak mau dilarang." Jawab Nanon setengah berbisik.

Frank nampak menghela nafasnya maklum. "Dek, inget ya walaupun nantinya Marc punya adek tapi posisi dia tetep anak kalian. Jangan dibedain." Sedikit banyak Frank tahu keluh kesah Marc yang sering anak itu ceritakan padanya jika main ke studio.

"Nggak kok, kak. Kita bakal nyoba adil."

"Dan adil itu nggak harus sama rata kan? Tapi sesuai porsinya." Sambung Ohm pada kalimat sang istri.

"Aku percaya kalian. Yuk ah masuk." Ajak Frank menyusul Drake yang sudah melangkah lebih dulu masih sambil menggendong Marc.

"Ohm.." Nanon mendongak menatap biner jelaga sang suami.

Ohm paham, istrinya diliputi pikiran macam-macam sekarang. Netra jernihnya menguarkan pilu yang sedang dirasa.

"Jangan dipikirin, inget kata dokter Tee buat jaga kesehatan."

Nanon hanya mengangguk. Membiarkan Ohm melingkarkan tangan kirinya di pinggang sang istri yang terbalut kemeja kebesaran warna baby blue.








KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora