Chapter 2.4

11.8K 1.4K 170
                                    

Jangan skip vote-nya yaaa .. ;)







Nanon baru saja selesai dengan rutinitas paginya, membereskan bekas sarapan keluarganya ketika terdengar nyaring bel berbunyi tak sabar. Si manis dengan cepat mengeringkan tangannya untuk kemudian membuka pintu bagi sang tamu.

Cklek ..

Belum juga Nanon sekedar menarik nafas, sosok tamunya langsung memeluk erat menyembunyikan wajah di ceruk leher istri Ohm Pawat.

"Mon.." panggil Nanon pada sang tamu, Chimon.

Tapi yang jadi jawaban malah tak sesuai keinginan. Chimon menjawab lewat isakan dan rengkuhan yang dieratkan.

Nanon membiarkan sahabatnya meluapkan emosi barang sejenak. Setelah semalam Ohm bercerita panjang tentang hubungan Chimon dan sang kakak, Nanon agaknya paham di waktu seperti ini Chimon memang butuh sandaran untuk menuang sedih.

"Masuk, yuk. Cerita di dalem." Ajak Nanon setelah Chimon mengurai dekap dan menghapus kasar sisa air matanya.

Yang diajak mengangguk. Mengikuti langkah terseok Nanon yang menahan sakit memasuki area ruang tamu.

"Marc sekolah, ya?" Chimon memulai dengan basa-basi klasik sembari matanya mengedar ke penjuru apartment.

"Iya, baru aja berangkat sama papanya." Nanon sempat geli mengingat Ohm yang tadi pagi-pagi sudah heboh meminta Perth mengirimkan satu mobil kantor untuk dipakainya hari ini. Maklum, Lexus kesayangannya sedang 'kotor' dan tak bisa digunakan tanpa dibersihkan terlebih dahulu.

"Lu nggak apa-apa?" Tanya Chimon khawatir melihat Nanon yang meringis kecil ketika duduk.

Nanon mengangguk. "Nggak kok." Jawab Nanon. Tak mungkin kan dia dengan gamblang mengadu jika bagian bawahnya perih setelah dihajar habis oleh suaminya semalam di dalam mobil?

"Harusnya kan gue yang nanya gitu ke lu. Lu kenapa?" Tambah Nanon.

Sang sahabat langsung merubah mimiknya menjadi semakin keruh. Wajahnya ditundukkan dalam dengan aura sendu yang begitu kentara.

"Sebelumnya gue mau minta maaf, Non udah bikin abang lu kecewa." Mata basah dengan bengkak dan gurat merah itu mengarah tepat pada biner Nanon.

Melihat respon sang sahabat yang sepertinya enggan untuk memotong, Chimon melanjutkan. "Gue... gue..." Menggantung panjang dan diakhiri dengan isakan tertahan.

Nanon berpindah duduk ke sebelah Chimon. Tangannya menggemnggam erat jemari Chimon yang mendingin di pangkuan sang pemilik.

"Pelan-pelan, Mon. Ceritain pelan-pelan. Gue tau lu naksir sama abang udah lama kan? Kenapa sekarang jadi gini? Apa abang udah bikin lu kecewa?"

Yang ditanya menggeleng sambil terpejam paksa. Menahan riak air mata yang semakin deras tak mau berhenti.

"That's the point. Gue cinta sama abang lu, Non. Cinta banget."

"Lalu?"

"Masih inget Blue?"

Nanon mengerut dahi. "Blue? Temen SMP kita?" Rasanya aneh kenapa Chimon membawa-bawa nama Blue.

"Iya."

"Ini ada hubungannya sama Blue?" Tebak Nanon.

Dengan teramat ragu Chimon membenarkan.

"Blue, dia pernah ......"

Kalimat Chimon terhenti setelah notifikasi panggilan masuk terdengar dari smartphone Nanon di kantung celana.

"Halo, Perth. Kenapa?" Nanon mencoba to the point pada Perth, si penelfon. Tak mau membuat Chimon menunggu lama dan kembali menunda cerita.

'Di rumah?' tanya Perth.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Onde histórias criam vida. Descubra agora