Chapter 35

14K 1.9K 483
                                    

Vote dulu, mau nggak?






Hari baru dimulai. Mentari lepas terang tanpa terhalang mendung, membuat awal pagi begitu sempurna.

Ohm yang hari ini mendapat shift sore di cafe memutuskan untuk membantu sang istri di rumah selama mengisi senggang. Membiarkan Nanon berkutat dengan urusan dapurnya, Ohm beralih dari pekerjaan menyapu lantai yang baru saja selesai menjadi menyapu halaman.

Mengayun gagang sapu lidi pada guguran daun dan bunga flamboyan di halaman depan, sambil sesekali menyeka keringat yang lancang turun melewati pelipisnya.

"Ohm, minum dulu !!" Teriakan Nanon dari teras rumah menarik perhatiannya.

Dengan perasaan bahagia yang membuncah, dihampirinya sosok manis yang kini berdiri menanti dengan segelas air dingin di tangan.

Setelah dekat, Ohm mengambil gelas yang dipegang Nanon. Meminumnya beberapa teguk lalu menyerahkannya kembali pada sang istri.

"Sarapan yuk, aku udah selesai." Ajak Nanon kemudian.

Ohm menggeleng. "Bentar lagi, ya. Sampahnya belum aku buang."

Kepala Nanon menilik tumpukkan daun di bawah rindang flamboyan yang memang masih menggunung.

"Ok tapi......."

Belum juga kalimat si manis selesai, suara deru mesin mobil yang memasuki area halaman rumah mereka terlanjur mengambil atensi. Mobil mewah dengan desain elegan yang bukan sekali ini merambah rumah kecil mereka.

Nanon diam terpaku. Membiarkan tangan Ohm meraih jemarinya erat dalam genggaman.

Mobil berhenti tepat di depan rumah. Satu persatu eksistensi di dalamnya turun, dari pintu pengemudi dan kursi di samping kemudi.

Nanon masih diam. Tak peduli bundanya yang melayangkan senyum, atau bahkan ayahnya yang memasang tatapan datar.

"Adek, Ohm apa kabar?" New mendekat, memeluk anak dan menantunya satu persatu.

"Baik, bun." Jawab Ohm sopan.

Sedangkan si manis, kini bergelayut di lengan bundanya sembari menggumam, "Adek kangen bunda.."

"Ohm, bantu ayah keluarin barang di bagasi." Akhirnya Tay bersuara. Dalam dan tegas.

Dengan mengangguk kaku, Ohm menuruti. Mengikuti sang ayah mertua yang membukakan bagasi.

Wajah kagetnya tak bisa disembunyikan. Beberapa kantung besar barang yang entah isinya apa, serta beberapa perlengkapan bayi yang masih belum dirakit.

"Kenapa bengong? Bawa masuk." Nadanya masih kental dengan aura ketusnya.

"I..iyya, yah."

Meski tadi permintaannya membantu, tapi nyatanya Tay hanya melihat. Membiarkan Ohm mengangkut sendiri barang-barang dalam bagasinya ke dalam rumah.

Di ruang tamu, Nanon sudah duduk bersandar manja pada bundanya. Kepalanya disandarkan di dada New, membiarkan tabgan yang lebih tua membelai rambutnya menyalurkan rindu dan kasih sayangnya.

Melihat barang-barang yang dibawa masuk Ohm, Nanon-pun terdiam kaget. Belajar dari pengalaman bertemu orang tua Ohm tempo hari, otaknya menerka-nerka apa maksud orang tuanya. Singto yang dikenalnya lembut saja masih tak lepas syarat pada mereka, apa lagi Tay yang ketegasan dan sikap tak mau dibantahnya sudah Nanon rasakan sejak begitu lama.

Pandangan bingung Nanon beradu dengan sorot sang bunda, mengisyaratkan tanya tanpa lewat kata. Tapi sayangnya jawaban New hanya kedikkan bahu yang tentu saja tak bisa membuat rasa penasarannya puas.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang