Chapter 13

15.6K 1.9K 282
                                    

Beberapa hari berlalu tanpa perubahan pada perasaan Nanon terhadap Ohm. Masih sama, ragu. Berbagai persiapan menuju pernikahan sederhana yang disiapkan bunda dan calon mama mertuanya juga dia ikuti meski tanpa minat yang penuh.

Nanon masih mencintai Ohm, tak pernah tidak. Tapi rasa kecewanya yang berderet pada si pemuda tampan membuat keraguan Nanon tak bisa begitu saja dikesampingkan.

"Dek.." suara New yang masuk ke dalam ruangan membuat lamunan Nanon buyar.

Saat ini Nanon duduk sendirian di depan cermin rias setelah seseorang suruhan sang bunda sempat membantunya mematut diri. Ini hari pernikahanya. Meski sederhana dan hanya dihadiri keluarga, paling tidak mereka harus tampil pantas.

"Udah ditunggu ayah." Lanjut New membelai dahi bungsunya di salah satu ruang di gereja tersebut.

Nanon masih diam. Malah kini wajahnya ditenggelamkan di perut New yang masih berdiri di hadapannya.

"Bun, maafin adek. Maaf.."

"Sstt.. udah. Jangan nangis nanti cemong. Malu kan mau dilihat calon suami?" Niatnya New bercanda. Sekedar menenangkan si bungsu meski hatinya sendiri begitu gelisah.

Frank. Nama anak itu berputar-putar di kepala sang bunda. Semenjak insiden salah paham antara mereka, New belum juga punya kesempatan berbicara dari hati ke hati dengan anak tengahnya. Tiap didekati sang bunda, Frank akan menjauh. Bahkan bicara pada kedua orang tuanya saja hanya seperlunya. Frank kini lebih sering menghabiskan waktunya bersama Drake, sang kekasih.

Bagaimanapun Nanon dan Frank adalah buah hati New. Sebagai seorang ibu dia merasa berkewajiban penuh saat anak-anaknya dalam masa sulit seperti halnya sekarang. Sampai tak jarang New malah menyalahkan dirinya sendiri atas masalah-masalah yang kini mereka hadapi.

Nanon mendongak. "Udah dateng semua?" Ada air di sudut matanya yang tertahan.

Senyuman sang bunda mengawali jawaban. "Udah. Keluarga kita ayah, abang, kakak. Sama keluarga Ohm papa, mama sama kakaknya. Pendetanya juga udah siap."

Ya, untungnya meski tak banyak bersuara Frank dengan suka rela datang di acara adiknya. Dengan wajah datar yang biasa New dapat setiap harinya.

"Hin, kok lama?" Suara Tay yang masuk menyusul sang istri.

New mengarahkan dagunya pada si bungsu yang masih memeluk perutnya. Dengan anggukan dan satu senyuman, Tay mengerti.

Si ayah berjalan mendekati dua permatanya. Tangannya bergerak mengelus punggung Nanon yang belum merubah posisi.

"Dek, udah waktunya. Ayo keluar." Ajak Tay.

"Dek.." panggilnya sekali lagi.

Nanon tampak menghela nafas dalam untuk kemudian berdiri tegak menatap kedua orang tuanya. "Iya." Ujarnya singkat.

Diraihnya lengan sang ayah yang terulur padanya lalu melangkah setelah usahanya memantapkan hati terlewati. Kepergian keduanya menyisakan sang bunda yang tak langsung menyusul. New masih harus berkutat sejenak dengan air matanya yang lancang turun karena melihat ketegaran si putra bungsu.







....







Fiat duduk di kursi terdepan berhadapan langsung dengan pendeta yang berdiri bersama sang adik. Raut tak pedulinya tergambar jelas di mata orang tuanya yang duduk berdampingan di sisi kanan.

Hubungan persaudaraan Ohm dan Fiat memang bisa dibilang tak sedekat Nanon dan kedua kakaknya. Circle pertemanan dan hoby mereka terlalu berbeda.

Apalagi dua tahun lalu Fiat mengambil keputusan untuk melanjutkan kuliahnya di Inggris. Saat itu Ohm masih duduk di kelas VII SMP. Larut pada pergaulannya dengan teman sebaya membuat kepergian Fiat tak terlalu berdampak pada Ohm.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum