Chapter 34

13.2K 1.9K 322
                                    

Bacanya kalau sudah vote ya.. ;D









Kedatangan Ohm dan Nanon di kediaman mewah keluarga Ruangroj disambut dengan senyuman manis sang nyonya rumah. Krist bahkan langsung menyuguhi tamunya dengan berbagai makanan yang katanya baik untuk si bayi tepat setelah Ohm dan Nanon duduk.

Nanon hanya tersenyum canggung, namun sebisa mungkin bersikap sopan dengan tak menolak pemberian sang mertua. Sedangkan Ohm, hanya bersikap tak acuh. Dalam otak si tampan masih menerka-nerka gerangan apa yang akan dilakukan sang papa kali ini pada mereka.

Ohm yakin, Singto bukanlah orang yang akan dengan senang hati meluangkan waktu kerjanya hanya untuk bertemu sekedar basa-basi bertopeng rindu meski itu pada keluarga.

"Nanon coba ini, ya. Ini puding rumput laut, biar kamu sama baby sehat. Ini buatan mama sendiri lho." Dengan riang Krist menyodorkan sepiring kecil potongan puding pada menantunya. Bahkan tangannya bergerak meraih sendok, menyuapkan.

Nanon kembali mengangguk. Meski canggung, suapan mertuanya tetap ia terima.

"Gimana?" Tanya Krist.

"Enak, ma."

"Kalo gitu makan yang banyak ya sayang." Ujar Krist dengan tangan terulur menyentuh perut 6 bulan menantunya.

"Ma.." perhatian keduanya langsung beralih pada Ohm yang baru saja bersuara. "Papa mana?"

"Di ruang kerjanya. Bentar lagi juga turun kok."

Jawaban Krist direspon anggukan oleh bungsunya.

Benar saja, tak lama Singto keluar dari ruang kerjanya. Pria paruh baya itu tetap nampak gagah meski hanya dengan setelan rumahan yang membalut tubuhnya.

Tak ada senyum, meski hanya tarikan bibir seper sekian mili. Langkahnya teratur dengan map hitam pekat di tangan kanan.

"Pa.." sapa Nanon ketika Singto sudah menempatkan diri duduk di antara mereka.

Singto membalasnya dengan gumaman dan anggukan penuh wibawa. "Udah dari tadi kalian?"

"Barusan kok, pa." Jawab Nanon. Ohm? Masih tak bereaksi.

"Nanon udah sehat? Gimana keadaan kamu sama baby?" Tanya Singto lagi. Bahkan tak menanyakan keadaan putra kandungnya.

"Udah, pa. Nanon dan baby juga baik."

"To the point aja, pa. Papa mau apa nyuruh kita ke sini?" Potong Ohm sudah tak tahan akan basa-basi keluarganya yang dianggap terlalu memaksakan.

Singto mendengus dengan seringai mendengar reaksi sang bungsu. Tak kaget, karena sifatnya sendiri juga demikian.

Prakk

Map yang sedari tadi di tangan dilempar ke atas meja. Membuat ketiga orang yang lain diam menunggu penjelasan lanjut.

"Baca, lalu tentukan keputusan kalian." Perintah Singto.

Ohm mengambil dan membuka map yang dimaksud. Matanya dengan jeli membaca satu persatu kata yang tertulis dalam dokumen di dalam map.

Nanon yang tepat ada di sampingnya juga tak ketinggalan. Duduknya makin mepet pada sang suami, ikut serta mencari tahu isi dokumen.

"Pa, maksudnya ini apa?" Tanya Ohm setelah selesai membaca.

"Kaya yang kamu lihat, itu formulir pendaftaran sekolah SMA." Jawab Singto.

"Iya aku tau, maksud aku buat apa? Buat siapa? Toh waktu pendaftaran udah lewat kan?" Suara Ohm mulai naik, tanda kesabarannya mulai mengikis.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now