Little Girl

4.8K 559 146
                                    

Yang kangen, vote dulu kali ah ;)








Selasa di minggu kedua bulan Mei, dan tanpa warna merah di angka kalender. Tapi seorang Ohm Pawat ada di rumah, di jam efektif dimana seharusnya ia sibuk bekerja di kantor.

Suara detak jam dinding kalah telak dari nada indah lagu Like I'm Gonna Lose You yang terputar mengisi pendengaran.

Dalam ruang pribadi sang tokoh utama, dua manusia yang terikat janji pernikahan sejak belia duduk nyaman di atas ranjang. Ohm yang menumpu punggung di kepala ranjang, dan Nanon yang nyaman duduk di sela kaki suaminya. Membiarkan Ohm merengkuh pinggang tanpa pakaiannya, mengabai sprei berantakan yang jadi alas mereka.

"Kamu nggak mau jemput anak-anak apa?" Tanya Nanon sambil menoleh kepala, mengecup dada bidang suaminya yang terbuka.

Yang ditanya menggeleng. "Masih jam sepuluh, sayang. Lagian aku udah titip Bang Drake sih tadi buat bawa Mac sekalian kalau jemput Achi."

"Dasar!" Niatnya menumpah kesal, tapi rona merah yang menjalar membuat Nanon terlihat menggemaskan. "Terus Marc gimana?" Bukan apa-apa, Nanon hanya takut saja jika kejadian lalu kembali terulang. Marc pulang tanpa diduga dan memergoki orang tuanya melakukan hal yang tak seharusnya ia lihat.

"Dia pulang sore, sayang. Ada tryout lagi kan? Tenang aja."

Semoga -batin Nanon memberengut kesal

"Eh, aku kok laper ya?" Nanon.

Bagaimana tak lapar jika sarapan saja belum tapi suaminya sudah tak sabar minta dipuaskan? Apalagi tenaganya baru saja diperas meski hanya dua ronde terlaksana.

"Nasi goreng sarapannya anak-anak masih ada kan tadi? Mau aku ambilin?" Tawar suaminya.

Nanon menggeleng. "Nggak pengen nasi goreng. Pengen cake aja deh, enak kayaknya."

"Cake buat sarapan? Tiba-tiba banget?" Heran sang suami.

"Ya namanya orang pengen."

Selang detik berlalu, Ohm seperti teringat sesuatu. "Kemarin aku liat ada cheese cake deh di kulkas. Mau itu aja?"

"Mau, mau!!" Siapa sangka ia seorang ibu dari dua anak jika kelakuannya semenggemaskan ini?





....






Dua hari berlalu, hangat agaknya sedikit memudar dari kediaman keluarga Ohm dan Nanon. Ditemani suara rintik gerimis di luar, meja makan malam itu hanya terisi empat orang yang tak menampakkan wajah riang menyantap makanan hasil pesan online sang papa.

Menu ayam bakar kesukaan Marc, tapi rasanya tentu saja berbeda dari resep buatan sang bunda. Entah apa bumbu yang selalu Nanon gunakan saat memasak, tapi bagi keluarganya masakan sang bunda tetap tiada tandingannya.

"Pa, bunda gimana?" Si sulung bertanya di sela kegiatan menyendok nasinya yang ogah-ogahan.

Ada hembus nafas pasrah dari Ohm sebelum menjawab. "Ya gitu, kak. Sama aja nggak mau makan. Mual terus katanya."

"Udah mau dua hari, pa. Kalau nggak makan-makan gimana bunda mau sembuh?" Lalu Marc menampik tangan sang adik yang bermaksud mengambil lauk di piring si kakak setelah bicara.

"Tapi papa curiganya bunda nggak sakit deh, kak."

"Terus kenapa? Bunda lagi males aja?" Si bungsu akhirnya buka suara. Dengan mulut belepot yang sedikit mengundang tawa sang papa.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang