Chapter 58

9.4K 1.4K 339
                                    

Hayuklah vote dulu baru baca :'(






Bersama dengan First, teman sejak SMP-nya Ohm mengisi salah satu space kosong di kantin siang itu. Tak ada asupan bekal dari Nanon, dan faktor dirinya yang tak sempat sarapan tadi pagi membuat Ohm bergegas memesan semangkuk mie ayam di kantin.

"Lu ada masalah sama Nanon?" Ohm sempat kaget dengan pertanyaan tiba-tiba dari orang yang duduk di depannya.

Sendok yang sedari tadi hanya jadi mainan untuk mengaduk-aruk mie sejenak dilepaskan. "Nggak, kok."

"Boong aja terus sampai Ohmnon punya series BL bareng." Ujar First dengan dengusan dan rotasi malas di bola matanya.

Ohm terdiam sejenak. "Sekelihatan itu?" Herannya.

"Gimana nggak kelihatan sih? Tiap istirahat lu nempel mulu sama dia, berangkat pulang berdua terus kemana-mana. Dan sekarang lu di sini sendirian bengong kaya ayam penyakitan. Masih nggak kelihatan?"

"Cuma masalah kecil, kok." Kilah Ohm tak mau membahas ini lebih lanjut.

First hanya mengangguk-anggukkan kepala masa bodoh. Lagi pula bukan urusannya untuk ikut campur lebih dalam masalah Ohm.

"Gue ke rooftop duluan, mau nyebat." Pamit First dengan suara lirih bisikan di kalimat terakhir.

Ohm tak peduli. Fokusnya kembali pada mie ayam yang belum habis separuh di hadapannya. Membiarkan pikirannya kembali lepas berkelana pada wajah manis sang istri dan paras lucu si buah hati yang menanam rindu begitu dalam di relung hati.

"Ohm.." pandangan Ohm menangkap seseorang yang tiba-tiba duduk di hadapannya dengan segelas lemon tea yang dibawa.

"Hai." Respon Ohm tak acuh.

"Kok gitu? Cuek banget." Keluh persona di hadapannya.

Ohm berdecak. "Lu maunya apa sih, Prig?" Kesabarannya tak lagi penuh.

Prigkhing, sosok yang duduk di hadapannya sedikit berjengit mendengar nada Ohm yang naik oktafnya.

Cukup lama mengenal Ohm, sebagai sahabat mantan kekasihnya First sejak SMP membuat Prigkhing tak sekali dua kali berinteraksi dengan si tampan. Belum lagi teman-teman Ohm yang memang sering berkumpul di rumah First membuat mereka yang notabene berbeda sekolah sejak SMP menjadi cukup kenal baik.

Ohm sosok yang baik bagi Prigkhing. Remaja dengan sikap baik dan perhatian tulus pada setiap yang dikenalnya. Karena itu pula-lah alasan dia menaruh rasa pada si pemuda. Alasan First melepasnya begitu saja.

"Aku maunya kamu. Bisa??" Tantang si gadis.

Ohm makin berpikir kusut. Jemarinya meremas rambut seolah mengurangi pusing yang menderanya.

"Gue punya pacar, masih inget kan??" Masa bodoh dengan pandangan menelisik dari setiap penghuni kantin pada mereka. Ohm terlalu lelah.

"Apa bener-bener nggak ada kesempatan buat aku, Ohm? Aku tulus sama kamu. Aku nggak pernah bohong soal perasaan aku." Si gadis juga nampaknya sama saja. Persetan dengan harga diri yang harusnya dia junjung tinggi. Kalimat memohon dengan suara rengekan begitu saja dilakukan demi mendapat lampu hijau dari sang pujaan hati.

Si tampan menggeram kesal. "Nothing. Pergi, Prig. Atau gue bisa ngusir lu pake cara kasar."

"Ah, o..oke.." yang disuruh tak ambil banyak waktu untuk langsung berdiri dari tempat duduknya.

Tapi ketika tepat ada di belakang Ohm, ia menunduk. Menempatkan mulutnya begitu dekat dengan telinga si tampan. "Satu yang harus kamu inget, kamu bisa ambil reward kamu di aku kapan aja kamu butuh." Lalu pergi begitu saja meninggalkan Ohm yang terdiam menatap pintu masuk kantin.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang