The Third

4.4K 497 115
                                    

Vote, follow, baru baca yaa ;)






Semerbak bau parfum woody membaur dengan aroma telur gulung di indera penciuman Nanon. Lelaki yang semenjak satu jam lalu berkutat menyiapkan sarapan kini tersenyum menampakkan dimple andalan mana kala sang suami menyusulnya ke area dapur.

"Hei, nanti kamu kotor lagi. Udah rapi gini loh.." Nanon memperingatkan ketika Ohm yang sudah berjas rapi memeluknya dari belakang, mengendus leher belakang Nanon yang bahkan mandi saja belum.

Tapi apa Ohm peduli? Mandi atau tidak mandi Nanon di matanya tetap menawan. Tak mengurangi sedikitpun kecantikan dan aura yang terpancar.

"Bentar aja, sayang. Lagi recharge ini. I miss you so bad, tau nggak?" Bisik Ohm.

Sang istri yang sedang mengaduk kopi untuknya hanya memutar matanya sebagai tanggapan. "Ck, makanya jangan ke luar kota terus, Pak. Kerja terus sampai istrinya dianggurin."

Ohm tahu niat perkataan Nanon hanya main-main. Tapi jauh dalam relung hatinya ia begitu menyesal. Hampir dua minggu ini ia bolak-balik luar kota demi mengurus beberapa cabang perusahaannya yang mulai mengembangkan bisinis furniture shop.

"Maafin aku ya, sayang. Tapi aku kan ke luar kota buat kerja, bukan main. Biar dapur kita bisa ngebul, biar anak-anak bisa bayar sekolah, biar kamu bisa beli skincare yang sepaketnya seharga hape baru." Sok dramatis memang si tampan.

"Mending nggak usah skincare-an tapi dikelonin suami tiap hari." Nanon masih melanjutkan acting sok ngambeknya rupanya.

Berjalan mendahului Ohm ke arah meja makan dengan gelas kopi di tangan, Nanon menggelengkan kepala ketika di belakangnya sang suami menatap penuh binar saat kata kelon ia lontarkan.

"Loh, jadi aku batalin aja nih penerbangan nanti sore biar kita bisa kelon seharian??"

"Diih, itu sih maunya kamu aja. Udah ah, pagi-pagi mulai ngawur nih kita obrolannya. Lagian aku juga sibuk banget belakangan ini, nggak sempet kalau harus kelon seharian." Ujar Nanon diakhiri cekikikan atas kalimatnya sendiri.

Bukan hanya Ohm, aktivitas Nanon juga sedang di puncak. Waktu tahun ajaran baru, tempat les musik milik Drake dimana ia menjabat sebagai tutor menerima cukup banyak murid baru yang sebagian besar masih usia sekolah dasar. Karena hanya Nanon yang dipercaya Drake memegang usia segitu, maka saking banyaknya murid Nanon jadi harus membagi waktu les menjadi dua shift perharinya. Siang dan sore hari. Belum lagi jika ada yang minta tambahan privat, maka waktu malam Nanon pun akan terpakai juga.

Obrolan Ohm dan Nanon berhenti saat dua jagoannya ikut mendekat ke arah meja makan dengan tampilan segar dan rapi. Mac dengan seragam merah putih yang baru dibeli karena seragam lamanya sudah cukup ketat, dan Marc dengan seragam putih abu-abunya yang hampir sebulan ini menggantikan seragam putih birunya.

"Waaah telur gulung." Komentar Mac menatap penuh minat masakan sang Bunda.

Nanon mulai mengisi satu persatu piring putra dan suaminya dengan telaten. Sembari itu Ohm mengisi dengan obrolan dengan si sulung yang tengah memakai dasinya.

"Kamu kok keling banget gitu sih, Kak? Kaya nggak pernah cuci muka."

"Ish enak aja. Ini hasil kemah kemarin, Pa. Kemahnya dua hari doang, itemnya nggak ilang-ilang." Kilah Marc membela diri.

"Mana kakak bawa pulang baju-baju kotor kena lumpur semua lagi." Tambah Nanon yang cukup menyesal kenapa tak ia laundry kan saja baju pramuka dan olahraga putranya yang bekas dipakai kemah?

"Ya namanya juga dipakai mencari jejak, Bun. Suruh guling-guling di sawah, suruh nyebur sungai. Kotor semua deh tuh baju aku." Marc sambil memegang gelas susunya, mengecek apakah masih panas atau tidak.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now