Tanggung Jawab

4.6K 510 64
                                    

Vote dulu, baru baca ;)






Masa-masa libur selepas kelulusan SMP dinikmati Marc dengan berbagai aktivitas menyenangkan. Menginap bergilir dari rumah grandpa-nya, pindah ke rumah eyangnya, lalu berganti ke rumah uncle Frank dan uncle Pluemnya.

Niatnya ingin menginap di rumah uncle Fiat juga di Inggris, tapi kata sang papa uncle Fiat sedang sibuk mengurus studio dance-nya yang akan segera buka cabang baru di London dan Nottingham.

Selain kegiatan menginap bergilir, satu aktivitas baru yang jadi kesukaan Marc belakangan ini adalah lari pagi di sekitaran jalanan kompleks rumahnya. Seperti pagi ini, sudah sejak jam enam tadi si sulung keluar rumah lengkap dengan sepatu dan headband di kepala.

"Anak-anak pada kemana, bun?" Suara Ohm menginterupsi kesibukan istrinya menata sarapan di meja makan.

Seulas senyum terkembang mendapati Ohm tampak tampan mengenakan stelan jas hitam yang membalut kemeja putihnya. "Kakak jogging, biasa. Kalau adek belum bangun." Ujar Nanon sambil mendekat, mengikat dasi biru tua Ohm yang hanya disampirkan sang suami di leher saja.

"Si adek jadi sering bangun siang deh. Nanti kalau udah mulai masuk sekolah lagi gimana? Takutnya jadi kebiasaan buruk yang susah diubah." Ujar Ohm.

"........"

"Non?" Panggil Ohm bingung karena Nanon masih menunduk seolah tak mendengar dan menanggapi ucapannya.

"Ah, iya. Kenapa?" Nanon terperanjat kaget. Suara Ohm mengganggu kegiatannya yang tengah menghirup aroma wangi white musk maskulin dari bagian dada sang pujaan hati.

"Si adek, jangan dibiasain bangun siang nanti keterusan sampai masuk sekolah." Ulang Ohm dengan penekanan.

Istri manisnya mengangguk. Menuntun Ohm ke meja makan sedang ia sendiri pergi ke dapur untuk menyeduh kopi.

"Nanti aku suruh dia ngurangin waktu nonton sama game malemnya deh, biar waktu tidurnya nggak berantakan lagi." Nanon berujar dari counter dapur.

Tak mendapat respon dari Ohm, Nanon buru-buru membawakan cangkir teh suaminya. Kemudian menggeleng kepala mendapati si tampan malah sudah fokus dengan smartphone di tangan yang sepertinya lagi-lagi soal pekerjaan.

"Client lagi?" Tanya sang istri menyerahkan secangkir kopi.

"Bukan, ini Perth. Kunjungan ke kantor cabang ditunda katanya."

"Ya udah, sarapan dulu gih. Jangan kerjaan doang yang kamu pikirin. Kamu masih inget kan punya utang sama anak-anak buat ajak mereka liburan? Udah mau habis nih masa liburannya, masa nggak jadi?" Ada mimik sinis yang sedikit ditampakkan Nanon saat mengutarakan keresahan hatinya.

"Tenang aja, aku udah atur jadwalnya kok bun. Makanya banyak kerjaan yang aku pepetin biar minggu ini bisa kelar semua. Eh, ini kok kopinya rasanya beda?"

Nanon mengernyit mendengar komentar suaminya setelah menyesap kopi yang ia siapkan. Beda bagian mananya? Bahannya sama, konsentrasinya sama, yang membuat juga orang yang sama.

"Masa sih? Beda gimana?"

Si lelaki gagah mengerjap mata menampak wajah berpikir. "Kaya, beda aja. Nggak sama kaya biasanya pokoknya."

"Kok bisa ya? Padahal aku pakai yang merk biasa kok. Gulanya juga satu sendok biasa."

"Coba deh cicipin."

Nanon berdiri, mendekat ke arah sang suami hendak meraih gelas kopi di hadapan Ohm. Tapi sebelum hal tersebut terlaksana, Ohm lebih dulu menarik pinggang Nanon membuat istrinya hilang keseimbangan dan jatuh tepat di atas pangkuannya.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now