Chapter 2.19

8.6K 1.2K 268
                                    

Tolong votenya jangan lupaaa !! 🙂










Pluem menatap sumringah beberapa hidangan sederhana di hadapannya. Lalu maniknya bergulir, makin mengurai bahagia kala beradu pandang dengan si pembawa makan siang yang duduk nyaman di samping.

"Yakin ini semua kamu yang masak, Mon?"

Chimon mengernyit dengan raut sedikit tak suka mendengar pertanyaan yang dilontarkan sang pujaan. "Kakak nggak percaya? Aku belajar keras dari tutorial loh seharian."

Membuat Pluem mengeluarkan kekehan sambil mengusap rambut lebat Chimon yang masih mengerucutkan bibir. "Percaya kok, sayang."

Gawat, Chimon tak seahli itu untuk menutupi rona merah yang mulai merambat menghias wajah. Sekata dua kata beraroma cinta atau luapan perasaan dari Pluem masih jadi sesuatu asing yang selalu sukses memporak-porandakan pertahanannya.

"Gimana? Enak?"

Pluem memasang wajah berpikir. "Emmm.. bisa dimakan."

"Ck. Bukan gitu jawabannya, kak !!"

Si tampan kembali tertawa. "Terus gimana dong?"

"Tinggal jawab iya, apa enggak. Nggak usah pake alesan."

"Iya ...

Chimon sudah merubah kembali rautnya menjadi senyum hangat tipis.

... may be."

"Ishhh !!! Tau ah."

Merasa bercandanya sudah sedikit kelewatan, Pluem melepas sendoknya sejenak. Meraih jemari Chimon yang menganggur lalu mengusapkannya pada pipinya sendiri.

"Kak.." Chimon seperti kehabisan kata. Malu lebih tepatnya.

"Masakan kamu enak. Kakak bangga sama kamu, kamu pekerja keras dan nggak mau nyerah."

Sejenak Pluem biarkan waktunya berjalan untuk mengagumi keindahan wajah manis di hadapannya yang lagi-lagi tersipu. Sampai ketika pikirannya teringat sesuatu.

"Besok kakak mau nengok hotel yang baru direnov." Pluem buka suara.

"Yang di deket pantai?"

"Iya. Kamu mau ikut?"

Chimon dengan pelan menggelengkan kepala. "Aku besok udah mulai sibuk."

"Balik ke rumah sakit?"

Yang lebih muda berdecak. "Nggak. Ke kantornya papi. Papi udah minta aku untuk mulai adaptasi."

Dapat Pluem lihat jelas keraguan yang menguar dari balik pancaran mata Chimon. Dan itu begitu menyakitkan untuk dirinya. Pluem merasa gagal jadi sosok yang mengayomi untuk sang kekasih.

"Mon, kamu masih punya waktu buat mundur."

"Nggak, kak. Keputusan aku udah bulet. Ini udah yang terbaik buat kita, kak. Aku yakin."

"Tapi bukan ini kan yang sebenernya kamu mau?"

Chimon tersenyum tulus. "Siapa bilang? Ini pilihan yang aku mau, kok. Pilihan aku, buat terus sama-sama kakak. Selamanya. Kakak emang nggak mau?" Tanyanya menggoda.

Yang lebih tua menjulurkan tangan, mencubit gemas pipi kekasihnya.

"Aww.. sakit, kak !!"

"Biar ka...

Prang !!!

Badan Pluem menyenggol gelas kaca di atas meja. Membuatnya jatuh berkeping dengan suara memekakkan telinga.

"Kak, kamu nggak apa-apa?" Tanya Chikon khawatir pada Pluem yang nampak diam dan begitu kaget setelahnya.

Yang ditanya mengedipkan mata. "Jangan, Mon. Biar diberesin OB aja." Mencegah Chimon yang jemarinya hampir menyentuh pecahan gelas.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now