Chapter 2.28

10.5K 1.1K 368
                                    

Vote dulu ya cakeeeep ;)










"Apa adek nggak akan ngambil papa sama bunda dari Marc, pa?" Bukannya menjawab malah si kecil bertanya balik.

Ohm kehabisan kosa kata.

Beruntung bagi sang papa, suara knop pintu yang terbuka dari dalam menarik atensi semua yang di sana. Termasuk si kecil Marc. Dengan satu gerakan sama setiap pasang mata mengarah pada sosok dokter Tee yang keluar dengan masih menggunakan disposable surgical gown hijaunya.

"Gimana, dok?" New jadi yang pertama bersuara.

Sedang Ohm sebagai tokoh utama masih belum sepenuhnya sadar dari kebingungan menjawab pertanyaan putranya. Meski badannya ikut bergerak mendekat dengan bantuan kursi roda, menanti kabar sang istri, namun otaknya entah kemana.

Senyum terpancar menawan setelah sang dokter membuka maskernya. Wajah lelah dengan sapuan keringat di pelipisnya mengarah langsung pada persona Ohm di hadapan.

"Maaf ya, lama. Tadi sekalian bersihin baby sama bundanya." Suara lembut sang dokter membuat nafas lega terhembus dari masing-masing yang ada di sana.

"Sekarang kami udah boleh lihat, dok?" Tanya Krist yang jua khawatir tadi.

"Boleh, kok nanti habis ini dipindah ke ruang reguler. Tapi satu-satu ya, takut ganggu. Biar pasien juga bisa istirahat."

"Lebih baik kita tengok nanti malem aja, biar Nanon juga istirahat dulu. Setelah ini biar Ohm yang nemuin Nanon dulu." Usul Tay yang dihadiahi anggukan oleh yang lain.

"Kalau saya masuk sekarang, boleh dok?" Kali ini Ohm yang bertanya.

Anggukan sang dokter jadi jawaban. Membuat Ohm tanpa ragu melesakkan badan, masuk ke dalam ruangan.

"Eyang, papa mau kemana?"

Suara cicit si kecil yang mendongak sambil menarik ujung kemeja Tay membuat mereka sadar, satu eksistensi baru saja terlupa oleh mereka.









....









Ruangan operasi Nanon sekarang memiliki aura berbeda bagi Ohm dengan ruangan saat si manis melahirkan Marc dulu. Meski Ohm sama-sama tegang, namun kebahagiaan menyusup kala mendapati Nanon dalam keadaan sadar dan sepenuhnya sehat pasca melahirkan.

Dibantu seorang suster yang mendorong kursi rodanya, Ohm mendekat. Menjangkau lebih pada sang istri yang duduk setengah berbaring di ranjang dengan bayi kecil berbalut selimut putih dalam pelukan.

"Ohm.." sapa Nanon setelah menawarkan senyum yang menjabarkan kebahagiaan.

Rambutnya basah, bermandi keringat. Nafasnya juga masih sesekali tersengal, bekas menangis. Namun tarikan bibir dan cekungan manis di pipi jadi penanda jika Nanon lebih dari baik-baik saja.

Dug

"Aww .."

"Eh, kamu nggak apa-apa?" Suara panik Nanon kala Ohm berteriak sakit karena kaki patahnya terbentur kaki ranjang rumah sakit.

Ohm memaksa senyum sambil mengibaskan tangan. "Nggak kok, kaget doang aku." Meski sebenarnya ia menahan sakit. Tapi gengsinya harus selalu jadi pemenang kan?

Akhirnya setelah sedikit perjuangan Ohm tepat ada di samping Nanon. Memandang bayi merah yang didekatkan padanya oleh sang istri.

Kulitnya merah, rambutnya lurus tebal, matanya terpejam rapat, namun mulutnya terbuka sambil sesekali mengulet badan kecilnya.

"Hidung kamu, mulut kamu, telinga kamu. Semua dia ambil dari kamu." Terang Nanon sambil terkekeh.

Ohm mengangguk. Tangannya bergerak menghapus embun yang menutup penglihatan mata menahan rasa harunya.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now