Chapter 37

11.7K 1.6K 245
                                    

FLASHBACK

Peluh sekali lagi diseka oleh Marc, yang kini sedang berkumpul di lapangan sekolah dengan para siswa seangkatannya untuk mengikuti ekstra kulikuler wajib pramuka. Hari yang kian sore entah kenapa masih menyisakan terik surya yang belum mau melepas kuasa.

Lelah. Marc begitu lelah. Setelah kegiatan baris berbaris yang begitu menyita tenaga, ia masih harus memasang mata dan telinga demi mendengarkan materi leadership dari salah satu kakak pelatih bergolongan penggalang rakit yang berdiri di depan sana.

Latihan berakhir ketika hari menjelang petang. Membuat Marc yang kehabisan tenaga hanya berjalan gontai sembari melamun di sepanjang jalan menuju gerbang sekolah.

Tiiiiiiiiinn..

Marc melonjak kaget. Suara nyaring klakson motor di belakangnya hampir saja membuat jantungnya lepas.

"Jalannya jangan di tengah-tengah gitu dong, dek bahaya." Ujar si pengendara memperingati.

Marc berkali-kali membungkuk meminta maaf. "Maaf kak Ohm, maaf saya ngalamun tadi."

Iya, namanya Ohm. Kakak kelasnya yang tadi sempat membimbing materi baris berbaris dengan gagahnya.

"Ya udah nggak apa-apa. Kamu nggak bawa motor?"

Marc menggeleng. "Saya biasanya dijemput sopir kak. Tapi nanti paling order ojek, soalnya sopir keluarga lagi ambil cuti."

"Ikut saya aja sekalian gimana?"

"Tapi rumah saya agak jauh, kak."

"Nggak apa-apa lah sekalian mau ke rumah temen ambil buku tugas."

Akhirnya Marc mengangguk meski rasa segan masih menyelimuti.

Semenjak hari itu, Marc dan Ohm menjadi lebih dekat. Saling menyapa ketika bertemu, saling membantu ketika memiliki kesulitan, bahkan kadang saling mentraktir makanan.

Hampir dua bulan Marc mengenal pribadi Ohm, Marc mulai merasakan ada perasaan lebih di hatinya untuk sang kakak kelas tampan. Awalnya ia kira gelenyar di hatinya hanya sekedar rasa kagum belaka, namun nyatanya saat melihat Ohm dekat dengan orang lain hatinya nyeri.

Apalagi saat ia tahu fakta jika 'orang lain' yang selalu dekat dengan Ohm itu adalah Nanon, kekasih Ohm sejak penghujung kelas VII.  Nanon, sosok pemuda manis dengan dimple cantik di pipi ketika senyumnya terlukis. Begitu serasi ketika sosoknya berdiri berdampingan dengan Ohm.

Marc sudah mencoba sebisa mungkin untuk mundur dan menghapus perasaannya, merasa tak pantas jika harus bersaing dengan Nanon yang juga kakak kelasnya tersebut. Namun perasaannya seolah mengakar, mendarah daging sulit dienyahkan.

Sampai suatu hari, Ohm menambah intensitasnya menemui Marc. Marc bahagia tentu saja, meski hatinya sakit melihat raut suntuk penuh frustasi di wajah si pujaan hati.

Apa kak Ohm lagi ada masalah sama kak Nanon? -batin Marc saat Ohm menemuinya di depan kelas

Dan bak dijawab takdir, pertanyaannya langsung terjawab ketika Nanon mendekati keduanya yang tengah mengobrol santai. Mimik kesal dan penuh amarah milik Nanon begitu membuat nyalinya mendadak ciut.

Marc undur diri ketika Nanon menyeret Ohm ke dalam kelas yang tengah kosong. Tapi langkahnya dibawa kembali, berdiri kaku di balik pintu yang tertutup. Secara diam-diam, Marc mendengarkan segala perdebatan Ohm dan Nanon.

"....

... kita gugurin, Non."

Deg..

Apa maksudnya? -batin Marc

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang