Mac dan Papa

6.5K 405 58
                                    

Maaf ya update-nya agak lama.. masih was-was soal kasus kemaren soalnya :)
Tapi kabar baiknya book plagiat itu udah di-take down, babe. Makasih banyak buat kalian yang udah bantuin report + 'nasehatin' yang punya akun sebelah. So proud of you guys, bacotan kita akhirnya berguna :)








Riak pagi baru saja memulai hari. Seiring pendar mentari yang hangat menerpa penghuni bumi.

Masih berada di hari Rabu, namun keadaan berbeda terjadi di rumah besar keluarga Ohm dan Nanon. Kursi di meja makan yang biasanya terisi empat orang, kini hanya digunakan tiga karena satu penghuni lain sedang tak ada. Marc, si anak tertua sudah sejak semalam menginap di rumah Grandpa dan Grandmanya karena tiba-tiba rindu melanda. Bagaimanapun masa kecil Marc sebagian besar dihabiskan di rumah Singto dan Krist, sehingga tak heran hubungan keduanya dengan cucu pertama mereka menjadi sangat dekat.

"Nanti pulang jam berapa, Dek?" Nanon bertanya pada si bungsu yang tengah manja, minta disuapi nasi goreng sarapannya.

Sebenarnya bukan manja faktor utamanya, tapi kedua jemari Mac terlalu sibuk menempel kacang hijau di gambar mobil tugas kolase dari guru kelasnya.

Ah, Ohm jadi menggeram lagi. Teringat putra bungsunya mengetuk pintu kamar mereka di jam setengah lima pagi hanya untuk memberi tahu bahwa ia lupa punya pekerjaan rumah membuat kolase dari biji-bijian. Bahkan Ohm sampai keluar kamar tanpa atasan karena panik takut terjadi apa-apa dengan bungsunya, ternyata hanya tugas saja.

Hanya? Oh ralat. Bukan sekedar hanya. Kalau Ohm harus menggedor pintu rumah tetangganya yang punya warung kelontong di pagi buta untuk mengais biji kacang hijau yang dilupakan putranya.

"Jam dua-an deh Bun kayanya. Adek mau ada pendaftaran ekskul dulu soalnya." Jawab Mac sambil sibuk mengunyah dengan pipi menggembung gemas.

"Jadinya pilih ekskul apa, Dek?" Akhirnya si kepala keluarga yang sedari tadi diam ikut bersuara.

"Sebenernya bingung sih mau ikut badminton apa futsal. Tapi karena Adek semalem mimpi jadi kiper profesional, akhirnya Adek pilih futsal aja, Pa."

Nanon terkekeh atas jawaban sang putra. Jemarinya terulur mengambil sebulir nasi yang mengotori ujung bibir Mac lalu kembali menyuapi. "Nanti Bunda ada tugas nganter Kakak-kakak band ikut lomba di balai kota. Kemungkinan bakal sampai malam, Dek. Adek di rumah sama Papa ya?"

"Loh, Bun. Jadi lombanya hari ini?" Beberapa hari lalu Nanon pernah bercerita pada Ohm soal anak-anak asuhnya di tempat kursus musik milik Drake yang akan mengikuti lomba tingkat Kota Madya.

"Iya, Pa. Kamu nggak sibuk kan nanti? Bisa jemput Adek nggak?"

"Aku ada schedule meeting pagi doang, nanti jam dua bisa lah jemput Mac terus pulang sekalian. Yang lain biar diurus Perth." Apa gunanya sekretaris jika Ohm masih tergerus sibuk kan?

"YEAYY AKHIRNYA SELESAI!!! AKU CAPEK!!!!" Mac mengangkat puas hasil karyanya dengan senyum bangga. Lalu menubrukkan punggung ke sandaran kursi saking pegalnya.

Sang Bunda mengulum senyum, mengelus surai legam putra keduanya. "Makannya juga udah habis. Adek minum habis itu tas sama sepatunya diambil ya, tunggu Papa sebentar."

"Siap, Boss!!! Paa minta pomade-nya yaa.."

Kedua orang tuanya saling beradu pandang lalu sama-sama menggeleng paham. Membiarkan Mac melesat ke kamar mereka lebih dulu ketimbang ke kamarnya sendiri menyiapkan sepatu dan tas yang diperintahkan.

"Adeknya Marc banget." Komentar Ohm.

Kaki berbalut pantofel hitam milik sang kepala keluarga mengikuti gerak langkah Nanon yang membawa tumpukkan piring kotor ke wastafel dapur mereka.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Onde histórias criam vida. Descubra agora