Chapter 2.5

11.9K 1.5K 301
                                    

Vote + follow dulu coba :D










Sabtu sore menyajikan cuaca mendung dengan angin berhembus menerbangkan guguran daun pohon flamboyan di halaman. Namun begitu hangat yang tak bisa diraih setiap hari justru tengah melingkupi kediaman besar Vihokratana.

Marc, jadi alasan terbesar mengapa kumpul keluarga di akhir pekan itu menjadi penuh canda dan gelak tawa. Tingkah lucunya, tingkah menggemaskannya, bahkan mampu mencairkan es di wajah masam eyang Tay-nya.

"Eyang, kenapa Patrick nggak pake baju?" Tanya Marc polos.

Patrick yang dimaksud di sini adalah Patrick Star si bintang laut sahabat kental Spongebob.

"Karena patrick kegerahan. Makanya nggak pake baju." Jawab Tay yang sedang menonton serial si spons kuning tersebut bersama Marc seorang diri.

Menonton Spongebob? Seorang Tay Tawan? Kalian tak salah baca. Demi terlihat serba tahu di mata sang cucu semata wayang, Tay rela mengisi waktu luangnya dengan menonton setiap acara anak-anak yang jadi Favorit Marc. Hitung-hitung mengisi kosong setelah jam kantornya berkurang berkat kinerja bagus si sulung. Tay bahkan sudah hafal nama-nama tokoh di setiap acara tersebut.

Bergeser ke arah dapur, nampak sepasang anak dan ibu yang tengah berkutat dengan menu makan malamnya. Merekalah New dan si anak tengah Frank yang dengan cekatan menyiapkan masakan-masakan kesukaan keluarga.

Ruang tamu di isi menantu dan calon menantu keluarga Vihokratana. Di temani teh melati dan bolu susu yang tadi dibawa Nanon dari apartment, Ohm dan Drake saling bertukar cerita mengenai kehidupan mereka.

"Jadi persiapannya udah berapa persen, bang?" Yang dimaksud Ohm di sini adalah pernikahan pemuda di depannya dengan sang kakak ipar.

Drake menyesap sedikit tehnya sebelum menjawab. "Sekitar 50% mungkin. Karena acaranya juga kan masih lama, Ohm."

"Lho, bukannya akhir taun ini ya?"

"Taun depan. Frank sama gue udah mutusin taun ini kami mau fokus ke bisnis dulu, baru taun depan kami nikah."

Ohm menganggukkan kepala mendengar penuturan yang lebih tua. "Terencana banget. Salut gue sama kalian."

Kekehan ringan jadi respon dari Drake. "Gue punya tanggung jawab sama orang tua gue. Nggak bisa gue bertindak grusa-grusu gitu aja tanpa pikir panjang, Ohm. Atau mereka bakal kecewa dan ngungkit cerita lama. Bisa batal sama Frank gue ntar."

Dalam hati Ohm membenarkan. Sosok Drake memang jadi panutan baginya selama ini. Bagaimana ia memperjuangkan Frank, bagaimana ia rela didepak dari keluarganya demi cinta yang sudah dibangun semenjak lama, dan bagaimana ia mempertahankan hubungan mereka serta membuktikan pada orang tuanya jika ia dan Frank memang ditakdirkan untuk bersama.

"Kak Frank pasti bangga banget, bang punya lu."

"Nanon juga kan?"

"Hah?"

Satu tepukan menguatkan dari Drake di pundak kiri Ohm. "Nanon juga pasti bangga banget sama lu, Ohm. Lu laki-laki yang bertanggung jawab. Terlepas dari semua kesalahan-kesalahan lu dulu, atau kesalahpahaman-kesalahpahaman kalian sebelum ini, lu hebat udah mau tanggung jawab buat Nanon sama Marc."

Sedikit puas terselip di celah hati Ohm mendengar setiap kata perkata dari Drake. Namun di sisi hatinya yang lain ia menolak keras. Bagaimanapun kesalahannyalah yang membawa Nanon terseret dalam penderitaan-penderitaan mereka selama ini.









....







Semburat jingga samar merona di antara mendung yang masih berkuasa. Dingin angin sore menyapu dingin wajah manis Nanon yang kini duduk berdua dengan abang sulungnya di halaman belakang.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now