Chapter 60

12K 1.7K 401
                                    

Please banget ini mah, vote dulu lah baru lanjut baca .. -_-'















Meja makan yang biasanya hanya terisi tiga orang itu, kini semakin ramai dengan adanya keluarga kecil Ohm. Meski hanya menu sederhana yang New sajikan untuk makan malam, namun tak mengurangi minat mereka terutama sang kepala keluarga yang memang meminta khusus pada sang istri agar dibuatkan rawon untuk makan malam kali ini.

Tanpa pembicaraan dan fokus pada piring masing-masing, khas keluarga berpendidikan tinggi macam keluarga Vihokratana. Suara yang muncul hanya denting sendok beradu piring yang tak terlalu keras dan gumaman tak henti dari mulut kecil Marc yang memainkan teether di tangannya.

Anggota keluarga termuda itu kini tengah dipangku oleh sang papa. Mencoba ditenangkan oleh Ohm yang juga menyambi makan malamnya. Entah mengapa semenjak tadi bertemu sang papa Marc benar-benar tak mau lepas, meskipun itu Nanon yang meminta. Mungkin efek rindunya.

Tay yang lebih dulu usai dengan urusan piringnya, disusul yang lain satu persatu. Setelah dirasa suasananya sudah tepat, sang kepala keluarga berdehem penuh wibawa coba mengumpulkan perhatian.

"Ohm.." suara Tay begitu rendah dengan pandangan memicing ke arah sang menantu.

Bukan hanya Ohm, ketiga orang dewasa yang lain juga sama-sama merinding, merasakan aura penuh dominasi seorang Tay Tawan.

"Ayah rasa kamu udah tau kan kemana arah obrolan kita kali ini?" Lanjut Tay tak merubah mimik.

Ohm menganggukkan kepalanya dengan kaku. "I..iya, yah. Tadi Nanon udah bilang."

"Bagus, jadi ayah nggak harus ngejelasin ulang ke kamu." Kali ini dengan seringaian remeh. New bahkan sudah menatap jengah suaminya yang dirasa terlalu dingin pada sang menantu.

Ohm kembali mengangguk. Kali ini sembari sibuk membersihkan liur Marc yang menetes ke kengannya yang menahan tubuh sang bocah.

Melihat ketegangan yang mulai menguar di sekitar mereka, Frank berinisiatif mengambil si kecil Marc dari gendongan papanya. Untung si bayi sudah mulai mengantuk, jadi ia mau saja dengan suka rela berpindah ke gendongan sang uncle dan dibawa masuk ke kamar Frank.

"Papa .. na, papa .." gumam Marc dalam gendongan Frank.

Si anak kedua Vihokratana itu mengusap dahi berkeringat sang keponakan. "Papanya mau ngobrol sama eyang. Marc sama uncle, ya. Mau susu nggak, dek?"

"Eung .. tutu?"

"Iya, susu dot. Mau?"

"Au tutu."

"Kita bikin yuk.." dengan itu langkah Frank memutar ke arah dapur demi membuatkan susu untuk Marc.

Kembali pada empat orang yang kini tersisa di meja makan. Fokus sang kepala keluarga kini beralih pada persona bungsunya yang jua menahan gelisah tak terucap.

"Jadi, keputusan kamu apa dek?" Tanya sang ayah.

Nanon menarik nafasnya panjang. Jemarinya beradu saling kait di atas pangkuan, sekedar pelampiasan dari apa yang dirasakan.

"Adek.. adek.." lidahnya kelu. Hatinya begitu ragu mengambil arah.

Lewat ekor mata Ohm mencoba mencuri pandang pada sang istri yang duduk berjarak di sampingnya. Hatinya tak kalah gelisah. Harapannya begitu besar akan keputusan Nanon agar tetap berpihak pada keluarga kecil mereka.

New yang sudah hendak membuka suara, berharap bisa menenangkan sang bungsu hanya bisa diam dan kembali menelan katanya setelah sang suami menatapnya tajam penuh intimidasi. New paham, bukan saatnya kini untuk membantah sang suami.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now