Chapter 2

26.3K 2.5K 909
                                    

Flashback

Three months ago

Sepasang kekasih sedang menikmati luang istirahat pertama mereka sembari bercakap ditemani beberapa bungkus makanan ringan di kelas. Ruangan kelas Nanon cukup lengang karena kebanyakan penghuninya lebih memilih ke kantin atau halaman sekolah untuk sekedar bermain.

Nanon menyandarkan kepalanya di bahu kanan Ohm yang duduk tepat di sampingnya. Tatapan iri dari segelintir sisa pasang mata di dalam kelas tak membuatnya peduli, toh hampir semua warga sekolah tahu kalau mereka adalah sepasang kekasih.

"Kelas kamu ada tugas resensi novel nggak, yang?" Ohm bertanya.

Nanon mendongak, menatap wajah sang pacar. "Ada. Kamu juga? Deadline minggu depan kan?"

"Iya. Tapi aku belum nemu novelnya." Jawab Ohm lemas.

"Sama kok. Kita cari ke perpus aja bareng nanti pas istirahat kedua gimana?" Usul si manis.

"Boleh deh. Sekalian ngerjain bareng juga nggak apa-apa."

"Ngerjain di perpus? Males ah."

"Di rumahku aja. Pulang sekolah ini. Mau ya?"

Nanon sempat berpikir beberapa detik. "Oke deh. Tapi aku ngabarin bunda dulu."

"Siap sayangku.."

"Dihh.. cringe."



....



"Gimana? Udah nemu?" Ohm mendekati Nanon yang berdiri di antara rak-rak karya fiktif koleksi perpustakaan sekolah mereka.

Nanon yang sedari tadi mengedarkan mata pada deretan novel-novel terjemahan menoleh. "Udah. Ini." Sebuah novel bersampul penuh warna ditunjukkan.

"Novel apa?" Tanya Ohm.

"The Old Man and the Sea, Ernest Hemingway."

Tangan Ohm meraih buku di rak belakang Nanon. "Kenapa bukan ini aja? Sama-sama punya Ernest Hemingway kan?" Sebuah novel berjudul A Farewell to Arms ditunjukkan Ohm.

Nanon menggeleng memandang novel bersampul monokrom di tangan Ohm. "Nggak deh."

"Kenapa? Settingnya bagus loh, tentang konflik perang dunia pertama di Italia."

"Tebel Ohm, yang ini lebih tipis cuma 126 halaman doang."

Ohm menggeleng mendengar alasan sang kekasih. "Iya deh, yang males mah." Namun tetap berakhir dengan kekehannya dan kecemberutan Nanon.

"Kamu sendiri udah nemu belum?"

Ohm menggeleng.

"Mau nyari yang gimana sih? Romance? Detektif? Apa misteri?"

"Detektif bagus kali ya?"

"Hercule Poirot, Sherlock Holmes, Arsen Lupin, apa Bernie Gunther?" Tanya Nanon.

Yang ditanya malah menggaruk belakang kepalanya sambil menunjukkan cengiran. "Pusing. Kalau Dilan aja gimana?"

"Goblok. Mana ada novel Dilan jadi detektif? Bentar." Nanon berjalan ke arah rak di pojok diikuti Ohm.

Tangan si manis meraih sebuah novel bersampul merah. "Ini aja nih."

"The Hound of the Baskervilles?" Gumam Ohm membaca judulnya.

"Iya. Sherlock Holmes nih, bagus kok. Udahlah ini aja."

"Iya deh. Makasih sayangku.."



....



Setelah sempat berkirim pesan menanyakan ijin pada sang bunda dan diberi lampu hijau, Nanon pulang ke rumah Ohm dengan dibonceng motor oleh si pemilik rumah. Sebenarnya hari-hari biasapun si pemuda berdimple itu akan diantar jemput oleh Ohm dengan motor kesayangannya. Takut Nanon lecet katanya kalau harus berdesakan di bus. Entah pengertian atau posesif.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now