Chapter 28

13.4K 1.9K 803
                                    

Ohm keluar dari toko kue dengan perasaan berbunga. Setelah izin pulang lebih awal pada mommy Kay-nya, dengan alasan acara keluarga (dengan sang istri) si tampan memutuskan langsung menuju toko kue dan membeli salah satu cake berdiameter tak lebih dari dua puluh centi pilihannya.

Wajah manis Nanon dengan dua lesung pipi menawan langsung terbayang di otaknya. Menambah rasa ingin pulangnya semakin menggebu.

Beru saja hendak menyetarter motor, konsentrasi Ohm terganggu oleh dering panggilan masuk yang terus menerus. Sepertinya sangat penting.

Chimon. Nama yang tertera di layar smartphone milik Ohm, membuat kerutan dahinya muncul begitu saja. Tentu saja, Chimon tak sedekat itu dengan Ohm sampai harus menghubunginya pribadi lewat telfon begini.

"Halo.." sapa Ohm meski masih dengan berbagai pertanyaan dalam benaknya.

'Lu dimana? Buruan nyusul, Nanon dibawa ke rumah sakit.' rentetan suara Chimon dengan nada cepat dan panik langsung mengaburkan pikiran Ohm.

"Apa maksudlu? Nanon kenapa? Kok lu bisa sama Nanon?"

'Ck. Nggak ada waktu buat ngejelasin. Ini gue sama abangnya lagi bawa dia ke rumah sakit. Dia pingsan barusan.'

Pegangan Ohm di smartphone-nya mulai melemas, namun masih berusaha dipertahankan.

"Gue ke sana." Ujar Ohm cepat. Secepat laju motornya yang membelah riuh jalan tanpa peduli keselamatannya sendiri.

Ohm kalut. Bahkan kue yang baru dibelinya sudah jatuh karena kencangnya laju motor, Ohm sudah tak peduli. Yang terpenting saat ini adalah istri dan anaknya.

Kepanikan Ohm tak sampai di situ saja. Tiba di rumah sakit, motornya ditinggal begitu saja tanpa terparkir dengan benar. Langkahnya cepat menuju meja resepsionis menanyakan brutal letak kamar ataupun ruang periksa istrinya.

Ruangan dokter Arm. Ohm ingat letaknya. Dulu ketika Nanon pingsan saat ujian, mereka juga membawanya ke sana.

Naik ke lantai empat dengan mengandalkan tangga, karena tak sabar menanti lift yang bagi Ohm gerakannya lambat. Peduli setan nafasnya terengah. Masa bodoh kakinya merasa pegal.

Sampai di tujuannya, Ohm dikagetkan dengan kehadiran kedua orang tuanya dan kedua mertuanya serta Pluem dan Chimon. Begitu juga enam orang yang dimaksud, keenamnya langsung bangkit setelah mendapati kedatangan Ohm.

Ayah mertuanya melayangkan pandangan begitu sinis, ibu mertuanya menunduk menahan tangis. Sedangkan papanya sendiri sedang mengepalkan tangan kuat menahan amarah padanya, untung sang mama setia menemani dan mencegah suaminya berbuat brutal di rumah sakit.

"Ikut saya !!" Itu suara Pluem.

Dengan menyeret Ohm ke lorong sepi di ujung lantai empat, pemuda yang biasanya tenang itu menggeram marah. Tak ada yang berniat melerai, hanya Chimon yang nampak mengikuti mereka dari belakang.

"Bang, Nanon kena...."

Bughh !!

"Argh.. bang, tunggu.."

Bugh !!

Tak hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali Ohm mendapat pukulan dari Pluem. Perut, wajah, pelipis, tak ada yang terlewat.

Namun Ohm tak membalas. Selain faktor dia sudah kelelahan gara-gara naik tangga, sikap hormatnya pada Pluem juga jadi alasan.

Tangan Pluem kini mencengkram rambut Ohm yang sudah basah akan keringat. Membuat pemuda yang kini babak belur terpaksa mendongakkan kepalanya yang terasa sakit.

"Saya serahin adik saya sama kamu bukan berarti kamu bebas nyakitin dia !!" Pluem mulai melampiaskan kekesalannya.

Ohm masih diam. Membiarkan Pluem terus berujar, meski tak sepenuhnya sangkaannya terhadap Ohm benar.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now