Chapter 2.27

8.4K 1.1K 215
                                    

Votenya gue tungguin ya, jangan salfok ke jidat di atas  ..  >.<















Tay Tawan tak habis pikir, bagaimana bisa menantunya berakhir menjadi pasien yang menunggui pasien lain di depan ruang bersalin.

Masih kurang jelas?

Jadi setelah mendapat panggilan darurat dari Perth, Tay bersama New dan si kecil Marc langsung tancap gas menuju rumah sakit tempat Ohm dirawat. Diiring panik dan nafas menderu penuh rasa khawatir, nyatanya sampai di tujuan utama Tay malah sebisa mungkin menahan senyum.

Bagaimana tidak jika yang didapati ketiganya adalah Ohm yang duduk ditopang kursi roda dengan kaki kiri diluruskan terbalut gips tebal. Posisinya menghadap pintu ruang bersalin dengan raut menahan tangis serta kepala ditundukkan dalam. Agak menggelikan sebenarnya, mengingat rahang tegas yang kurang cocok dengan tangis sedemikian.

Di dekat Ohm, Perth sang sekretaris andalan duduk di kursi tunggu dengan dua buah kopi kaleng di masing-masing tangan. Niatnya tadi suami Mark tersebut ingin memberikannya satu pada Ohm untuk sekedar menenangkan. Namun karena Ohm menolak, jadi Perth memilih meminum dua-duanya dari pada mubadzir.

"Gimana, Ohm??" Suara New yang kental dengan nada khawatir membuat Ohm mendongak, lepas dari buai lamunan dan gumam do'anya.

Jua dengan Perth. Melihat tuan besar Vihokratana di hadapannya, si pria langsung berdiri dan membungkuk hormat.

Ohm sudah akan menjawab, namun mulut terbukanya tak kunjung bersuara saat tiba-tiba Marc melakukan aksinya.

"Uncle Perth !! Marc kangen." Berseru riang dan memeluk manja kaki uncle tersayangnya. Bahkan mengabaikan ekaistensi sang papa yang sontak merasa sakit di kakinya tak ada apa-apa dibanding sakit di hatinya.

"Ohm, Nanon keadaannya gimana? Kamu kok bisa sampai cidera gini juga? Kalian kecelakaan? Apa gimana?" Rentetan kalimat tanya berulang dari Tay malah membuat sakit Ohm bertambah lokasi, di kepala.

"Ssst, tenang mas. Tanyanya satu-satu. Kasian itu mantu kamu kebingungan." Untung ada New yang mengingatkan.

"Jadi gimana Nanon, Ohm?" Tanya New sekali lagi.

Ohm mengerjap mata. Berusaha menahan genangan yang siap jatuh menuruni wajah sekaligus menurunkan harga dirinya.

"Nanon di dalem, bun. Lagi ditangani sama dokter Tee. Kita berdo'a aja ya bun, Nanon sama adek bakal baik-baik aja."

New mengangguk sekedarnya. Dalam pikiran terlintas alasan mengapa bukan sang sahabat yang membantu bungsunya di dalam. Tadi New sempat melihat status media sosial milik Arm yang menunjukkan jika ia bersama Lee dan sang putra sedang berlibur ke pantai dengan keluarga Mook dan Leo juga.

"Tapi Nanon bukan kecelakaan kan, Ohm? Kok kaki kamu bisa kaya gini?" Tay memulai lagi.

Ohm menggeleng, setelah sempat melirik Marc yang kini duduk di pangkuan Perth sambil memainkan rubik yang dibawa di tas sekolahnya. Sepertinya benar-benar lupa pada papanya. Atau sengaja mengacuhkan?

"Aku kecelakaan sendiri kok, yah. Keserempet motor gara-gara nggak hati-hati."

Dalam hati New dan Tay mengurai sedikit lega mendapati fakta jika Nanon tak dalam kondisi ini karena kecelakaan fisik.

"Tadi Nanon ke sini habis aku operasi. Niatnya mau nengok, eh sampai sini sebentar malah katanya perutnya mules. Diperiksain ke dokter katanya udah waktunya."

"Pasti karena dia terlalu khawatir juga sama kamu. Makanya pengaruh ke kandungannya. Untung emang udah bulannya." Lanjut New menimpali penjelasan sang menantu.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now