Epilog Season 2

10.6K 961 257
                                    

Vote, follow, baru boleh baca !!












Riuh waktu merangkak meninggalkan jejak demi jejak fase kehidupan. Pohon flamboyan yang tadinya hanya setinggi pagar halaman, kini malah tumbang luruh berganti rerumputan kecil. Pun jua diri sang pemilik. Rambut tebal sedikit ikal milik Tay Tawan, mulai kehilangan hitam sempurnanya dikikis putih yang tak coba disamar.

Hari ini, tepat 15 tahun kelahiran si tampan Marc sang cucu pertama. Tay Tawan duduk ditemani besannya, Singto di ruang keluarga rumah sang bungsu menelisik lewat bantuan kaca mata plus yang membingkai netra.

"Mereka tumbuh terlalu cepat." Gumam Singto dengan tawa kecil ketika melihat Mac berlarian mengejar Achi dari arah dapur.

"Hm." Tay mengangguk. "Dan waktu kita semakin terbatas."

Melirik sejenak tongkat yang tadi New sandingkan menyandar di dinding sampingnya, Tay kemudian tertawa diikuti Singto yang sama-sama paham akan maksudnya.

"Deeeek, ini ada Aum !!!" Suara teriakan Marc mengisi ruang dengar ketika sang remaja kelas IX masuk bersama seorang bocah lelaki manis diiringi kedua orang tua bocah tersebut.

"Wahhh.. sini Aum main sama Achi !!" Yang dipanggil Mac, tapi yang heboh malah Achi.

Aum adalah putra tunggal Perth dan Mark. Usianya hanya berjarak bulan dari sulungnya Drake, Achi. Makanya keduanya begitu akrab layaknya amplop dan perangko.

Dari posisi Singto dan Tay kini, tampak Nanon dibantu Kit dan New sudah menata hidangan di meja makan. Di sudut ruang main anak, ada Marc yang menemani adik-adiknya bermain rubik. Sekaligus memamerkan keahlian rubik yang diwarisinya dari sang bunda.

Sedikit menepi di ruang tamu, Drake masih setia memijit kecil tengkuk atau kepala Frank yang terkulai lemas di sisinya. Bukan, Frank bukannya tengah sakit. Mommy-nya Achi tersebut tengah mual parah karena kondisinya yang tengah hamil anak kedua. Baru tiga bulan ngomong-ngomong. Kali ini produksi dalam negeri, bukan produk Paris lagi.

Ohm Pawat, yang nampak gagah dengan kemeja maroon-nya mendekati Tay dan Singto sambil tersenyum ramah.

"Ayo yah, pa. Kita mulai acaranya sekarang aja." Ajaknya.

Memang acara ulang tahun Marc kali ini hanya digelar sederhana saja. Cukup mengundang keluarga dekat dan tambahan keluar kecil Perth mereka hanya akan makan malam bersama sebagai wujud rasa syukur.

Harusnya ada keluarga Lee juga bersama Arm dan si tampan Patrick. Namun sayang kini keluarga sahabat baik Tay dan New tersebut sudah pindah ke China bersamaan dengan diterimanya Patrick di salah satu universitas ternama di sana.

"Nggak nunggu Pluem sama Chimon?" Singto bertanya heran.

Ohm yang baru saja selesai membantu Tay berdiri lalu menggeleng menatap sang papa. "Chimon sama abang katanya nyusul, pa. Lagi ada perlu sama dokter Tee."

"Usaha lagi?" Kali ini pandangan Singto mengarah pada mata tua Tay.

"Iya. Mau coba bayi tabung katanya. Mungkin aja kali ini berhasil." Jelas Tay.

"Amiiin." Kompak Singto dan Ohm bersamaan.

Sedikit kabar tentang pasangan manis yang menikah di hari kelahiran Achi. Hampir delapan tahun mengarung bahtera rumah tangga, Pluem dan Chimon belum juga dipercayakan momongan.

Berbagai cara sudah dicoba, mulai dari cara medis hingga mitos yang katanya belaka. Namun sayang, belum rejeki mereka.

Chimon pernah hamil tiga kali tapi ketiga-nya gugur sebelum ada yang mencapai usia empat bulan. Itu jualah yang jadi salah satu faktor Nanon menunda anak ketiga. Nanon tak ingin Chimon kecewa jika ia dan Ohm dengan mudah mendapat anak sedangkan mereka tidak. Lagi pula untuk saat ini dua anak laki-lakinya sudah cukup membuat repot seisi rumah.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang