Chapter 16

15K 1.9K 255
                                    

Ohm menatap segan pada ibu mertuanya yang kini duduk mendampingi Nanon di hadapannya. Seperti maling yang tertangkap basah, Ohm hanya diam tak tahu harus memulai obrolan dari mana.

Nanon sendiri sudah siuman sejak beberapa menit yang lalu. Posisinya kini bersandar di kepala ranjang yang sudah dinaikkan. Dengan telaten New menyuapi sang bungsu dengan ransum makan siang dari rumah sakit.

"Dek, nak Ohm.." New menatap mereka satu persatu setelah acara menyuapi Nanon selesai. "Bunda minta maaf ya belum sempet jenguk kalian sejak nikahan kemarin." Sambung New. Ada sendu tercetak jelas di wajah ibu tiga anak itu.

Nanon segera meraih telapak tangan sang bunda dalam genggaman. "Nggak apa-apa, bun. Kami baik-baik aja kok. Iya kan Ohm?"

Ohm yang mendapat kode dengan penekanan Nanon ketika menyebut namanya sontak mengangguk. "Bener kata Nanon, bun. Kita baik-baik aja. Harusnya malah Ohm yang minta maaf sama bunda karena nggak pecus jagain Nanon sampe kaya gini."

New menggelengkan kepala. Pandangan teduh mengayom dilayangkan pada menantunya. "Bukan salah kamu. Udah denger kan apa kata dokter Arm tadi? Emang Nanon lagi laper terus aja." Ujar New diakhiri kekehan ringan.

"Tapi bunda nggak akan bilang papa sama ayah kan?" Tanya Ohm khawatir.

"Nggak kok, asal kalian pastiin hal kaya gini nggak terjadi lagi bunda nggak akan bilang ayah sama papa kalian."

Ada satu helaan nafas lega terdengar milik salah seorang di antara mereka.

"Saling jaga, ya. Kalian udah nikah sekarang, udah jadi pasangan keluarga. Nanon jangan bandel, layani suami kamu, nurut sama dia. Ohm juga, bunda titip Nanon sama cucu bunda. Jaga mereka, kalo ada masalah selesein baik-baik. Jangan banyak tengkar."

Nanon dan Ohm sama-sama diam. Merenungi kata demi kata nasehat yang diberikan New yang begitu mengena di hati dan kepala mereka. Terutama Ohm.

"Bun, rumah apa kabar?" Tanya Nanon setelah lama tak ada suara.

New diam sejenak. Dia paham yang dimaksud Nanon dengan 'rumah' adalah ayah dan kedua kakaknya.

"Ayah baik, sekarang lagi sibuk mau buka cabang resort baru sama renov beberapa hotelnya. Sibuk as always. Kalo abang sekarang lebih sering pulang, katanya dari pada sendirian di kost." New tersenyum menceritakannya.

"Kakak gimana?"

Seketika senyum yang baru saja tersaji terganti menjadi diam penuh aura mendung. Nanon jadi ikut khawatir menatap bundanya.

"Bun.." panggil Nanon ketika nampak New malah melamun.

"Eh, iya. Kakak ya? Baik-baik aja kok. Sering keluar sama temen sama pacarnya malah." Senyum paksa kini mengambil alih ekspresi wajah New.

Obrolan mereka terhenti setelah seorang perawat datang guna melepas infus Nanon yang sudah habis melakukan pengecekan tanda vital akhir sebelum akhirnya si manis diperbolehkan pulang.







....







"Sayang.." panggil Arm.

Si pria menoleh. "Hai, Darl. Udah selesai?" satu senyum penuh diberikan oleh si pria putih pucat berkumis tipis, membuat Arm ikut tersenyum.

"Udah.."

Arm menyambut pelukan hangat dari sang suami dengan senang hati. Penat seharian karena bekerja dari pagi seolah menghilang setelah mereka saling berbagi dekapan.

"Selamat siang dokter Arm, tuan Lowkhunsombat.." sapa seorang perawat yang kebetulan lewat pada keduanya, membuat pelukan mereka harus terlepas.

"Siang.." Keduanya sama-sama tersenyum canggung menjawab bersamaan.








KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now