Chapter 36

12.8K 1.7K 389
                                    

Layar smartphone yang menampilkan game favoritnya menjadi fokus Ohm malam itu. Bersandar nyaman di kepala ranjang dengan kaki diselonjorkan, sekedar memberi nikmat badan setelah seharian berkutat dengen pekerjaan.

Merasa ada pergerakan di sisi sebelahnya, Ohm menoleh. Itu Nanon, sang istri yang baru saja selesai dengan ritual di kamar mandinya sebelum tidur.

"Kok nggak pake celana?" Kernyit Ohm melihat penampilan Nanon. Game-nya bahkan sudah tak dipedulikan.

Nanon tak menjawab, hanya mengangkat ujung kaos over sized-nya, menunjukkan celana pendek yang panjangnya tak lebih dari kaos yang dipakainya.

Ohm berdecak ringan. "Kok nggak pake yang panjang?"

"Gerah." Jawab Nanon singkat.

Mendung di luar membuat suhu udara menjadi naik. Tak heran jika Nanon merasakan kegerahan apalagi dengan keadaan rumah sederhana mereka yang tanpa pendingin ruangan.

Posisi Nanon sudah merebahkan tubuh berisinya dengan menghadap ke meja nakas di sebelah ranjangnya membelakangi Ohm. Tubuhnya dibiarkan tanpa selimut, membuat kaki jenjangnya terekspos sempurna di mata sang suami.

Meninggalkan smartphone-nya, Ohm memilih ikut merebah di samping Nanon. Tangannya terulur memeluk sang istri dari belakang. Perut buncit Nanon jadi sasaran dibelai halus, berulang. Bahkan jemarinya menyusup masuk ke dalam kaos.

"Ohm.." tangan Nanon menepis tangan nakal suaminya.

Tapi rasa risih Nanon tak bisa menghentikan Ohm begitu saja. Tubuhnya makin dimajukan, menempelkan wajahnya di ceruk leher Nanon yang beraroma citrus segar.

"Kamu makin manis, makin cantik." Bisik Ohm dengan suara husky.

Yang digoda meremang menahan perasaan. Ada hangat yang menyusup hati meski gelenyar khawatir masih sesekali menyertai.

"Ohm.. jangan gini.."

Tak didengar. Tangan Ohm malah bergerak membalik posisi Nanon menjadi terlentang dengan dirinya sendiri ada di atasnya, bertumpu tangan. Saling bersitatap beradu nafas yang hangat memburu.

Perlahan wajah Ohm makin turun, mendekat. Meraih bilah kenyal Nanon dengan bibirnya sendiri. Menempelkannya lama, mengumpulkan keyakinan sampai berlanjut ke tahap hisapan dan gigitan ringan.

"Eunghh.. Ohm.." Nanon melenguh. Nafasnya sulit, terasa putus-putus.

Pukulan di dadanya membuat Ohm berhenti, meski sejenak. Hanya sekian detik sampai nafas Nanon dirasanya cukup, dibungkamnya lagi bibir Nanon dengan ciuman yang terasa menuntut namun terkesan lembut.

Ketika di bawah sana tangan Ohm bergerak hendak membuka kaos over sized-nya, Nanon langsung bergerak menahan.

"Jangan !!"

"Kenapa, Non?"

Bola mata Nanon bergerak gelisah. "Itu.. aku.. em.. anu.. perutku.."

"Perut kamu sakit?"

Menggeleng.

"Terus?"

Dengan ragu Nanon menjawab. "Perutku.. jelek. Malu.."

Ohm tersenyum melihat tingkah manis pemuda di hadapannya. Tangannya menyingkirkan tangan Nanon yang menutupi wajah meronanya.

"Soal stretch mark?"

Si manis mengangguk.

"Udah aku bilang kan kalo aku terima kamu apa adanya? Aku nggak boong, Non."

"Tapi..





aku nggak bisa."

"Kenapa?"

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum