Chapter 20

15.5K 1.9K 519
                                    

".... Nanon.... lagi sibuk nyiapin buat tes masuk SMA pilihannya."

Alasan fiktif disertai senyum meyakinkan dari Ohm setidaknya mampu menghentikan laju pertanyaan teman-temannya tentang Nanon. Biarlah yang mereka tahu jika Ohm dan Nanon masih terikat dalam satu hubungan yang normal dan baik-baik saja.

"Rajin banget si Nanon. Pengumuman aja masih sebulanan lagi, dia udah persiapan buat tes masuk SMA." Mark menanggapi.

Ohm hanya mengangguk. "Sorry gue tinggal, ya. Kerjaan gue masih banyak." Lebih memilih undur diri karena tak ingin terlibat obrolan lebih jauh.

Tanpa Ohm sadari seseorang memandang interaksinya bersama teman-teman Nanon dengan tatapan miris disertai gelengan kepala maklum.






....





Beberapa hari tanpa income dari orang tua, membuat Ohm dan Nanon harus melepas beberapa kebiasaan konsumtif mereka dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat maupun menghasilkan.

Ohm sudah mulai nyaman dengan pekerjaannya di cafe, meskipun tak jarang rasa lelah mendera dan mengakibatkannya sedikit mendiamkan Nanon ketika di rumah. Tapi Nanon sebisa mungkin mencoba untuk mengerti. Dirinya saja yang hanya di rumah merasa lelah dan terkadang membuat emosinya naik, apalagi Ohm yang sudah seharian bekerja keras.

Hari ini Ohm kembali mendapat shift kerja siang. Si pemuda tanggung itu berangkat setelah sarapan nasi goreng buatan Nanon, yang untungnya kali ini rasanya lumayan.

"Nanti mau dimasakin apa?" Tanya Nanon ketika mereka di teras rumah, mengantar Ohm berangkat.

"Apa aja pasti aku makan kok." Ohm hanya tak mau Nanon terlalu bekerja keras menjajal menu keinginannya.

"Maaf." Si manis menunduk sendu.

Ohm berjalan mendekat. Satu tangannya menangkup pipi Nanon, membuatnya tak lagi menatap ke bawah. "Hei, kenapa?"

"Maaf, aku nggak bisa masakin macem-macem buat kamu." Bening kaca di biner Nanon membuat Ohm Pawat sempat kesulitan menelan ludahnya sendiri.

"No prob. Yang penting bisa dimakan, kan?"

Meski sudah diyakinkan begitu, tetap ada raut gelisah dan tak tenang di wajah manis Nanon. Entah alasannya karena memang tentang masakan atau sudah ke arah hal lain.

"Ohm.."

"Hm?"

Tangan Nanon meremas ujung kaosnya sendiri. Bibirnya digigit random seolah sedang meyakinkan diri.

"Kamu lagi pengen sesuatu?" Tebak Ohm dari gelagat Nanon.

"Mmmmmm..." Tapi Nanon malah menggeleng setelah dengungan panjang itu.

Ohm memicingkan mata. "Yakin?"

"Iya. Udah sana berangkat, nanti telat dimarahin mommy Kay." Nanon mencoba bersikap biasa saja.

Ohm menganggukkan kepala. Setelah mencium kening sang istri sekali, Ohm kemudian berjalan menuju motornya yang sudah siap di halaman rumah. Tapi di langkah keempat si tampan kembali berbalik menatap Nanon.

"Non, bener kamu nggak apa-apa? Nggak pengen apapun?"

Nanon malah berdecak sebagai respon atas kekeraskepalaan Ohm. "Iya, ihh. Dibilang aku nggak pengen apa-apa juga. Udah sana berangkat aja, nanti kalo pengen apa-apa aku chat kamu."

"Bener?"

"Iya, janji deh.."

Setelah diyakinkan oleh sang istri, Ohm melanjutkan langkahnya menuju motor dan pergi menuju tempat kerjanya.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें