Chapter 2.23

8.6K 1.2K 181
                                    

Vote dulu atu-laaaaahh .. :'(













Pagi sudah berada di ujung waktunya. Namun sinar mentari tak menatap terang terhalang awan pekat yang mengundang hujan.

Di tengah sepoi angin mendung yang berhembus pelan, Nanon duduk sendirian di lobby apartment menunggu seseorang. Dengan kemeja big sized yang kini jadi andalan sang pemuda nampak manis dan mengundang perhatian.

Tiiin ..

Suara nyaring klakson mobil yang berhenti tepat di luar mengundang atensi Nanon. Sedikit memicing untuk memastikan, setelah yakin sang pengemudi mobil adalah seseorang yang sedari tadi ditunggunya maka si manis beranjak menghampiri dengan langkah pelan hati-hati.

"Ayo gue bantuin." Ujar Chimon, si pengemudi yang sigap keluar mobil dan memapah Nanon membantunya berjalan.

Hari ini rencananya Nanon akan memeriksakan kandungannya lagi. Namun sayang sang suami sedang ada rapat dengan client yang membahas tentang suatu proyek besar. Sedangkan sang bunda yang biasanya meluangkan waktu juga tak bisa diganggu karena dalam masa liburannya ke luar kota bersama sang ayah.

Kedua saudaranya juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sisa sang ibu mertua, yang bertugas menjemput Marc di sekolahannya siang ini.

"Ke mana tujuan kita?" Tanya Chimon setelah menyalakan mesin mobilnya.

Sambil memasang sabuk pengamannya Nanon menjawab enteng. "Ya periksa kandungan gue lah, Mon."

"Ck. Itu juga gue tau, bege. Maksudnya kita ke rumah sakit apa ke klinik mana?"

"Ssst.. ada baby, nggak boleh ngomong kasar." Ujar Nanon sambil melirik perut besarnya.

Yang diperingatkan sontak menepuk mulutnya pelan. "Aduh, nggak sengaja. Maafin uncle ya, baby." Dengan tangan mengelus perut sahabatnya.

Membuat Nanon terkekeh ringan atas tingkahnya. "Ke kliniknya dokter Arm aja deh. Kata bunda dokter Arm udah buka praktik kaya biasa."

"Oh iya, kemaren gue sempet liat dia di acara tunangan gue. Tapi belum sempet nyapa udah pergi aja."

"Buru-buru kayaknya dia. Gue juga liat dia ditarik gitu sama om Lee."

"Udah di ujung kali, udah pengen banget."

"Pengen apaan?"

"Dari pada lu nanya gue gimana kalau nanti lu tanyain sendiri aja ke orangnya, Non. Kita mau ketemu dia by the way."

Nanon mendengus malas mendengar kalimat Chimon. "Bodo amat, Mon. Buru gih jalan, keburu nutup nanti kliniknya."











....










Sambutan hangat diberikan oleh dokter Arm bagi Nanon dan Chimon. Saling berbagi kabar dan sedikit cerita sebelum memulai prosedur pemeriksaan.

"Nih CEO kok siang-siang bisa jalan-jalan? Nggak ngantor?" Tanya dokter Arm pada Chimon.

Chimon menggeleng. "Belum CEO, dok. Masih calon. Masih perlu banyak belajar."

Sang dokter mengangguk-anggukan kepala mengerti lalu beralih menghadap Nanon yang berdiri menyangga perut dengan bantuan tangan.

"Udah gede gini ya, Non."

"Kan udah masuk bulan kedelapan, dok. Masa mau kecil terus?" Malah Chimon yang menjawab.

"Nyaut aja kamu, Mon. Nggak kangen saya?"

"Lah ngapain, dok? Kan dokter sendiri yang mutusin buat lari. Ngetawain saya yang mau minggat ke jalur Gaza eh ini sendirinya malah lari ke desa."

Nanon menggelengkan kepala melihat tingkah sahabat baiknya.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt