Chapter 2.8

10.7K 1.4K 295
                                    

Vote, follow, baru boleh baca !! Jangan dilewatin stepnya gue lagi galak 😜












Suara pantofel beradu lantai basement hotel menjadi pengiring langkah Ohm dan Nanon menuju si Lexus kesayangan diparkirkan. Acara belum usai, tapi Marc yang kini kelelahan dan tertidur di gendongan Ohm terpaksa jadi alasan.

"Aku masuk duluan." Ujar Nanon yang bertugas membuka pintu mobil dan langsung duduk nyaman di kursi depan.

Setelah merasa posisi istrinya tepat, Ohm memindahkan sang putra ke pangkuan Nanon. Membiarkan Marc di dekap lembut oleh bundanya untuk kemudian ia sendiri bergerak menuju kursi kemudi.

Namun sebelum Ohm masuk ke dalam mobil, seseorang nampak berjalan ke arah mereka membuat Ohm berhenti sekedar menyapa.

"Blue, udah mau balik lu?" Tanya Ohm pada Blue yang masih bisa didengar Nanon.

Si manis sedikit mengawasi. Pria di depan suaminya tersebut menyirat tatapan kecewa meski dibalut dengan senyum paksa. Tapi kecewa pada siapa?

Blue mengangguk satu kali. "Iya, nggak enak lagi ada nenek di rumah. Lu sendiri, mau balik juga?"

"Iya. Marc udah ngantuk kasihan."

"Yaudah gue duluan ya, salamin buat Marc dari uncle Blue ganteng." Narsis Blue yang meski direspon decakan tetap saja diangguki oleh Ohm.

"Hati-hati lu." Kata Ohm setelah si pria sipit sempat sekedar menunduk memberi salam pada Nanon yang sudah di dalam mobil.

Nanon menanggapi dengan anggukan pula. Dalam hati ingin masih memikirkan tentang curhatan gagal Chimon tempo hari. Apa hubungan Blue dengan keputusan Chimon untuk membatalkan penikahan dengan abangnya?

Tapi sudahlah. Toh tadi Nanon sudah mendengar kabar baik dari kedua orang yang disayanginya tersebut. Dia ikut bahagia, tentu.

Bagaimana tidak jika selepas kembali dari toilet ia mendapati Chimon yang tersenyum sumringah sembari menggandeng Pluem dengan begitu erat. Apalagi celotehnya yang memperkenalkan sang abang sebagai 'calon suami' kepada teman-temannya yang lain. Nanon semakin yakin semuanya sudah kembali baik-baik saja.

"Hei, kok ngelamun?" Tanya Ohm yang baru saja memasang safety belt.

Nanon menggeleng. "Inget abang sama Chimon aja. Lucu banget muka malu-malu abang waktu dikenalin ke temen-temen sama Chimon tadi."

Suaminya terkekeh kecil. Muka blank sang abang ipar dengan rona menjalar sampai telinga memang cukup jadi moment langka bagi Ohm. Dan itu termasuk konyol menurutnya.

"Kamu nggak liat sih tadi abang masuk ballroom sambil diseret sama Chimon. Gila muka abang bisa cengo banget gitu." Ujar Ohm mengingat.

"Iya masa? Sampai segitunya si Chimon nunjukin bahagia?"

"Iya. Lagian kamu kenapa tiba-tiba lari ke toilet deh?" Tanya Ohm sembari mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area basement.

Lengan Nanon bergerak membenarkan letak Marc dalam pangkuan. "Panggilan alam. Udah kebelet banget dari tadi makanya buru-buru."

Ohm sempat geleng-geleng kepala mendengar tingkah istrinya yang ada-ada saja.

"Aku kirain kamu mual."

"Hah?"

"Berhasil maksudnya."

Giliran Nanon yang terkekeh mendengar hipotesa suaminya yang sangat to the point. "Mungkin belum deh. Aku juga nggak ngerasain tanda apa-apa kok." Jelas si manis sedikit melayangkan ingatan pada masa-masa awal ia mengetahui kehadiran Marc dalam dirinya.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now