Chapter 24

14.1K 1.9K 558
                                    

Udah vote? Udah follow?
Hayuk lanjut !!







"Ss..sorry."

Suara lirih dengan tundukan dalam dari pemuda di hadapannya membuat rasa bingung Chimon semakin menjadi. Satu persatu fakta dan hipotesa dalam otaknya disatukan meski hasilnya hanya benang kusut karena Chimon tak berani menarik kesimpulan.

Melihat wajah Nanon yang mulai memerah dan gelisah, Chimon memutuskan menariknya masuk ke dalam rumah. Peduli setan itu rumah siapa, asal dia tak dituduh membuat temannya ini menangis di halaman depan.

Sedangkan yang ditarik matanya langsung melebar. Tak dikira Chimon akan berani berbuat sejauh ini. Bagaimanapun hatinya belum siap.

Brak !!

Pintu di belakangnya di tutup kasar oleh Chimon. Lalu si pemuda semampai mengalihkan atensi penuh pada Nanon yang masih berdiri mendunduk seperti bocah yang tengah dihakimi orang tua atas kesahalannya.

"Ini semua maksudnya apa, Non? Ini rumah siapa? Kenapa lu ada di sini?" Mulai Chimon tak sabar.

Tangan Nanon bergerak memilin dan memainkan ujung kaosnya, gugup. Matanya juga mengerjap bergerak gelisah. Tak tahu saja perbuatannya tersebut malah semakin mengundang mata Chimon memperhatikan bagian perutnya.

"I..ini.. rumah gue."

Otak Chimon mulai merangkai. Dari kedatangan Frank dan Drake kemarin, motor Ohm yang juga sempat terparkir di halaman rumah, dan sekarang fakta adanya Nanon di rumah ini dengan perut buncitnya.

Entah mengapa menelan ludah saja terasa sulit kini bagi Chimon.

"Sama Ohm?" Tebak Chimon.

Nanon langsung mendongak, menatap sahabatnya. "Huh?"

"Lu tinggal bareng sama Ohm, kan?"

Kepala Nanon mengangguk kaku. Nampak kentara begitu ragu. "Kok lu...."

"Nggak penting, Non gimana gue bisa tau." Potong Chimon begitu saja. "Sekarang, boleh gue duduk dulu?"

Nanon kembali mengangguk. Mengarahkan Chimon untuk duduk di kursi tamu di belakang mereka.

"Gue beberapa kali ke rumah lu, ngajak jalan. Tapi orang rumah lu selalu bilang lu nggak ada. Ketemu Ohm di cafe juga dia bilangnya lu lagi sibuk persiapan masuk SMA. Agak aneh sih, tapi gue percaya aja. Tapi ternyata sebenernya malah kaya gini. Jauh banget dari ekspektasi gue."

"Mon, sorry." Nanon hanya mampu menanggapi dengan gumaman lirih.

Chimon tampak meraup mukanya dengan kedua telapak tangan, nampak frustasi. Nafasnya ditarik dalam.

"Kenapa nggak cerita ke kita, Non? Kenapa? Udah nggak nganggep kita sahabat? Kalo aja gue nggak ngikutin mobil bang Drake kemaren, mungkin gue nggak akan pernah tau keadaan lu yang sekarang kaya gini."

Yang dicecar pertanyaan sudah merah padam dengan air mata menuruni pipi. Sisi sensitif yang belakangan muncul, membuat Nanon menjadi begitu cengeng.

"Sorry, Mon sorry.. gue.... takut. Gue nggak siap. Gue nggak siap nerima judging macem-macem dari kalian. Atau parahnya kalian bakal nolak gue yang kaya gini." Jawab Nanon dengan sesenggukan.

Chimon yang tak tega berganti duduk di sebelah Nanon dan menepuk pundaknya menguatkan. Bagaimanapun Nanon adalah sahabat baiknya. Dia tak bisa begitu saja membenci Nanon atas kesalahan yang masih belum bisa diterima otaknya.

"Ssstt.. nggak, Non. Buktinya sekarang gue di sini sama lu. Diem ya, jangan nangis." Usapan demi usapan membuat tangisan Nanon mulai mereda. "Sekarang coba cerita."

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now