Papa dan Si Sulung

7.7K 847 173
                                    

Ide cerita by bbrightest




Hari terakhir di ujung pekan. Hari yang biasanya dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk sekedar bermalas-malasan menghimpun tenaga demi menghadapi esok hari yang menanti dengan sederet tugas dan pekerjaan.

Berbeda dengan keluarga yang jadi tokoh utama kita. Setiap akhir pekan akan selalu ada berbagai aktivitas menyenangkan bagi keluarga kecil Ohm. Mulai dari lari bersama keliling kompleks, berkebun bersama, atau hanya sekedar piknik sederhana di halaman belakang rumah.

Namun ada yang berbeda di minggu kali ini. Bukan, bukan aktivitasnya yang berbeda. Hanya saja satu persona anggota mereka belum menampakkan eksistensinya. Marc, si sulung yang biasanya selalu paling exited ketika melakukan kegiatan akhir pekan kini malah belum terlihat batang hidungnya.

"Coba kamu cek si kakak ke kamarnya deh, bun." Suara Ohm terdengar menyirat rasa khawatir.

Nanon yang diajak bicara mendongak dari kegiatannya. "Tanganku udah kotor banget, pa. Nanggung mau cuci tangan." Menunjuk tangannya yang sudah sedari tadi digunakan menanam bibit tanaman hias yang Ohm beli kemarin sore.

Ohm sejenak melirik ke arah bungsunya. Percuma. Mac juga sudah nampak asyik mencabuti rumput liar di bawah rindang pohon palem. Terbuai dengan tawaran brownis panggang sang bunda yang dijanjikan jika ia membantu banyak hari ini.

Helaan nafas si kepala keluarga terdengar. "Ya udah aku aja deh yang lihat si kakak."

Nanon mengangguk sebagai respon.

Ohm kemudian berdiri meregangkan badan sejenak. Menyempatkan mengusak rambut tebal Nanon dan mencium puncak kepalanya lalu melanjut langkah menuju kamar si sulung.









....







Sampai di depan kamar Marc, Ohm menemukan pintu kamar yang sudah setengah terbuka. Dengan heran ia masuk ke dalam dan tak mendapati kehadiran si pemilik kamar di dalam. Di kamar mandi-pun tidak.

Akhirnya Ohm keluar, mengedar langkah ke ruang keluarga, ruang makan sampai dapur namun tak juga nampak Marc dalam pandangannya. Hingga ia melihat siluet seseorang di balik sekat ruang cuci sedang berusaha memasukkan sesuatu ke dalam mesin cuci.

"Kak."

Deg.

Benar itu Marc. Menoleh dengan gerakan kaku seolah ketakutan karena kedapatan tertangkap basah oleh sang papa tengah melakukan kesalahan.

Ohm mendekat. "Kamu lagi ngapain?"

Sang ayah pikir mana mungkin Marc mencuci pakaiannya sendiri karena selama ini si manja selalu bergantung pada bundanya masalah mencuci atau menyetrika pakaian. Lagi pula mana paham Marc masalah mencuci jika memencet tombol mesin saja ia masih bingung tombol mana saja yang harus digunakan.

"Mmmm.. anu, pa. Ini, aku lagi.. nyuci. Iya, mau nyuci." Jawab putranya tergagap.

Yang lebih tua memicingkan mata. "Kok tumben? Nggak lagi kesambet kan kamu?"

"Ish, apaan sih masa anaknya males diceramahin giliran rajin malah dibilang kesambet !!" Cemberut sudah si anak sulung. Bibirnya maju mengingatkan Ohm pada raut merajuk milik sang istri.

"Ya tumben aja."

Ohm mengambil langkah lebih dekat lagi. Tangannya terulur menekan bad cover bergambar Iron Man milik Marc yang belum masuk sepenuhnya ke dalam tabung mesin cuci.

"Eh, kok basah? Kamu ngompol, kak?"

Tak menjawab. Marc malah nampak menunduk sambil memainkan ujung baju piamanya gelisah. Itu juga yang membuat Ohm mengira anaknya mengompol. Marc masih mengenakan baju piamanya namun celananya sudah berganti dengan celana basket biru kesayangan sang putra.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora