Chapter 51

10.6K 1.5K 189
                                    

Jangan baca kalau belum vote ya .. ^_^









Pagi masih begitu awal. Sayang, tak ada kehangatan dari terpaan sinar mentari. Sang surya sedang tak percaya diri, hanya sembunyi di balik pekatnya awan kelabu.

Tak jauh beda dengan wajah Nanon. Pemuda berkulit sehalus porselen itu begitu murung semenjak keluar dari rumah ayah dan bundanya. Hari ini, hari pertama mereka menyandang status kelas XI di sekolah biasa setelah kelas X mereka hanya dihabiskan bersama bimbingan pak Victor di rumah.

Nanon senang tentu saja. Apalagi ketika tadi kembali melihat pantulan dirinya dalam balutan seragam sekolah, rasanya seperti satu beban di pundaknya terlepas. Sesuatu yang belakangan ini dia pikir hanya akan jadi angan belaka, tapi nyatanya bisa jadi kenyataan.

"Kita berangkat sekarang?" Suara Ohm memecah hening pagi Nanon yang masih membeku.

Keduanya sudah ada di halaman rumah besar Vihokratana, tepatnya menyanding motor Ohm. Namun sedari bermenit-menit lalu, Nanon seolah tak ada niat untuk menaikinya. Pandangannya masih lurus menatap pintu utama rumah yang bahkan telah tertutup sempurna.

"Tapi adek?" Gumam Nanon, untung Ohm masih bisa mendengarnya.

Hembusan nafas penuh pengertian coba diberikan Ohm. Tangan kanannya merambat naik, mengusap pipi sang istri.

"Kamu sendiri kan yang bilang mau nitipin adek ke eyangnya? Kamu percaya bunda kan?"

Nanon mengangguk, meski entah hatinya tak tenang. Bukan apa-apa, sampai sembilan bulan usia Marc kini tak sekalipun sang bayi pernah berpisah lama dari Nanon. Paling lama hanya satu jam lebih, itupun Marc dengan Ohm karena ditinggal Nanon pergi ke pasar.

Tapi sekarang situasinya berbeda. Sekolah formal perlu paling tidak memerlukan waktu delapan sampai sepuluh jam perharinya. Dan Nanon begitu ragu. Bisakah selama itu dia tanpa Marc? Baru beberapa langkah meninggalkan sang buah hati saja hatinya sudah penuh gemuruh tak tenang.

"Berangkat yuk, nanti telat. Kita percayain adek sama bunda. Nanti pas istirahat kita bisa telfon bunda buat mastiin keadaan adek." Nasehat Ohm sedikit demi sedikit diresapi Nanon.

Benar juga, sebentar lagi waktu masuk akan segera tiba. Jika tak cepat-cepat berangkat, bisa telat mereka di hari pertama.

"Ayo." Nanon.








....






Penempatan kelas yang berbeda membuat Ohm dan Nanon harus terpisah ketika di sekolah. Nanon di IPS 2 bersama Perth dan Puimek, sedangkan Ohm di kelas IPS 5 bersama Chimon dan salah satu teman sekumpulannya saat SMP, First. Mark yang mengambil jurusan IPA terpisah sendirian sejak kelas X.

"Ohm."

Mendengar suara yang begitu familiar di telinganya, Ohm yang sedang berkutat dengan game di smartphone mendongak.

"Eh, First. Apa kabar lu?" Nadanya santai. Tapi sebenarnya hatinya berdebar menanti kalimat-kalimat interogatif penuh rasa penasaran dari teman satu gengnya dulu.

"Baik gue, kaya yang lu liat."

"Yang lain gimana?"

"Khao, Blue, Plan, sama yang lain pada mencar-mencar. Gue sendirian yang terdampar di sini. Untung sekarang ada elu."

"Eum." Ujar Ohm sembari mengangguk.

"Lu sendiri gimana? Tiba-tiba ilang habis kelulusan, nggak ada kabar sama sekali. Eh, sekarang tiba-tiba nongol sama pacar lu barengan." Kebetulan tadi First sempat melihat Ohm berboncengan dengan Nanon di tempat parkir sekolah.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now