Chapter 26

13.6K 2K 494
                                    

Boleh vote dulu? 🙄





Gradasi merah dan kuning di langit barat sudah penuh berganti kelam. Kerlip mentari yang sedari pagi menemani sudah bertukar tugas dengan lampu-lampu listrik yang tampak elok menghias malam.

Di ruang tamu, Nanon berdiri menunduk dengan bersandar pada dinding bercat putih. Kedua tangannya menangkup perut yang mulai berat seiring berjalannya usia.

Menarik nafasnya panjang, Nanon memutuskan untuk duduk setelah pegal di kakinya tak lagi bisa ditoleransi. Meski begitu, rautnya tak jua berubah. Khawatir, takut, dan sendu berbaur menjadi kabut yang menyembunyikan senyum manis si bungsu Vihokratana.

Kamu kemana sih Ohm? Katanya sampe sore tapi malem begini belum juga pulang -batin Nanon kacau

Si manis bisa saja menghubungi Ohm lewat smartphone miliknya. Tapi sayang, keadaan pulsa dan kuota yang kosong membuat niatnya urung dilakukan.

Karena merasa ingin ke kamar mandi, Nanon kembali berdiri. Kali ini dengan menumpu tangan kanan di lengan kursi membantu posisinya seimbang. Baru saja dia berniat melangkah, suara mesin motor terdengar masuk pekarangan. Disusul suara pintu terbuka dari luar.

Cklek..

"Non.." Yang datang suaminya. Dengan penampilan lusuh penuh keringat. Jaket yang tadi digunakan sudah tanggal di tangan, menyisakan kaos maroon yang juga basah bermandi keringat.

"Kenapa lama?" Tanya Nanon mendekati Ohm. Mengambil jaket di tangan si tampan untuk nanti diletakkannya di keranjang cucian.

"Maaf, bengkelnya antri." Jawab Ohm dengan pandangan tak yakin, berantakan.

"Udah makan?"

"Udah kok tadi sempet nyari makan dulu di luar."

"Yaudah. Kamu..."

"Aku mandi dulu, ya. Kotor banget." Ohm memutus begitu saja kalimat istrinya.

Nanon hanya mengangguk. Membiarkan Ohm melesak ke kamar mandi dan dirinya sendiri menyiapkan baju ganti Ohm di kamar mereka.





....






Suara dinding gelas kaca yang beradu dengan sendok mengisi hening di dapur kecil rumah Ohm dan Nanon. Diiringi wangi seduhan teh yang menenangkan, menambah lebar senyum Nanon yang ada di sana.

Sembari menunggu Ohm selesai berganti pakaian, Nanon memutuskan untuk membuatkannya secangkir teh hangat. Barang kali bisa memfasilitasi acara ngobrol mereka malam ini.

Hampir lima belas menit setelah tadi keluar kamar mandi, tapi Ohm tak jua keluar kamar.

Tumben ganti baju aja lama banget -batin Nanon heran

Karena takut tehnya akan keburu dingin, Nanon berinisiatif menyusul suaminya ke dalam kamar. Membuka pelan pintu yang tak terkunci tersebut, membuat Nanon makin merasa heran.

Sepi. Lampu kamar juga sudah berganti redup. Ternyata yang ditunggu sudah terlelap dengan mulut terbuka. Bahkan handuk bekasnya mandi masih tergeletak asal di atas kasur yang sama.

"Pasti capek banget, sampe tidurnya gitu." Nanon bergumam sembari mengusap anak rambut di dahi Ohm.

Setelah membentangkan selimut untuk melindungi suaminya, Nanon memutuskan keluar dengan membawa handuk Ohm yang akan dia jemur. Setelahnya mungkin akan menikmati teh hangatnya, meski sendirian.






....






Ketika kembali ke dapur, Nanon mendengar suara ketukan dari arah pintu depan. Mau tak mau si manis berjalan ke ruang tamu.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang