Chapter 5

18.9K 2.4K 655
                                    

"Jelaskan !" Nada penuh penekanan dari ucapan New membuat nyali bungsunya semakin ciut.

Remasan Nanon pada jari-jarinya semakin kuat, tak peduli keringat yang membuatnya licin. Matanya tak mampu membalas tatapan intimidasi dari sang bunda. Hanya menunduk, dan menunduk.

"Itu milik Ohm?"

Pertanyaan langsung yang lagi-lagi tak bisa dijawab Nanon. Lidahnya begitu kelu untuk sekedar berkata.

Helaan nafas New terdengar mengisi kosong. "Bunda tanya sekali lagi, dek. Itu punya siapa? Punya Ohm, pacar kamu?"

"Ohm bukan pacar aku, bun." Jawab Nanon mencicit. Begitu lirih ketakutan.

New sempat diam. Terpikir alasan bungsunya yang tak lagi diantar jemput sang kekasih belakangan ini.

New dan Tay bahkan kakak-kakak Nanon tahu betul jika Nanon punya pacar yang bernama Ohm. Tapi hanya sekedar tahu. Ohm juga tak pernah mampir atau sekedar main ke rumah Nanon. Mereka lebih sering 'pacaran' di luar.

Begitu pula keluarga Ohm yang hanya sekedar tahu tentang Nanon. Mereka menganggap hubungan Ohm dan Nanon hanya sebatas cinta monyet penyemangat belajar para remaja tanggung. Tak perlu dikhawatirkan karena menurut mereka hubungan semacam itu tak bisa dikatakan serius.

"Terus maksud kamu, itu bukan punya Ohm?"

Keringat mulai menetes membanjiri kaos yang dikenakan Nanon. Si manin makin gelagapan, bingung mencari alasan.

Gue harus jujur nggak sih? -batin Nanon

"Dek, kamu sadar kalau kamu itu masih kecil? SMP aja belum lulus, dek." Kalimat bundanya begitu menohok ulu hati Nanon.

New memejamkan mata, bermaksud mengurangi emosi. "Bunda sama ayah nggak pernah ngajarin kamu berbuat kaya gini, dek. Tapi kalau udah gini bunda ngerasa gagal. Bunda nggak pecus didik kamu."

"Bun.. maafin adek." Masih dengan suara lirih. Bahkan Nanon mulai menangis terbayang kesalahannya yang mencoreng nama baik ayah bundanya.

Mendengar isakan anaknya yang makin keras, New membawa bungsunya dalam pelukan erat. Keduanya sama-sama menangis menumpahkan kekecewaan pada diri masing-masing.

"Adek harus apa, bun? Harus gimana?"

"Adek takut sama ayah. Kalau ayah tau gimana?" Nanon masih terbata di tengah tangisnya.

"Makanya adek bilang, ya. Itu punya siapa? Kasih tau bunda, dek." Nada yang digunakan New mulai melembut. Membuat Nanon mulai berani menatap tepat ke biner jernih sang bunda.

"I..ni.. punya..











... Ohm."

New kembali mendekap putra bungsunya. Kembali menangis bersama beradu isak.

"Minta Ohm tanggung jawab, dek. Dia harus tanggung jawab." Perintah New mutlak.

"Nggak, bun. Nanon bisa urus sendiri."

"Maksud kamu? Ini tanggung jawab kalian, dek. Bukan cuma kamu. Ohm ikut andil berbuat salah. Kenapa harus kamu doang yang nanggung?"

"Tapi bun.."

"Tapi?"

"Ohm.. Ohm bilang nggak bisa." Suaranya kembali lirih.

"Makanya kalian putus? Dia ninggalin kamu?" Cercaan pertanyaan dari New membuat Nanon menciut.

"Tapi itu anak kalian, dek !!" Tegas New.

"Anak? Anak siapa maksud kamu, Hin?"

Deg..

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang