Chapter 40

13.4K 1.8K 389
                                    

Yang belum vote, vote dulu ..
Yang belum follow, follow dulu ..
^_^











Pagi mulai tergeser siang. Sinar mentari tampak temaram dari balik gulungan awan hitam yang siap jatuh mengguyur kapan saja.

Ohm Pawat melangkah kecil meninggalkan area pemakaman yang mulai sepi. Beberapa bahkan kini berlarian menghindari gerimis yang mulai hadir.

Gerakan kakinya dibawa mendekati mobil silver dimana Drake dan Frank sudah berada. Masuk dengan gerakan pelan, sekali lagi membuka kaca mata hitamnya guna menepis tetesan sedu sedan.

"Ohm.." panggil Frank menoleh dari kursi samping kemudi.

Tapi Ohm masih diam. Pandangannya masih tertuju ke jendela, tepatnya ke arah makam baru yang terisi pagi ini.

Nyeri. Lagi-lagi air matanya turun tanpa permisi. Lewat derap sakit hati yang entah harusnya kemana maafnya akan terberi.

Frank ikut menangis diam melihat keadaan Ohm yang begitu jatuh. Pandangannya dibawa saling beradu dengan Drake yang memberinya satu anggukan sebagai jawaban tanpa ucapan.

"Ikhlasin, Ohm. Dia pasti udah bahagia sekarang. Lu nggak mau dia tetep kesakitan kalo tetep hidup kan?" Ujar Frank hati-hati.

Ohm mengangguk. Menunduk membuat air matanya nyata menetes dalam pangkuan. Seperti anak sungai yang makin deras enggan berhenti.

"Tapi ini semua gara-gara gue, kak. Kalo gue bisa lebih cepet waktu itu pasti dia masih ada sama kita sekarang. Apalagi .. apalagi .. "

Ucapannya terhenti, tak sampai karena tangisan tergugu. Bahunya yang naik turun diusap lembut oleh Frank, berharap bisa sedikit menenangkan.




Flashback

"Nanon !!!" Ohm berteriak kencang ketika melihat sebuah mobil berjalan oleng ke arah Nanon berada.

Tapi perkiraannya salah. Bukan tubuh Nanon yang menghantam badan mobil, tapi tubuh Marc. Iya, Marc begitu cepat bergerak mendorong Nanon hingga terpental ke trotoar jalan. Sayangnya Marc terlambat menghindar. Tubuhnya begitu keras dihantam mobil tersebut. Bahkan tubuhnya sempat terseret ke kolong mobil.

Ohm mendekat dengan raut panik yang tiada tara. Yang dicarinya pertama adalah sosok Nanon.

Ternyata Nanon tak pingsan, bahkan sudah duduk di rerumputan setelah dibantu oleh beberapa orang. Hanya keadaannya yang terlihat masih sangat shock dan perutnya yang katanya sedikit nyeri.

"Sayang, apa yang sakit? Kita ke rumah sakit ya." Ucap Ohm panik.

Nanon menggeleng. Tangannya masih setia mengelus perutnya berharap dapat sedikit mengurangi sakit. "Marc, Ohm. Itu Marc." Racaunya.

Mendengar racauan Nanon, Ohm tersadar. Bagaimana keadaan adik kelasnya tersebut? Karena Marc pulalah Nanon dan bayi mereka kini selamat. Kalau sang adik kelas tak bergerak cepat, Ohm tak bisa membayangkan bagaimana Nanon sekarang.

"Tolong mas, telfon ambulance segera." Ohm menunjuk seorang lelaki yang berdiri di dekatnya.

Bermaksud melihat keadaan Marc, Ohm beralih. Tubuh penuh darah itu telah dipindahka oleh orang-orang dari kolong mobil. Dadanya masih naik turun, tanda nafasnya masih mengalun.

"Marc, ini kak Ohm." Ujar Ohm sembari membawa kepala Marc dalam pangkuannya.

Marc mendongak. Senyum terukir di tengah nafasnya yang mulai kepayahan. Bagaimana tidak? Darah terus mengalir dari luka-lukanya kini. Di pelipis, di pinggang, kaki, bahkan dadanya menghantam mobil begitu keras.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now