Chapter 32

13.9K 2.1K 433
                                    

*Jangan baca kalo belom vote, pamali !!










"Ohm, ayo ikut saya ke rumah."

"Nggak, bang. Aku mau ngomong di sini aja."

Ohm makin membulatkan mata, mendapati sosok yang teramat didambanya muncul dari balik punggung lebar Pluem yang masih setia menatapnya sinis.

"Non.." mulutnya Ohm begerak, tapi tak ada suara yang dihasilkan. Kelu.

"Lebih baik diomongin di rumah kita, dek." Pluem masih kekeh.

"Nggak. Sama aja, kan. Aku maunya di sini aja." Begitu pula adiknya, sama-sama keras kepala.

Krist yang sedari tadi menatap perdebatan keduanya dalam diam, mulai ikut mengutarakan pendapat.

"Biar mereka selesein masalah mereka dulu, Pluem. Biar nggak ada salah paham. Kamu mau yang terbaik buat adek kamu kan?" Tangannya terulur lembut mengusap bahu kanan Pluem.

Pluem diam. Ucapan Krist agaknya mengingatkannya pada perkataan Frank semalam.

Helaan nafas sang mahasiswa terdengar mengambil keputusan. "Ok, tapi jangan lama-lama. Udah sore, kamu harus pulang."

Ohm mengerjap. Hendak protes namun lagi-lagi terbentur segan.

Tapi Nanon bisa, "Adek nginep sini, bang. Abang sama mama pulang dulu aja. Kami butuh waktu buat saling bicara."

"Tapi, dek dia udah......"

"Please, bang.. kali ini aja. Adek tau maksud abang baik, tapi kali ini please biarin adek sama Ohm dulu." Riak memohon dengan binar cantik itu sedikit demi sedikit mengikis batu di kepala Pluem.

Apalagi dengan anggukan meyakinkan dari Krist, dia sadar apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Ok, abang tinggalin kamu di sini. Tapi inget.." telunjuknya mengarah tepat ke wajah Ohm. "Jaga dia baik-baik. Saya nggak mau hal buruk kaya kemaren terjadi lagi sama adek saya." Tegas dengan suara berat.

"I..iyy..iya, bang. Ohm bakal jaga Nanon." Jawab Ohm terbata.

"Kalo gitu kami pulang dulu. Kalian bicarain semuanya baik-baik pake kepala dingin. Jangan sampe nyisa salah paham lagi. Dan jangan berpikiran pendek. Ngerti kan?" Nasehat Krist.

Ohm dan Nanon sama-sama mengangguk seraya berucap iya.






....








Setelah tak terdengar deru mesin mobil Krist dan Pluem, kedua sejoli itu sama-sama masuk ke rumah dengan perasaan tak menentu. Ohm yang masih menebak-nebak arah obrolan Nanon, dan Nanon yang masih berusaha memantapkan hati. Sedikit banyak ucapan Mond tadi siang bisa berpengaruh pada keputusannya.

Tujuannya adalah meja makan. Nanon mendahului Ohm ke arah sana dan kini keduanya duduk berdampingan tanpa suara.

Sesekali curi pandang pada sang suami, hati Nanon mencelos. Wajah Ohm nampak berantakan dengan kantung mata yang tercekung dalam, bekas luka di wajahnya juga belum sepenuhnya hilang.

Begitu pula yang dilakukan Ohm. Berkali-kali manik jelaganya melirik penampilan sang pujaan hati yang kini tampak manis dalam balutan kemeja kebesarannya. Pipinya masih bulat lucu, meski pias tanpa rona. Malah hidungnya yang tampak merah. Tatapannya juga sayu, dengan lingkar hitam di sekitar matanya.

Kacau. Keduanya sama-sama kacau. Tak ada yang lebih baik dari siapa. Terasa adil, meski konteksnya terkesan buruk.

"Non, I miss you. Both of you." Ujar Ohm tiba-tiba mengurai diam di antara mereka. Tanya kabar juga percuma, toh mereka sudah lihat keadaan buruk masing-masing.

KEEP IT OR RID IT (OhmNanon)Where stories live. Discover now